6 Lagu Indonesia yang Bisa Bawa Pikiran Travelling ke 2005

6 Lagu Indonesia yang Bisa Bawa Pikiran Travelling ke 2005 terminal mojok.co

6 Lagu Indonesia yang Bisa Bawa Pikiran Travelling ke 2005 terminal mojok.co

Setiap generasi memiliki musiknya sendiri, begitu batin saya saat melihat Billie Eilish melompat ke sana ke mari di panggung dengan kostumnya yang menurut saya seperti piyama. Jangan salah, saya tidak membencinya sama sekali. Saya pun menikmati bagaimana anak muda itu menggumamkan lagu-lagunya yang kelam dengan indah. 

Tak ingin berlama-lama menikmati lagu Billie Eilish, saya memutuskan untuk melakukan perjalanan waktu ke 2005. Tahun di mana Winamp masih dipilih untuk memutar playlist, radio masih dipakai untuk titip salam ke gebetan, dan kisah-kisah tentang pacar yang berselingkuh saat KKN masih mewarnai bisik-bisik di kantin kampus mana pun. 

Lagu Indonesia pada tahun tersebut punya warna yang beragam. Para musisi Indonesia di 2005 tampaknya produktif sekali dalam berkarya. Mengerucutkan lagu Indonesia dari era tersebut ke dalam enam nomor tidak semudah menyimpulkan bahwa PPKM level 4 akan diperpanjang lagi, lagi, dan lagi. Berikut ini enam tembang nusantara buat jamaah Mojokiyah yang senang menolak (dianggap) tua. 

#1 “Air dan Api”

Naif sudah bubar, tapi lagu-lagunya akan selalu abadi. “Air dan Api” punya lirik yang mudah diingat dan cocok banget sebagai soundtrack gelut. Lagu Naif ini sungguh cocok di-share saat musim polarisasi politik. 

“Apa maumu, apa mauku, 

Selalu jadi satu masalah 

yang tak kunjung henti.”

#2 “Menanti Sebuah Jawaban”

Soundtrack film Ungu Violet yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo dan Rizky Hanggono ini sekaligus menjadi soundtrack untuk para pemuda dan pemudi pada zamannya saat menunggu jawaban bribikan. Di era itu, jadian nggak melulu tembak langsung jawab. Entah mengapa, untuk urusan pacaran pun pemuda dan pemudi di kala itu mengadaptasi proses bikin KTP yang dulu terkenal sangat kesuwen dan Padi mengemasnya dengan apik lewat lagu ini. 

“Aku tak bisa luluhkan hatimu

Dan aku tak bisa menyentuh cintamu”

#3 “Welcome to My Paradise”

Lagu reggae yang dibawakan dalam bahasa Inggris oleh Mas Tepeng atau Steven Jam (Steven Nugraha Kaligis) ini wajib masuk daftar lagu terbaik 2005, tak hanya untuk mengenang Mas Tepeng yang meninggal pada 22 Juni 2021 yang lalu. Namun, karena lagu ini memang menjadi salah satu lagu easy listening yang banyak dinyanyikan di panggung-panggung pensi pada masanya. 

Mas Tepeng sudah sampai di surganya (“A place where there’s no bullshit”) dan mewariskan lagu legendaris Steven & Thecoconuttrez untuk kita nyanyikan bareng-bareng, wooooyoooooo! 

“Welcome to my paradise….”

#4 “Ruang Rindu”, Letto

Pada 2017, lagu Indonesia ini dinyanyikan dalam versi bahasa Jepang dan Indonesia oleh Hiroaki Kato dan Mas Sabrang yang lebih dikenal sebagai Noe Letto. Lagu Letto ini populer dan digemari para penggemar sinetron Intan yang waktu itu ditayangkan oleh RCTI. 

Ibu saya pun menjadi fans Letto berkat lagu “Ruang Rindu”. Meski nge-fans, hingga saat ini ibu saya ngertinya yang menyanyikan “Ruang Rindu” bernama Mas Letto. Mustinya ibu saya nonton obrolan Mas Puthut bersama Mas Sabrang dalam #PutCast sih, ya, biar makin nge-fans. 

“Mata terpejam dan hati menggumam

Di ruang rindu, kita bertemu.”

#5 “Ceria”

Ada dua lagu J-Rocks yang nge-hits dari album Topeng Sahabat pada 2005, yaitu “Ceria” dan “Lepaskan Diriku”. J-Rocks dengan aliran Japanese Pop/Rock ini meski disukai dengan warna musiknya yang riang dan segar, tetap saja dicaci dan dikuliti karena menurut sebagian orang, J-Rocks jelas-jelas menjiplak lagu-lagu L’Arc en Ciel. 

Bisa jadi, sih, karena terlalu ngefans, J-Rocks tidak menyadari kalau mereka membuat lagu berdasarkan ingatan atas musik L’Arc en Ciel. Soal amat sangat ngefans dengan L’Arc en Ciel ini juga diakui oleh para personel J-Rocks. Yang jelas J-Rocks tetap saja menjadi band beraliran musik Japanese Pop/Rock yang punya banyak penggemar di Indonesia. 

“Hari ini kudendangkan

Lagu yang ingin kunyanyikan”

#6 “Konservatif”

Lagu dari The Adams ini kadang dimaknai sebagai gambaran dari generasi lawas yang sedikit nakal, banyak akal, tapi masih patuh pada koridor norma seperti dalam liriknya.

“Konservatif” muncul sebagai soundtrack di film komedi romantis, Janji Joni, yang dibintangi oleh pria pendiam kesayangan Indonesia, Nicholas Saputra dengan lawan main Mariana Renata. 

Dalam album ost. Janji Joni, tak hanya The Adams yang berkesempatan menyuguhkan warna musik dari kalangan indie. Ada pula yang namanya turut dikenal bersama The Adams yaitu Sore, White Shoes & The Couples Company, Goodnight Electric, dan Sajama Cut. Kesuksesan Janji Joni membuat mahasiswa pada masa itu tergila-gila untuk terlihat indie dengan membelanjakan uangnya untuk membeli aksesori lokal, buatan komunitas-komunitas indie yang dijual di distro-distro. 

“Dan aku kan berada di teras rumahmu 

Saat air engkau suguhkan

Dan kita bicara tentang apa saja”

Keenam lagu Indonesia pilihan saya, jelas tak akan bisa memuaskan hasrat untuk kembali ke masa lalu di setiap orang. Jangan manja, bikin playlist sendiri aja. Tapi hati-hati terperangkap dalam ingatan masa-masa kabur dari lokasi KKN buat boncengan sama selingkuhan. Eaaa….

BACA JUGA 5 Lagu Romantis 90-an yang Pas untuk Ngebucin dan tulisan Butet Rachmawati Sailenta Marpaung lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version