Dalam ruang lingkup pekerjaan, hasil dari kolaborasi antara seorang fresh graduate dengan bekerja sering kali bertolak belakang. Bahkan, dalam prosesnya, ada kalanya dianggap lawak sekaligus sulit mengelak dari berbagai hal konyol. Lantaran, belum punya banyak pengalaman.
Kejadian konyol yang levelnya adiluhung juga sempat saya alami saat masih fresh graduate yang nir-pengalaman. Kejadian ini terjadi lantaran belum tahu apa-apa dan entah harus bagaimana dalam menyikapi situasi yang terjadi di ruang lingkup pekerjaan.
Oleh sebab itu, saya pengin nostalgia akan beberapa hal konyol yang sempat saya alami saat menjadi seorang amatiran di dunia kerja.
Pengalaman konyol #1 Banyak tanya sampai bikin risih dan dimarahin senior
Saya meyakini bahwa banyak bertanya—kepada senior atau leader—bisa menjadi strategi terbaik bagi untuk menambah wawasan sekaligus meminimalisir kesalahan. Namun, saya juga khilaf, nggak semua orang suka ditanya-tanya.
Saya nggak nyangka, segala pertanyaan yang diajukan akan membuat risih senior. Sampai akhirnya, ketika mengajukan pertanyaan lainnya, saya ditegur, “Ayok, mau tanya apalagi? Job desc-ku tambah soalnya, nih. Harus jawab pertanyaanmu di sela-sela jam kerja.” Suwer. Saya bukan lagi mau ngajak gelut. Biar nggak salah-salah amat sejak kali pertama kerja gitu, lho. Hiks.
Pengalaman konyol #2 Lulusan Psikologi dari kampus berbasis IT, dikira paham juga soal IT
Menjadi lulusan Psikologi dari universitas berbasis IT betul-betul membikin senior saya percaya bahwa saya juga menguasai IT—dan dipercaya seperti itu. Tentu saja ini menjadi salah satu hal terkonyol yang saya alami. Kala itu, saya ditanya-tanya soal laptop, mesin fotokopi, dan printer yang rusak. Juga ditanya soal bagaimana cara memperbaikinya. Seakan-akan saya adalah juru selamat untuk perangkat kerja yang sudah nggak lagi berfungsi. Aslinya ya nggak gitu juga kali.
Pengalaman konyol #3 Di hari pertama kerja, nunggu senior pulang lebih dulu, baru ikutan pulang
Yah, namanya juga fresh graduate sekaligus karyawan baru. Label polos dan tukang ngikut-ngikut saja memang sulit dipisahkan. Termasuk ketika di hari pertama bekerja. Senior makan siang ke mana, ngikut. Senior izin ke toilet, ngikut. Senior masih kerja dan pulang malam, juga ngikut. Setelah dipikir-pikir, kenapa saya—juga fresh graduate lainnya—sengikut-ngikut itu tiap kali bekerja di hari pertama, ya?
Pengalaman konyol #4 Baru kerja langsung jadi tempat curhat senior
Jangan salah. Selain diomelin karena banyak tanya, saya juga jadi tempat curhat segala cerita beberapa senior di kantor. Kata mereka, sih, saya curhat-able dan tipe orang yang bisa jaga rahasia. Tapi, yang bikin agak nganu, kami baru saja saling kenal, masa sudah seterbuka itu, sih? Kala itu saya hanya bisa mawas diri. Sebab, blio begitu leluasa cerita ini-itu tentang orang lain. Jangan-jangan, di waktu mendatang saat melakukan kesalahan, saya juga akan jadi bahan cerita olehnya. Iya nggak, sih?
Pengalaman konyol #5 Fresh graduate yang mengaku bisa membedakan cara berkomunikasi dengan para orang tua dan anak muda
Saat awal mula menjadi seorang rekruter, saya punya kesempatan mewawancara kandidat yang mengaku bisa membedakan bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan orang tua dan anak muda/teman sebaya.
“Caranya gimana, Mas?” tanya saya antusias.
“Orang yang lebih tua, kalau lagi cerita, sukanya didengerin, Mas” kata si kandidat menjawab rasa antusias saya.
“Nah, kalau bicara sama yang lebih muda?” lanjut saya yang mencoba probing.
“Karena anak muda masih menggebu-gebu dalam bercerita, jadi, ada baiknya didengerin juga, Mas” jawab si kandidat dengan sangat yakin. Namun, letak perbedaannya di mana, masih menjadi misteri buat saya sampai dengan saat ini.
Pengalaman konyol #6 “Kalau nggak percaya, tanya aja sama Mama saya!”
Apa yang lebih membikin saya kebingungan dari kandidat yang selalu menjawab, “Kalau nggak percaya, tanya Mama saya, Mas,” ketika ditanya tentang apa pun saat proses wawancara kerja? Yak, betul. Nggak ada. Dari awal sampai akhir, selalu ada pernyataan tambahan untuk konfirmasi ke Mama-nya.
Lah, tahu gitu, lebih baik saya wawancara Mama-nya saja, kan? Biar nggak perlu double crosscheck gitu, lho.
Pengalaman konyol #7 Wawancara dengan pelamar kerja yang mengaku indigo
Semoga, ini menjadi yang pertama sekaligus terakhir. Nggak lagi-lagi, deh, mewawancarai pelamar kerja yang mengaku indigo. Bukan kandidat yang terlihat sekaligus merasa tegang, justru saya, sebagai pewawancara, yang ngeri-ngeri sedap selama proses wawancara berlangsung.
Satu kalimat yang paling saya ingat, “Mas, di belakang Mas, ada yang ngikutin sekaligus merhatiin terus. Kayaknya dia suka sama Mas.” Jadi fresh graduate, bukannya unjuk softskill saat proses wawancara, malah menjajal “see the ghost” skill. Hadeh.
BACA JUGA Staf Admin, Pekerjaan Penyelamat Fresh Graduate yang Ternyata Berat dan artikel Seto Wicaksono lainnya.