Mosok pipis di SPBU bayarnya cashless? Eh, gratis deh, katanya.
Di zaman serba digital ini, pola kegiatan manusia banyak yang berubah. Segala sesuatu yang dulu dilakukan secara manual, sekarang bisa dilakukan secara online dan virtual. Salah satu yang paling kelihatan jelas di depan mata adalah proses transaksi keuangan. Apa-apa tinggal gesek, apa-apa tinggal scan. Memang jadi makin cepat dan mudah, sih. Tapi, makin ke sini, uang makin nggak kelihatan wujudnya. Uang sekadar deretan angka-angka yang tampil di layar. Ngeri juga sebetulnya.
Kalau dipikir-pikir, ternyata ada juga proses transaksi yang sama sekali nggak tersentuh oleh digitalisasi. Artinya, teuteup harus pake cara-cara manual alias cash. Malah, kalau dipaksakan pakai cara gesek-scan-gesek-scan tadi, jadinya aneh. Ini nih beberapa contoh transaksi keuangan yang sepertinya nggak mungkin dilakukan secara cashless.
Pertama, bayar toilet umum. Ketika sedang di mal, pasar, atau tempat wisata dan kamu kebelet pipis, pasti yang dicari adalah toilet umum. Jangan lupa, sebelum menunaikan hajat dengan paripurna, siapkan dulu uang receh dua ribu perak karena di toilet umum itu nggak ada fasilitas mesin untuk gesek kartu debit apalagi scan barcode dompet digital. Yang ada cuma kotak kencleng yang bisanya diisi oleh uang cash. Kecuali, kalau kamu pipisnya di toilet umum SPBU. Itu gratis (rencananya).
Kedua, ngisi kencleng masjid. Setiap salat Jumat, majelis taklim, atau pengajian ibu-ibu di masjid, biasanya ada kotak kencleng yang diedarkan keliling ke setiap jamaah. Mungkin kotak kencleng macam begitu ada juga di tempat ibadah agama lain, cuma saya nggak tahu namanya. Yang pasti, yang dimasukkan ke dalam kotak kencleng itu jelas uang cash, dong. Sampai saat artikel ini ditulis, saya belum menemukan kotak kencleng masjid atau kotak amal lainnya yang bisa gesek kartu debit atau scan barcode dompet digital.
Ketiga, bayar parkir Indomaret. Kalau kamu pelanggan setia Indomaret, Alfamart, dan mart-mart yang lain, pastinya nggak bisa lepas dari sosok tukang parkir. Sosok yang selalu muncul tiba-tiba dan membunyikan peluit ketika kita sudah menyalakan mesin motor itu tentu saja meminta uang cash dua ribu perak. Nggak pernah, tuh, pas mau bayar parkir lalu si tukang parkirnya bilang, “Uang parkirnya ditransfer saja ya, Mas,” atau “Bayarnya pakai OVO saja ya, Bang!” Kayaknya nggak bakalan pernah kejadian gitu, deh.
Keempat, ngasih angpau. Angpau adalah tradisi yang sering dijumpai di momen-momen spesial macam Lebaran, Natal, atau Imlek. Biasanya, angpau diberikan dalam bentuk amplop kecil dengan gambar, tulisan, dan warna yang khas. Isinya? Yaaa uang cash lah. Mana ada angpau isinya bukti transfer BRI atau voucher belanja Matahari. Inilah alasan kenapa angpau itu barang yang paling ditunggu oleh anak-anak (dan juga ibu-ibu mereka) ketika momen Lebaran, Natal, atau Imlek.
Kelima, belanja ke pasar tradisional. Namanya juga pasar tradisional, pasti segala sesuatunya berkonsep tradisional. Mulai dari tempatnya, pedagangnya, barang-barangnya, sampai pembayarannya. Kalau kamu punya rencana mau belanja sembako ke pasar tradisional, tolong bawa uang cash, ya. Jangan sok-sokan bawa kartu debit apalagi aplikasi dompet digital di hape dengan alasan gaya hidup modern. Dijamin nggak akan guna.
Kalau mau dicari, sebetulnya masih banyak lagi jenis-jenis transaksi yang sepertinya nggak mungkin dilakukan secara cashless. Ini menunjukkan bahwa mau semodern apa pun gaya hidup kita, mau secanggih apa pun teknologi yang dipakai, tetap saja ada hal-hal tradisional dan konvensional yang nggak bisa dilepaskan. Gitu.
Sumber Gambar: Unsplash