5 Tips Berdebat di Media Sosial agar Terhindar dari Debat Kusir

5 Tips Berdebat di Media Sosial agar Terhindar dari Debat Kusir terminal mojok

Masih zaman debat kusir?

Pertentangan pendapat di media sosial memang kerap kali berakhir dengan debat online. Nggak perlu susah-susah kalau mau mencari debat online ini karena hampir semua jenis postingan jadi gelanggang debat. Mulai dari postingan tentang kebijakan pemerintah, sampai postingan yang membahas anime. Cukup cari komentar dengan jumlah balasan yang banyak dan voila… sudah ketemu. Topik yang jadi perdebatan juga sangat luas. Mulai dari membahas efektivitas dan pro-kontra kebijakan pemerintah, sampai dengan perdebatan waifu siapakah yang paling wangi.

Sayangnya, debat online kebanyakan justru jadi debat kusir dan adu bacot semata. Mulai dari argumen yang nggak punya esensi, perdebatan melebar sampai keluar dari topik pembahasan, dan yang paling parah kalau yang terjadi justru adu makian belaka.

Maka dari itu, sebagai seorang penikmat debat online, saya ingin memberikan beberapa tips agar kamu yang mau berdebat bisa memberikan argumen yang lebih berkualitas dan lebih terarah. Sehingga debat ini nggak berujung dengan debat kusir semata.

#1 Cari data-data yang mendukung argumenmu

Jika kamu sedang berdebat di media sosial dan berupaya mempertahankan argumenmu, maka wajib hukumnya untuk mencari data sebanyak-banyaknya. Jika punya data yang banyak, kamu nggak perlu repot-repot sampai ad hominem atau memaki-maki lawan debat. Kamu bisa membuka beberapa tab sekaligus untuk melakukan riset terkait data yang mendukung argumenmu. Kalau bisa, data yang kamu bawa adalah data yang baru. Pastikan juga data yang kamu temukan berasal dari sumber yang valid.

Ingat, perbedaan debat di media sosial dengan kompetisi debat ilmiah adalah semua orang bisa ikut nimbrung saat kamu tengah debat di media sosial. Kalau keliru membawa data, kamu bisa ditegur oleh orang lain yang bukan lawan debatmu. Ini bisa bikin kamu kena serang ramai-ramai sama netizen.

Maka dari itu, usahakan cek kembali dan teliti data yang sudah kamu kumpulkan sebelum diberikan pada lawan debatmu. Jangan sampai kamu malah keliru membawa data. Bisa-bisa kamu justru malah kena serang balik dari lawan.

#2 Sampaikan dengan padat, ringkas, dan nggak berbelit-belit

Karena media yang kamu gunakan berdebat adalah teks, maka usahakan dalam penyampaian argumen serta data yang kamu punya itu nggak berbelit-belit. Semakin padat dan ringkas semakin baik. Jika terlalu panjang biasanya orang-orang akan mengabaikan argumenmu. Bahkan kadang disindir balik, “Lagi nulis skripsi, Bro?”

Kalau kamu memberikan argumen dengan berbelit-belit, lawan debatmu bisa jadi akan kebingungan dan salah tangkap dengan poin yang akan kamu sampaikan. Ini akan berakhir dengan perdebatan yang tiada habisnya alias debatnya nggak nyambung.

#3 Bawa perbandingan atau analogi yang sesuai

Membawa perbandingan atau analogi untuk mendukung pendapatmu adalah salah satu metode yang bagus dalam berdebat. Namun ingat, dalam memberikan perbandingan atau analogi itu harus yang apple-to-apple alias sesuai.

Saya pernah menemukan seseorang berargumen bahwa Football Manager adalah gim bola yang nggak menarik minat seseorang untuk memainkannya dan juga nggak laris. Lucunya, saat diminta membuktikan bahwa Football Manager adalah gim yang nggak laris, orang ini membandingkan gim Football Manager dengan PES.

Ini jelas nggak apple-to-apple, meski sama-sama gim bola, FM jelas sangat berbeda dengan PES. FM adalah gim bola yang menempatkan kamu sebagai seorang pelatih. Kalau mau menunjukkan bahwa FM adalah gim yang nggak laris, bandingkanlah data penjualannya Soccer Manager yang bergenre sama.

#4 Hindari merasa superior dan arogan

Saya sering kali menemukan saat dua orang sedang berdebat di media sosial. Salah seorang memanggil lawan debatnya dengan sebutan “Dek” meskipun usianya sama, atau bahkan jauh lebih muda. Trik ini bertujuan untuk menggiring opini orang-orang yang mengikuti perdebatan agar beranggapan bahwa lawan debatnya itu adalah seorang bocah kurang pengalaman.

Hindari bertindak superior dan arogan seperti ini. Cukup tunjukkan di mana letak kesalahan argumen lawan, dan berikan data valid yang mendukung argumenmu. Menangkanlah debat dengan elegan.

#5 Tinggalkan perdebatan jika sudah menyerang personal atau memanggil circle

Biasanya di media sosial, saat seseorang sudah kalah argumen, yang terjadi adalah orang ini mulai menyerang personal lawan debatnya atau ad hominem. Kadang juga mereka menandai atau memanggil teman-temannya. Jika sudah seperti ini, sebaiknya tinggalkan saja perdebatan tersebut. Esensi dari debat adalah argumen dibalas argumen, bukannya menyerang pribadi lawan debat, atau justru merundung lawan debat.

Nah, itulah beberapa tips yang saya berikan agar saat kamu terjebak dengan perdebatan di media sosial, kamu bisa terhindar dari yang namanya debat kusir dan memberikan argumen yang berkualitas. Selain berdebat, jika kamu mengikuti tips di atas, kamu juga bisa memberikan wawasan atau insight baru terhadap mereka yang mengikuti debatmu. Mantap, kan?

BACA JUGA Berani Bacot di Media Sosial tapi, kok, Pakai Akun Bodong? atau tulisan Muhammad Harits Hikmawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version