7 Spesies Operator Sound System yang Sering Muncul di Hajatan Kampung

7 Spesies Operator Sound System yang Sering Muncul di Hajatan Kampung terminal mojok.co

7 Spesies Operator Sound System yang Sering Muncul di Hajatan Kampung terminal mojok.co

Hajatan di akhir tahun tak pernah peduli dengan pandemi. Di kampung-kampung dan pinggiran kota serta desa yang jauh dari jalan utama, hajatan nikah selalu ada silih berganti. Koplo tetap harus berkumandang. Hajatan di kampung saya yang permai, selalu dipenuhi riuh rendah goyangan mbak biduan sepaket dengan operator sound system.

Hajatan dan dangdut selalu berjalan beriringan di kampung saya, bagai saudara kembar identik. Kadang cuma organ tunggal simple, bisa juga orkes dangdut komplit. Ya, dibilang sembunyi-sembunyi, nyatanya juga tetap gegap gempita. Pokonya hajatan dan dangdutan harus tetap jalan pumpung akhir tahun karena akhir tahun banyak hari baiknya. Katanya sih, begitu.

Salah satu penunjang acara musik hajatan selain MC dan grup dangdut yang asoy, adalah sound system yang mumpuni. Ya namanya di kampung, asal bass nendang dan menembus raga, sukma, plus jiwa, tak jadi soal kejernihan dan keseimbangan frekuensi. Pokoknya pas joget getaran bass harus sampai ubun-ubun.

Tapi, saya sendiri lumayan memperhatikan kualitas audio. Ada banyak faktor yang memengaruhi baik atau tidaknya sound system selain dari alatnya itu sendiri. Yak, operator sound system. Mau sebagus apa pun alatnya, kalau operatornya jahanam, ya bakal kacau acaranya. Berikut adalah contoh beberapa jenis operator sound system hajatan.

# 1 Anak metal asli bukan jamet

Tak jarang, job yang sepi dan perlunya memenuhi kebutuhan dengan segera, mengakibatkan musisi metal turun gunung jadi operator sound system hajatan. Jika di atas panggung dia membawakan lagu Metallica, Megadeth, Slayer, kini ia harus bisa mengatur keseimbangan frekuensi antara gendang dan biduan dalam lagu koplo. Orang jenis ini biasanya lumayan berpengalaman. Bayaran sebagai operator mungkin lumayan tinggi. Alat yang dibawa juga bukan yang abal-abal. Ia bisa mengoperasikan mixer dengan baik sehingga suara jernih dan mampu memaksimalkan kemampuan alat yang ada. Kuping sudah terasah jadi acara lancar tanpa ada bunyi ngak-ngik saat acara berlangsung.

#2 Om-om kantoran

Selalu berkemeja dan bajunya dimasukkan ke celana. Jam tangan kuning emas juga selalu menemani. Sepatu kulit mengilat dan ikat pinggang hitam tak ketinggalan. Ya pokoknya operator sound system jenis ini kayak orang-orang lawas. Biasanya dia sudah lama punya usaha ini. Dia mengerti medan dan selalu menyesuaikan selera lingkungan. Kalau yang suka dangdut, harus gini ngaturnya, yang suka pop harus gini. Sudah sangat berpengalaman dan tak jarang dapat komplain. Tak jarang anak sendiri jadi kru yang membantunya. Alatnya sederhana, namun hasil luar biasa. Sudah pro dan bisa menikmati semua jenis musik, tapi paling suka dengan pop cengeng 80-an dan lagu-lagu Koes Plus. Maklum, Om-om kantoran.

#3 Bertopi atau bersandal swallow

Saya juga tak mengerti, kok selalu ada bapak-bapak tipe begini yang jadi operator sound system. Apa pun acaranya, di mana pun tempatnya, topi tetap dipakai dan tak pernah mau pakai sepatu. Bahkan kadang outfitnya dipadukan dengan batik dan jas. Dia pakai topi karena memang botak, tapi tak jarang karena style. Kadang dia sering dipinjami peci sama panitia hajatan. Orang model begini ini biasanya sangat mengikuti selera diri sendiri, tak menggubris permintaan musisi. Bass nendang, namun middle dan treble hilang entah ke mana. Biasanya orang macam ini adalah operator idola para penikmat koplo akut. Sing penting joget!

#4 Tukang service elektronik

Sebenarnya orang macam ini kerjanya benerin speaker rusak, ampli rusak, sampai kabel rusak saat di tempat hajatan. Bahkan sampai acara berlangsung, ada saja yang masih dibenerin. Suara “greeek, ngiiik” kerap sekali terdengar. Sepertinya memang sengaja tiap dapat job sekalian test drive. Test drive kok terus-terusan. Biasanya sih tipe ini selalu minta bayaran yang terlampau tinggi untuk kualitas kerjanya yang begitu lah. Mungkin merasa sudah pro karena embel-embel “tukang service elektronik”.

#5 Kadal darat

Nah, orang macam ini nih yang kerjanya gangguin biduan. Minta nomor ponsel, tapi cuma buat godain. Orangnya sok perlente dan sultan, padahal rokok ngambil punya tukang gendang. Para biduan tak bisa kerja dengan nyaman alibat kehadiran spesies macam ini. Tiap nyanyi, biduan bakal direkam sama si Kadal, tapi ngrekamnya milih-milih spot tertentu. Haaash, ramashok! Herannya, mereka juga punya kelakuan menilap jajanan hajatan. Ngganyem sambil membungkus jajanan di kantong plastik. Pokoknya operator sound system begini nyebelin dan patut di rukyah.

#6 Tenang seperti lautan

Duduk dan kerja, nggak banyak tingkah. Orang-orang tenang seperti ini langka, mereka datang memang untuk kerja. Profesionalitas dikedepankan, mereka pun selalu datang tepat waktu dengan pakaian rapi. Coba perhatikanlah, orang yang tenang saat mengatur sound system ini selalu sopan dan kelihatan bermartabat. Mereka tak banyak mengeluh dan melayani musisi dengan hati. Mereka pun memastikan semua orang kerja dengan relaks. Walau kadang hasil suara sound system kurang bagus, tak masalah, tak ada yang tega protes juga lah.

#7 Monyet bau, kadal bintit, muka gepeng, kecoa bunting, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus, kirik

Atau kita sebut saja orang begini lambe lamis. Mereka sering bilang, “Mas DP-nya dulu 80% kalau bisa ya langsung bayar full.” Tapi, nggak tahunya yang bilang begini malah nggak datang pas hari H. Mereka pun selalu bilang, “Jangan khawatir, saya sudah berpengalaman dan profesional.” Eh ternyata… duar, suara speakernya kayak tiang telepon ditimpuk batu. Ajoor acarane bos! Besar omongannya aja. Operator sound system macam ini layak dihindari. Jangan sampai ketemu yang macam ini atau hajatan bisa bikin banyak orang nggak mood. Bagaimanapun, musik adalah nyawanya, sound system adalah jiwanya.

BACA JUGA Macam-macam Pribadi Manusia Saat Tradisi Gugur Gunung atau Kerja Bakti di Desa dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version