Setelah sekian lama, saya akhirnya mulai menonton anime lagi. Sebagai penonton yang masih awam, saya lantas meminta rekomendasi anime yang cocok ditonton oleh pemula kepada banyak orang. Sebagian besar dari mereka menganjurkan Spy x Family untuk saya saksikan.
Saat menonton Spy x Family, saya akhirnya sadar kenapa orang-orang bisa tahan berjam-jam di depan layar buat nonton anime. Sebab, anime, khususnya Spy x Family memang seseru itu! Ngakak, kepo, kesal, dan haru saya rasakan sewaktu nonton Spy x Family.
Spy x Family ini menceritakan Loid Forger, seorang agen mata-mata yang mendapatkan misi untuk mencegah terjadinya perang antara dua negara yang bermusuhan, Westalis dan Ostania. Ia memperoleh tugas untuk mengawasi Donovan Desmond, ketua National Unity Party di Ostania yang diduga memicu konflik antara dua negara.
Titik masuk yang harus dipenuhi Loid untuk bisa melanjutkan misinya adalah memasukkan anak angkatnya, Anya Forger, ke Akademi Eden. Sebab, putra Donovan Desmond juga bersekolah di akademi itu. Jika ia berhasil membuat Anya menjadi salah satu siswi sekolah elite di Ostania itu, maka Loid bisa menyelesaikan tahapan-tahapan misi berikutnya.
Sewaktu keluarga Anya dan keluarga Forger mulai menjalani seleksi untuk bisa masuk ke Akademi Eden, saya merasa familier dengan beberapa detail sekolah tersebut. Sebab, beberapa hal yang ada di Akademi Eden juga ada di Sekolah Sihir Hogwarts, sekolah yang mencetak para penyihir dalam buku dan film Harry Potter. Berikut ini kemiripannya.
#1 Hanya siswa terpilih yang bisa masuk
Untuk bisa diterima Akademi Eden, ada banyak syarat dan seleksi yang wajib dipenuhi oleh para calon siswa dan keluarganya. Seleksi resminya ada ujian tertulis dan wawancara bersama keluarga. Di luar itu, masih ada seleksi yang dilakukan oleh para penguji yang menilai kualitas dan elegansi keluarga calon siswa. Ditambah lagi, konon, Akademi Eden yang bergengsi ini hanya menerima siswa dari keluarga kaya.
Kalau di Sekolah Sihir Hogwarts memang nggak ada seleksi tertulis dan wawancara kayak Akademi Eden. Tapi Hogwarts sejak awal hanya memilih anak-anak yang memiliki bakat sihir. Mereka nantinya akan dikirimi surat tawaran untuk mulai bersekolah di sana.
#2 Pembagian siswa ke dalam kelas dan asrama
Salah satu bagian terseru dari Harry Potter adalah keberadaan empat asrama yang selain menjadi tempat tinggal para siswa, juga sebagai bagian dari identitas mereka. Di Hogwarts ada empat asrama yang namanya diambil dari para penemunya, yaitu Gryffindor, Ravenclaw, Hufflepuff, dan Slytherin. Para potterhead pun bisa ikutan masuk ke dalam asrama-asrama ini dengan mengikuti sesi seleksi oleh Sorting Hat, seakan-akan mereka benar-benar murid Hogwarts.
Akademi Eden pun membagi siswa-siswinya ke dalam delapan kelas atau kelompok. Kelas-kelas ini di antaranya Specter, Cline, Cecile, Wald, Malcom, Hamilton, Villiers, dan Rose. Anya Forger dan putra target Loid Forger, Damian Desmond, berada dalam kelas Cecile. Baik Hogwarts maupun Eden, keduanya sama-sama menunjuk seorang pengajar untuk memimpin asrama atau kelas.
#3 Diskriminasi antarsiswa
Ketika Anya, ditemani oleh Loid dan Yor, mengukur badan untuk seragam barunya, sang penjahit memberikan informasi bahwa ada diskriminasi antarmurid di Akademi Eden. Blio bilang bahwa ada dinding pembatas antara orang tua alumnus Eden dengan yang nggak. Ini menyebabkan perbedaan perlakuan dan perundungan di antara anak-anak di Eden. Selain itu, ada pula konflik antara siswa yang tinggal di asrama dengan yang komuter. Ditambah lagi kalau siswa yang bersangkutan nggak berasal dari keluarga berpengengaruh. Pasti ia bakal lebih susah untuk berteman.
Diskriminasi juga terjadi di Sekolah Sihir Hogwarts. Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian siswa yang tergabung dalam asrama Slytherin menunjukkan favoritisme terhadap pure blood atau penyihir berdarah murni yang kedua orang tuanya sama-sama memiliki kemampuan sihir. Slytherin kadang mengalienasi dan memandang rendah muggleborn, yakni penyihir yang merupakan keturunan muggle. Bahkan mereka menciptakan julukan dengan memanggil para muggleborn dengan sebutan mudblood atau darah lumpur.
#4 Pemberian gelar dan jabatan untuk siswa
Kedua sekolah ini memberlakukan penghargaan sekaligus jabatan yang selain bikin prestise sosial naik, turut memberikan wewenang bagi para siswanya. Di Hogwarts, para siswa dan siswi yang terpilih dapat menjabat sebagai prefect, head boy, dan head girl. Mereka yang berperan sebagai prefect, head boy, atau head girl punya otoritas untuk mengatur perilaku teman-teman satu asramanya.
Sementara itu, Akademi Eden memiliki program yang bernama Imperial Scholars Honor Program. Jika seorang murid Eden berhasil menjadi bagian dari Imperial Scholars maka bisa dibilang ia berada di tingkatan lebih tinggi sebagai elite Akademi Eden. Jadi, bisa dikatakan mereka si paling elite dari para elite. Untuk bisa menjadi bagian dari Imperial Scholars, siswa yang bersangkutan harus punya delapan Stella Stars yang bisa didapatkan dari nilai sempurna, keahlian istimewa di bidang olahraga, seni, atau lainnya, dan kontribusi terhadap masyarakat.
#5 Trio gerombolan perundung
Terakhir, kemiripan antara Akademi Eden dengan Sekolah Sihir Hogwarts adalah adanya geng perundung yang beranggotakan tiga orang. Ketiganya ini suka mem-bully siswa lain yang dianggap nggak setara dengan mereka. Mereka berlindung dari sanksi atas kenakalan itu di balik kekuasaan orang tuanya.
Di Akademi Eden, ada Damian Desmond dengan dua pengikutnya, Emile Elman dan Ewen Egeburg yang langsung cari muka dengan menyebut bahwa keluarga mereka berutang pada jasa Donovan Desmond, ayah Damian. Sementara di Hogwarts, ada Draco Malfoy, Vincent Crabbe, dan Gregory Goyle yang orang tuanya sama-sama tergabung dalam kelompok Death Eaters. Persisnya lagi, Draco Malfoy dan Damian Desmond yang notabene merupakan pemimpin dari geng mereka masing-masing memiliki ayah yang paling berpengaruh dari dua sobatnya.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Tempat di Sekolah Sihir Hogwarts yang Sebaiknya Tidak Dikunjungi.