Dalam dua dekade terakhir, saya merasa film Indonesia punya perkembangan yang terus meningkat grafiknya. Meski di antara era awal 2000-an hingga akhir 2010-an film Indonesia sempat terkena stigma negatif perihal film horor esek-esek dan romansa generik yang mendominasi, tapi tidak adil rasanya menghakimi perfilman Indonesia tanpa melihat secara keseluruhan.
Memang disayangkan, masih ada yang pesimis dengan film Indonesia. Padahal bagi saya, film Indonesia sudah cukup bisa menjadi tempat untuk merepresentasikan cerita dan keresahan bangsanya dengan kualitas yang baik. Memang masih banyak PR, tapi arahnya sudah baik, tinggal kita sebagai konsumen menjaga dan mengawalnya saja.
Sudah 60 tahun lebih industri film Indonesia berjalan sejak tercetus pada 30 Maret 1950. Selama itu, film Indonesia memang mengalami banyak pasang surut. Dari kurun waktu lama tersebut, beberapa film terbaik Indonesia telah terbuat dan merekam keresahan bangsa dengan bahasa sinematiknya sendiri. Berikut adalah film-film Indonesia yang dianggap penting, baik untuk Indonesia sebagai negara maupun sebagai torehan rekam jejak perfilman kita. Penentuan urutan bukan berdasarkan apa pun ya, random saja, tapi yang jelas orang Indonesia harus tahu film-film ini.
1# Ada Apa Dengan Cinta? (2002)
Film ini bisa dibilang adalah ikon kebangkitan film nasional modern setelah di akhir 90-an dianggap mati suri. Bukan tanpa alasan, film AADC berhasil membuat film remaja yang baik soal persahabatan dan cinta. Film ini juga menangkap zaman dengan baik, entah itu soal pergaulan, tren, seni dan budaya, hingga politik. Lagipula, memang generasi ke depan tidak penasaran dengan mitologi kisah Cinta dan Rangga? AADC adalah bukti bagaimana hal-hal populer bisa berjalan bersama dengan kualitas.
#2 Gie (2005)
Masih dari pencipta AADC, Mira Lesmana dan Riri Riza berhasil menciptakan film biopik yang menangkap gejolak era 65 lewat kesaksian mahasiswa sekaligus aktivis bernama Soe Hok Gie. Gie juga berhasil menjadi film penting yang mendobrak gaya bercerita menyoal peristiwa sejarah yang sudah tertanam di era orde baru. Lebih dari sekadar polarisasi antara hitam dan putih atau baik dan jahat, Gie mengajak kita untuk menerima kontradiksi sebagai sesuatu yang manusiawi. Contohnya Soe Hok Gie, pengagum Soekarno tapi menantang rezim orde lama.
#3 The Raid (2012)
Sudah pasti masuk list. Film ini yang membuat nama Indonesia akhirnya bersinggungan dengan industri Hollywood lewat Joe Taslim, Iko Uwais, dkk. The Raid dipuji penonton internasional sebagai masterpiece film aksi laga dengan kerumitan koreografinya yang menggunakan gerakan silat. Film ini akhirnya mau tak mau mengubah wajah genre laga di Indonesia.
#4 Pengabdi Setan (2017)
Remake film horor lawas ini dianggap sebagai penanda kebangkitan film horor Indonesia yang sebelumnya kena stigma negatif era horor paha-dada. Sebuah sajian horor dari salah satu sutradara terbaik kita, Joko Anwar, dengan parade jumpscare yang berhasil bikin penonton ngumpet di balik apa pun yang bisa menutupi matanya. Selanjutnya, Pengabdi Setan dianggap sebagai tolok ukur yang harus dilewati (minimal menyamai) film-film horor Indonesia.
#5 Dua Garis Biru (2019)
Sebuah film remaja yang berhasil dalam mengemas nilai keluarga, cinta remaja, dan sex education. Bercerita soal fenomena hamil di luar nikah, film ini berhasil mengupas kerumitan situasi dari berbagai sisi tanpa meninggalkan hati dan aspek hiburannya.
#6 Rumah Dara (2008)
Indonesia perlu mengingat kehadiran duet filmmaker bertalenta, Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel, di belantikan perfilman nasional. Duet yang dikenal dengan nama The Mo Brothers ini melahirkan film horror-slasher berjudul Rumah Dara, sesuatu yang jarang ada saat itu. Film ini penuh darah dengan adegan bengis, sesuatu yang butuh keberanian untuk menghadirkan film macam ini di era itu.
#7 Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Sebuah film yang menyandingkan keindahan Sumba dengan rasa cekam kisah pembalasan dari korban pemerkosaan. Film ini juga menangkap isu sosial disana yang mungkin masih terasa mewakili sebagian besar wilayah Indonesia, soal isu kekerasan pada perempuan. Dikemas dengan apik, indah, tapi tetap menyayat.
#8 Sang Penari (2011)
Film ini sangat menarik dengan embel-embel konflik politik yang dihubungkan dengan kebudayaan daerah. Sebuah pengingat bahwa Indonesia punya bagian kebudayaan yang sulit relevan dengan masyarakat lainnya. Adaptasi novel sastra ini memiliki kisah cinta yang unik dengan konteks kebudayaannya, yaitu tentang rumitnya kisah cinta Sang Penari Ronggeng di Desa Dukuh Paruk. Wajib ditonton dan rasakan sensasi uniknya.
#9 Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
Indonesia juga punya banyak film berkelas di era pra-reformasi. Salah satunya film 80-an satu ini. Sebuah film religi yang membahas dan membedah makna keagamaan yang jauh dari kata dangkal. Ketika sebuah film bisa terasa relevan hingga zaman kapan pun, itu adalah apresiasi yang luar biasa buat film tersebut, salah satunya film ini. Walau punya muatan agamis, film ini tidak menggurui. Malah saya berhasil dibuat meminggirkan persoalan pesan moral karena berhasil dibuat terhanyut pada konfliknya yang cukup mencekam.
#10 Si Mamad (1973)
Di era 70-an, kita punya Si Mamad buatan sutradara legendaris, Sdjumandjaja. Sebuah film kritik sosial menyoal Mamad, orang kecil yang selalu jujur ini harus melakukan korupsi kecil-kecilan di kantornya. Pergulatan batin Mamad setelah korupsi ini akan jadi fokus cerita yang dikemas secara komedi. Film ini punya bahasa visual yang artistik yang semakin membuat cerita lebih tertanam dan bermakna.
#11 Ibunda (1986)
Film ini dianggap sebagai film terbaik Teguh Karya, salah satu sutradara terbaik Indonesia. Memang jika ingin mengetahui gaya bercerita beliau, ini salah satu film yang mewakili bahasa sinemanya yang unik. Ibunda bercerita mengenai seorang Ibu yang berusaha menyelesaikan persoalan anak-anaknya. Dikemas dengan cabang plot yang begitu banyak, dan Teguh Karya berhasil merajutnya dengan menarik, itulah kelebihan beliau.
#12 Lewat Djam Malam (1954)
Film klasik buatan bapak film nasional, Usmar Ismail, ini adalah film yang direstorasi Criterion. Ia terpilih sebagai bagian dari koleksi judul-judul Internasional pilihan sang sutradara legendaris dunia, Martin Scorsese. Bercerita soal mantan pejuang kemerdekaan yang tidak bisa beradaptasi di kehidupan bermasyarakat republik yang sudah merdeka. Film ini dianggap berhasil menangkap keresahan zaman saat itu.
#13 Apa Jang Kau Tjari Palupi (1969)
Film yang terpilih sebagai film terbaik di Festival Film Asia 1970 ini bercerita menyoal tema eksistensi diri yang dialami seorang wanita bernama Palupi. Film ini punya kemasan visual yang puitis dan terbaik di zamannya. Film garapan Asrul Sani ini juga punya bahasan tema yang menarik, tapi tetap nyaman ditonton.
#14 Ratu Ilmu Hitam (1981)
Indonesia pernah berjaya dengan sajian film kelas B atau film eksploitasi/cult yang laku untuk konsumen Internasional. Beberapa contoh film di kategori ini seperti film-film aksi atau horor yang biasa dibintangi Barry Prima atau Suzzanna. Dari sekian banyak film kategori ini, film Ratu Ilmu Hitam adalah yang terbaik. Soal Murni yang diperankan Suzzanna, membalas dendam para pembunuhnya menggunakan ilmu hitam. Ciri khas film kelas B seperti efek visual yang terlihat murah ada di film ini, tapi tetap terasa memuaskan untuk ditonton. Salah satu pesona terbaik film-film Indonesia era itu.
#15 Kala (2007)
Joko Anwar membuat film noir yang termasuk jarang ada di Indonesia. Dengan kemasan visual yang menawan dibalut cerita horor-fantasi dan bumbu misteri, film ini terasa begitu mengalir dengan segala kejanggalannya. Berkisah tentang perebutan harta karun presiden pertama dengan segala mitologinya, janggal nggak, tuh? Bagi saya, ini adalah film terbaiknya Joko Anwar.
Tentu masih ada banyak film Indonesia keren lainnya yang juga penting. Sayangnya, susah dong kalau dimasukin semua. Namun, dari film-film pilihan ini, menunjukkan betapa beraneka ragamnya pesona film-film Indonesia, dan harusnya bisa lebih banyak lagi.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.