Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Joshua Oh Joshua: Ternyata Sebuah Film Satire

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
27 September 2021
A A
Joshua Oh Joshua: Ternyata Sebuah Film Satire terminal mojok.co

Joshua Oh Joshua: Ternyata Sebuah Film Satire terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Tak ada yang mau dilempar nasi panas sembari dihukum berdiri tanpa makan. Tak ada yang ingin hidup di tengah kemiskinan dan kerap dipukuli oleh orang tuanya. Bahkan, disiram air saat tidur di kursi depan rumah tetangga. Tapi, si anak ajaib idola bocah lawas pernah mengalaminya. Dialah Joshua Suherman, yang memerankan tokoh menderita bernama Jojo temannya Jejen. Mereka miskin, bapaknya miskin, ibunya miskin, teman-teman juga miskin. Itulah nasib mereka.

Sebuah film, layaknya film lain yang menceritakan kemiskinan, pernah merajai bioskop dan persewaan DVD di Indonesia. Joshua Oh Joshua, legendaris dan teruji sebagai masterpiece seorang Joshua Suherman. Film yang mengandung bawang untuk sebagian orang. Meski harus saya akui, Mega Utami lebih layak jadi tokoh utamanya. Secara akting dan olah vokal, ia lebih unggul. Seandainya bisa, ganti saja jadi Mega Oh Mega.

Film ini menghibur masa kecil saya yang polos. Lewat DVD punya teman, saya menonton film ini untuk pertama kali. Sebuah film yang menceritakan kemiskinan dengan standar. Standarnya film tangis-tangisan yang jauh dari realita, meski beradegan di pasar dan jalanan beneran, bukan set punya Bajaj Bajuri.

Pemaparan penderitaan dan kemiskinan yang mudah kita temui, atau kalau boleh kita sebut saja monoton. Miskin, pintar, berprestasi, menerima, sabar, tabah, bermental baja, di-bully, punya banyak teman, dan disiksa oleh orang tua yang kejam. Formula yang sudah digunakan sejak era 70-an, lawas, dan kekal.

Dia pekerja keras dan ranking satu terus. Bahkan, ia lebih pintar dari si anak orang kaya. Yang lagi-lagi, merupakan majikan dari ibunya si tokoh utama. Seolah, ini memang sedang menyajikan ironi. Tak punya waktu luang, hanya sekolah dan kerja, kerja, kerja. Tapi, nilainya bagus. Mungkin dia miskin dan jenius.

Ia menabung untuk beli banyak gitar, lalu disewakan ke pengamen. Sungguh cita-cita yang aneh dan absurd. Sudah begitu, tabungannya hilang disamber preman. Pokoknya kita diberi sajian penderitaan bertubi-tubi tiada henti.

Pada kenyataanya, tak mudah bagi anak yang kerja di jalan seperti Jojo untuk tetap bersekolah dan konsentrasi belajar. Bukan saya tak percaya dengan kemampuan anak-anak yang hidup seperti Jojo. Hanya saja, kemiskinan di film ini cuma dibicarakan sebatas bagaimana orang hebat tetap bertahan dan menerima.

Tak pernah ada yang membicarakan bagaimana kemiskinan itu tercipta, siapa yang ikut serta melanggengkan hal ini. Tak ada pembahasan soal keadaan kemiskinan yang sebenarnya, semua serupa romantisasi saja pada orang tabah yang miskin. Hak siapa yang direnggut, siapa yang merenggut, tak ditampilkan. Tak salah, tapi monoton.

Baca Juga:

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

Dagang Es Teh Jelas Lebih Terhormat ketimbang Dagang Agama

Setelah kita terus diminta kagum pada kehebatan seorang Jojo sepanjang film, kita juga diminta marah pada Cecep Reza. Yang entah kenapa, hampir selalu dapat peran preman dalam kariernya sebagai aktor. Padahal, dia nggak bisa disalahkan seratus persen.

Hidup di lingkungan keras, tak jelas sosok orang tuanya, orang di sekitarnya mungkin toksik. Dia juga masih anak-anak. Tak ada keadilan di film ini. Terutama keadilan memandang tokoh-tokohnya. Para preman cilik itu juga butuh bantuan. Mereka bukan penjahat. Penjahat sebenarnya adalah pihak-pihak yang membiarkan dan membuat kesenjangan makin menjadi.

Anak seperti Cecep, Joshua, dan Jejen harus hidup dalam kesemrawutan kota. Begitu juga si penculik yang mengidap gangguan jiwa. Harusnya, ia tak dimasukan penjara. Meski yang dilakukannya salah, ia bukan orang yang sehat akalnya.

Justru yang lalai itu emaknya: kenapa menitipkan anak ke orang yang tidak dia kenal? Ini menunjukkan jika hukum belum memihak pada kebenaran. Tak disangka, film ini rupanya satire. Atau anggap saja begitu. Menyindir dengan halus, meski harus kita cari-cari sendiri.

Setelah semua itu, ada kejutan besar di penghujung cerita. Ternyata, Joshua adalah anak angkat. Dia sebenarnya anak orang kaya raya. Dia keluar dari lingkungan yang buruk dan kemiskinan. Lihat! kemiskinan yang semacam itu (kerap disebut kemiskinan struktural) tak bisa dikalahkan dengan mudah. Bahkan, harus punya privilese, semacam punya ortu sultan.

Tentu ini akhir yang menjengkelkan. Meski bisa saya anggap sebagai kemungkinan terbaik, selagi pihak yang bertanggung jawab untuk keadaan semacam ini tak mau bekerja dan makin memperburuk keadaan. Sungguh membagongkan!

Sumber Gambar: YouTube Aghnan Pramudihasan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 September 2021 oleh

Tags: Joshua oh JoshuaKemiskinan
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

Pentingnya Minta Persetujuan Penerima Sedekah Sebelum Dijadikan Konten Medsos

7 Juni 2021
Bupati Sumenep Maju Jadi Wagub Jatim 2024: Benahi Dulu Sumenep, Baru Mikir yang Lain! ahmad fauzi

Sumenep: Pantainya Diserbu Investor, Rakyatnya Diratakan Kemiskinan

15 Maret 2023
jajanan yang dulu nggak bisa dibeli

Seperti Dendam, Jajanan yang Dulu Nggak Bisa Dibeli Karena Miskin Juga Harus Dibayar Tuntas

22 Maret 2020
Memangnya Kenapa kalau Jogja Provinsi Paling Kere di Jawa? Biarinlah, yang Penting Istimewa!

Memangnya Kenapa kalau Jogja Provinsi Paling Kere di Jawa? Biarinlah, yang Penting Istimewa!

19 Januari 2023
Benarkah Orang Miskin Lebih Rentan Mengalami Obesitas?

Benarkah Orang Miskin Lebih Rentan Mengalami Obesitas?

20 Mei 2023
Lebak Masih Miskin dan Menderita, Tak Kunjung Berubah sejak Max Havelaar Menyindir Belanda

Lebak Masih Miskin dan Menderita, Tak Kunjung Berubah sejak Max Havelaar Menyindir Belanda

29 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.