Beberapa kelakuan sopir angkot ini mayan bikin darah mendidik. Mak blubuk, gitu
Kemajuan transportasi (meski nggak maju-maju amat) masa kini bikin angkot makin lama makin tersisih. Munculnya ojol dan makin meningkatnya mutu transportasi umum lainnya tak pelak “memukul” angkot. Meski begitu, transportasi ini, pada masanya, begitu berjasa.
Jangkauan yang lumayan luas, plus ramah di kantong bikin angkot jadi primadona. Namun, tak ada gading yang tak retak. Tetap saja ada komentar miring untuk angkot, terlebih pada sopirnya.
Nah, sebagai mantan penumpang angkot dengan jam terbang yang lumayan tinggi, saya akan memberi beberapa kelakuan sopir angkot yang mayan bikin darah mendidih. Mak blubuk gitulah.
#1 Ngetem lama
Maksud dari para sopir ngetem lama itu biasanya karena menunggu penumpang penuh, baru berangkat. Tentu hal itu lebih efisien ketimbang berangkat tiap ada satu-dua penumpang masuk. Masalahnya adalah, orang pake angkot itu karena kecepatannya. Pun nggak menutup kemungkinan orang yang pake angkot itu sedang terburu-buru.
Kalau ngetemnya, katakanlah 5-10 menit masih masuk akal. Lha kalau lebih dari itu, dan maksa nunggu penumpang, ya pahit, Bos. Udah gitu, ngetem sering kali bikin macet. Lah, yang rugi banyak.
#2 Nyetel musik kenceng-kenceng
Sudah menjadi rahasia umum bahwa musik dan supir angkot merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Biar semangat pas nyari duit. Masalahnya adalah, kalau volumenya nggak ngotak, bukannya bikin semangat, yang ada bikin budek.
Gini lho, saya tahu emang nyopir itu capek. Jelas. Tapi nggak harus nyetel dengan volume maksimal juga kali. Kasihan penumpangnya. Lagian, apa ya nggak takut kupingnya kenapa-kenapa.
#3 Tidak menyiapkan kembalian
“Kalau mau naik angkot, selalu siapin uang pas. Biasanya abang supirnya nggak nyiapin uang kembalian,” ucap Ibu saya ketika saya menjadi penumpang angkot untuk pertama kali.
Nasihat yang diucapkan oleh Ibu saya tersebut memang bisa saya amini. Ketika hendak naik angkot, hal pertama yang selalu saya siapkan adalah uang pas. Sebisa mungkin, jangan sampai saya membayar jasa sang supir angkot dengan memberikan uang lebih, lantas membuat sang supir mesti memberikan kembalian atau istilah kerennya, cashback. Mengapa? Karena mayoritas supir angkot tidak menyiapkan uang kembalian sehingga menuntut sang penumpang untuk bersikap legowo apabila uang kembalian mereka kurang dari yang semestinya.
Sekali dua kali sih, nggak apa-apa. Amal. Lha kalau sering, ya pedih.
#4 Banyak mengobrol
Kebiasaan supir angkot berikutnya yang saya anggap menyebalkan adalah banyak mengobrol ketika sedang membawa kendaraan, baik itu dengan sang kenek ataupun dengan sesama supir. Bukan apa-apa, tetapi apakah mereka tidak menyadari bahwa dengan mengobrol fokus mereka jadi terbagi dan dapat membahayakan semua penumpang dan dirinya sendiri?
Bila ingin mengobrol, ya, boleh-boleh saja, asalkan jangan pas nyetir. Ngeri, Gan.
#5 Ugal-ugalan
Memang, tidak semua supir angkot seperti ini. Ada juga yang lebih kalem atau setidaknya, tidak begitu ugal-ugalan ketika berkendara. Namun, berdasarkan pengalaman saya, kebanyakan supir angkot sering kali bertingkah seperti penguasa jalanan. Dengan seenak udelnya, mereka memacu gas dengan kecepatan tinggi, kemudian berhenti secara tiba-tiba tatkala ada calon penumpang yang melambaikan tangan. Saya paham, semua itu dilakukan demi mendapatkan penumpang sebanyak mungkin; demi mencari rezeki yang diberikan Tuhan. Namun, ya tolonglah, tetep aja bahaya.
Saya bisa berbicara seperti ini karena saya memang pernah merasakannya. Meski nggak bisa jadi sampel, tetep aja pengalaman yang saya rasain seperti itu.
Itulah beberapa kelakuan supir angkot yang bikin kita mengelus dada. Tapi, jelas, nggak semuanya kayak gitu. Kalau kalian ada pengalaman lain, bisa banget tulis di komentar!
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kasta Tempat Duduk di Angkot yang Perlu Kamu Coba