5 Orang Paling Menyebalkan di Warung Kopi

4 Rekomendasi Warung Kopi di Sekitar IAIN Kediri

4 Rekomendasi Warung Kopi di Sekitar IAIN Kediri (pixabay.com)

Di warung kopi, pagi dimulai, pembicaraan dibuka, diskusi dilabuhkan dan rindu dipulangkan. Semua berawal dari warkop. Maka, saya rasa warkop seperti asap dapur yang harus terus menyala, agar rumah tangga republik ini tetap mengepul.

Kebetulan, Bulik saya membuka warung kopi kecil-kecilan di depan sekolah menengah atas swasta di Kabupaten Wonosobo. Beliau sering mencurahkan keluh kesahnya mengenai macam-macam pembeli di warungnya. Mulai dari cerita yang kadang bikin lesung pipi saya mekar hingga cerita yang bikin geleng-geleng kepala.

Kali ini, saya ingin menceritakan sisi menyebalkan orang di warung kopi yang harus dihindari para penjual kopi di mana pun Anda berada!

Tukang ngutang

Urutan nomor wahid jelas diperuntukkan bagi mereka yang sudah ngopi dengan santai di warung kopi tapi ujungnya ngutang juga. Kalian tau nggak si, kalau warkop itu untungnya nggak seberapa. Kok berani-beraninya ngutang. Sekiranya nggak punya uang, lebih baik beli kopi saset dan diseduh di rumah sendiri. Kalo nggak punya uang sama sekali solusinya mah bukan ngopi, cari kerja, Maszehh!

Numpang Wi-Fi di warung kopi

Golongan yang menyebalkan di urutan kedua jatuh pada mereka yang cuman pesan secangkir kopi (seharga lima ribu rupiah), tapi nongkrong di situ dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Keberadaan Wi-Fi sangat krusial. Di satu sisi ditujukan untuk menarik pelanggan, eh di sisi lain bisa bikin penjual bangkrut. Alasan mereka betah adalah mudahnya akses internet karena ada Wi-Fi. Mau ngusir tapi mereka adalah pembeli alias raja yang harus dihormati. Tapi kalau model kaya gini (numpang Wi-Fi dari pagi ke pagi) bisa digolongkan sebagai raja yang semena-mena dan harus dikudeta si. Hahaha!

Baca halaman selanjutnya

Menganggap warung kopi sebagai rumah sendiri…

Menganggap warung kopi sebagai rumah sendiri

Ini yang berlebihan sih. Diberi kemudahan, eh, malah ngelunjak. Kadang ada yang sampai nyenyak tidur sembari ngorok di warung kopi bulik saya.

Ada saja pelanggan yang sangking betahnya hingga menganggap warkop sebagai rumah pertamanya. Mereka juga jarang pulang ke rumah sendiri. Haduh. Ini lebih parah dari Bang Toyib. Kalau Bang Toyib jarang pulang karena mencari nafkah, lah ini, jarang pulang karena leyeh-leyeh di warung kopi. Sadar, Mas! Apakah sampeyan perlu ditampar pake slogan kerja, kerja, kerja?

Tempat persembunyian

Adanya warung kopi itu buat hal-hal positif, Maszehh! Bisa buat ngobrolin ngalor-ngidul tentang apa saja bukan untuk kabur dari istri yang galak, kabur dari mata pelajaran sekolah, kabur dari mertua yang ngomel-ngomel. Udah pada tua kok masih suka main petak umpet si. Saya setuju kalau warkop dijadikan tempat pelarian melepas penat bukan digunakan sebagai tempat melarikan diri dari masalah. Ciloko!

Ingfo nomor togel

Selain obrolan positif, warung kopi kadang dimanfaatkan oleh beberapa orang sebagai tempat merumuskan nomor togel. Awalnya saya bingung, kok ada orang tua bawa buku ke warung, rajin amat, ya. Padahal anak sekolah saja malas untuk belajar. Apalagi malah hitung-hitung. Usut punya usut, ternyata buku yang mereka bawa digunakan untuk ngerumus. Walah, ada-ada saja.

Itulah kelakuan nyeleneh dan menyebalkan orang di warung kopi. Memang beginilah dinamika di tempat inspirasi mengucur deras seperti hujan, enek-enek wae polahe.

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Warung Kopi Blandongan, Merevolusi Sajian Kopi di Yogyakarta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version