Satu-satunya hal yang paling menyebalkan bagi saya saat pergi ke luar kota adalah mabuk kendaraan. Sejak saya kecil, tubuh saya selalu menolak dengan aroma yang dihasilkan oleh mobil atau bus, meskipun itu mobil mewah sekelas Alphard atau bus mewah seperti Luxury Bus dengan tarif mahal dan fasilitas bagus.
Saya tidak tahu mengapa dari dulu tubuh saya terlihat ndeso banget. Tidak hanya memalukan, namun kebiasaan saya ini juga seringkali merepotkan orang, terlebih diri saya sendiri. Saya menjadi tidak nyaman setiap kali melakukan perjalanan ke luar kota, kepala saya sering pusing, tubuh saya selalu mual, dan napas sedikit ngos-ngosan saking mualnya.
Menyadari itu nggak enak, saya akhirnya melakukan lima hal sebagai antisipasi diri sendiri jika saya mual dan akhirnya mabuk kendaraan.
#1 Tidak makan terlalu banyak
Perut yang penuh ditambah aroma nggak enak dari kendaraan menjadi perpaduan yang sukses membuat saya semakin mual. Kebanyakan makan sebelum atau saat berada di kendaraan sangat tidak direkomendasikan bagi orang yang gampang mabuk kendaraan seperti saya. Percuma mengisi perut dengan banyak makanan, pasti ujung-ujungnya dimuntahin juga karena saking mualnya.
#2 Sering-sering menghirup minyak angin aromaterapi
Bagi saya, minyak angin sudah menjelma bak superhero dalam dunia permabukan. Aromanya yang menyegarkan mampu menyamarkan bau nggak enak dari mobil atau bis, sehingga bau asli dari kendaraan tersebut tidak bisa saya cium dengan sempurna.
Biasanya sebelum saya naik ke kendaraan tersebut, saya selalu mengoles bagian dalam masker dengan minyak angin. Dengan cara itu, sepanjang perjalanan aroma yang masuk dalam hidung saya didominasi oleh aroma dari minyak angin itu, jadi perut saya terasa lebih aman dan nyaman, perjalanan pun menjadi menyenangkan.
#3 Tidak banyak main handphone
Saya tidak tahu persis kenapa keseringan main handphone bisa membuat orang jadi mabuk saat di perjalanan. Tapi, info yang pernah saya baca dari internet, hal itu terjadi karena adanya ketidakcocokan input sensorik yang terjadi dalam otak, karena terlalu banyak menerima perintah dari indra.
Saat mobil melaju, secara bersamaan indra pendengaran kita mendengar suara mesin, tubuh kita merasakan lajunya kendaraan. Sedangkan indra penglihatan kita fokus pada layar handphone. Ketidakcocokan itulah yang bikin kita menjadi mual.
Makanya kalau lagi dalam perjalanan naik mobil atau bis saya jarang atau lemot ngebalesin chat yang masuk. Rasanya nggak enak banget kalau sudah mual di tengah perjalanan soalnya.
#4 Duduk di sebelah sopir atau pojok dekat kaca
Orang mabukan kebanyakan memilih duduk di sebelah sopir atau pojok dekat kaca daripada di tengah. Pokoknya harus sebelah jendela biar bisa menyenderkan kepala jikalau sewaktu-waktu perut sudah tidak bisa dikondisikan.
Jujurly, kaca mobil itu tempat ternyaman untuk nyenderin kepala daripada bahu orang. Saya pernah waktu itu tidak kebagian duduk di pojok dekat kaca, saya terpaksa duduk di tengah dan ketika mual, saya menyenderkan kepala saya ke bahu saudara saya. Rasanya kurang nyaman, posisinya selalu nggak pas dan ujung-ujungnya bikin saya semakin mual karena kebanyakan gerak.
Lalu di tengah perjalanan saya minta tukeran tempat duduk dengan saudara saya, karena sudah tidak tahan. Dan, saat saya berhasil merebut kursi pojok dekat jendela, mual saya perlahan berkurang meskipun tidak sepenuhnya. Ya, lumayanlah ya daripada sebelumnya.
#5 Dengerin musik sambil tidur
Dengerin musik pakai earphone sambil tidur memang pengalihan ternikmat saat mabuk kendaraan. Ini pilihan terakhir jika keempat cara di atas masih kurang ampuh meredakan mual.
Sebenarnya dari dulu saya memang hobi dengerin lagu sambil ngebayangin jadi artis ala-ala bintang film atau penyanyi gitu. Kalau sudah earphone terpasang dan lagu sudah dimainkan, saya biasanya langsung nyari posisi wenak lalu memejamkan mata atau melihat pemandangan dari samping kaca.
Saya mulai memainkan imajinasi itu agar saya lupa dengan laju dan aroma kendaraan yang saya tumpangi. Kadang saya juga nyanyi-nyanyi sendiri menghibur diri. Kalau sudah capek, saya akan ketiduran, setelah itu tak terasa sudah sampai tujuan.
Jika ada yang bertanya kenapa saya nggak minum obat antimual seperti Antimo, jawaban saya adalah karena nggak mempan. Dulu, ketika saya kecil sering dikasih Antimo cair sama orangtua saya dengan harapan agar saya tidak muntah selama perjalanan, tapi karena tekstur Antimo yang kental itu malah membuat saya eneg.
Begitu juga dengan Antimo pil, selain males belinya, nyatanya Antimo pil nggak cukup manjur buat tubuh saya yang ndeso plus katrok ini. Kelima cara di atas itulah akhirnya yang rutin saya lakukan ketika berpergian. Alhamdulillah sangat membantu.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pengalaman Naik Bus di Jepang, Satu Penumpang pun Pasti Diantar