5 Gaya Hidup Orang Jepang yang Bikin Mereka Bertubuh Langsing Ideal

5 Gaya Hidup Orang Jepang yang Bikin Mereka Bertubuh Langsing Ideal terminal mojok

Emang kayak gimana sih gaya hidup orang Jepang?

Bukan bermaksud body shamming, tetapi selama tinggal di Jepang, saya sangat jarang menemukan orang Jepang yang berbadan tambun. Umumnya, mereka nggak kurus tetapi nggak gemuk juga. Pas lah, ideal, mungkin sesuai indeks massa tubuh.

Orang Jepang nggak mengonsumsi roti sebagai makanan pokok dan nggak terlalu suka susu serta produk olahannya seperti orang Eropa. Beda juga dengan orang Amerika yang suka junkfood dan cenderung obesitas, orang Jepang lebih suka masak makanan mereka sendiri. Sejak kecil, orang Jepang didoktrin untuk makan sehat dengan gizi seimbang dan kalori secukupnya. Makanya nggak banyak orang Jepang yang bertubuh tambun. Saya rasa, 5 gaya hidup orang Jepang berikut juga jadi alasan mereka bertubuh ideal:

Gaya hidup orang Jepang #1 nggak suka gorengan

Harus diakui, orang Jepang nggak suka goreng-menggoreng dan gorengan seperti orang Indonesia dan Korea. Tapi, bukan berarti di Jepang nggak ada gorengan sama sekali, ya. Di Jepang ada juga tenpura (sayuran yang digoreng tepung), ebi furai (udang tepung), karaage (ayam goreng tepung), kok. Namun, orang Jepang nggak memakan goreng tersebut setiap hari. Selain deepfry masakan tertentu, biasanya mereka menggunakan minyak hanya untuk menumis.

Sebagai perbandingan, satu liter minyak goreng mungkin baru habis dalam sebulan bagi orang Jepang, sedangkan bagi orang Indonesia yang suka bikin bakwan dan gorengan lainnya, mungkin nggak sampai 7-10 hari. Minyak yang digunakan orang Jepang biasanya juga minyak kanola sehat yang harga jualnya di Indonesia mencapai puluhan ribu rupiah seliternya.

Sebenarnya pembuangan bekas minyak goreng yang sudah dipakai juga agak ribet di Jepang. Minyak jelantah nggak boleh dibuang sembarangan, apalagi di wastafel. Bisa-bisa malah menyumbat dan merusak saluran pembuangan air rumah. Perbaikannya bisa menghabiskan uang berjuta-juta. Biasanya, orang Jepang akan mengumpulkan minyak jelantah jadi satu, kemudian ditaburi bubuk pembeku minyak. Setelah beku dan padat, barulah bisa dibuang ke dalam sampah organik.

Gaya hidup orang Jepang #2 suka teh dan kopi pahit

Teh nasgitel? Panas-legi-kenthel? Mungkin orang Jepang bisa syok kalau minum itu karena mereka tak terbiasa. Biasanya orang Jepang minum ocha (teh hijau) dan koucha (teh merah, mirip teh kita) yang warnanya nggak pekat dan yang jelas nggak boleh manis. Rasanya harus tawar.

Minum kopi pun demikian. Berbeda dengan kita, kopi saja biasanya kopi manis, kan? Gulanya 1 sendok makan. Saya pernah minum kopi bersama teman Jepang dan dia terkaget-kaget begitu tahu saya memasukkan banyak gula dan creamer. Warna kopinya bukan hitam lagi, melainkan sudah berubah jadi krem dan rasanya manis.

Gaya hidup orang Jepang #3 hitung kalori dengan menu sederhana

Sejak kecil, anak-anak di Jepang diajari untuk memperhatikan menu makanannya. Ada daycare atau TK yang menyediakan makanan, tetapi ada juga daycare atau TK yang mengharuskan membawa bekal makanan. Nggak ada yang namanya jajan di luar sekolah. Sekolah juga selalu mengingatkan pentingnya makan sehat dengan gizi seimbang melalui selebaran yang ditujukan untuk para orang tua.

Di SD pun demikian. Anak-anak di Jepang diwajibkan makan siang di sekolah. Boleh membawa bekal seandainya memang ada alergi, vegetarian, atau alasan agama (halal/khoser). Setiap bulan, sekolah akan memberi pengumuman tentang menu makan siang selama sebulan. Mereka akan berusaha menyajikan menu pangan lokal yang sehat dan seimbang gizinya, plus susu. Tak lupa ada hitungan kalori per menunya juga.

Di rumah tangga pun, orang Jepang akan secara otomatis menyiapkan menu nasi, lauk (biasanya ikan/daging), sayur/acar, dan sup miso. Jumlah setiap porsinya juga tak banyak, secukupnya sesuai hitungan kalori yang dibutuhkan per harinya. Biasanya mereka akan makan tiga kali sehari dan di antaranya ada waktu cemilan. Minum juga secukupnya.

Gaya hidup orang Jepang #4 sayur, buah, dan ikan

Meski buah-buahan di Jepang nggak sevariatif buah tropis, buah Jepang rasanya enak dan terjamin kualitasnya. Selain buah-buahan yang tumbuh di Jepang, ada juga buah impor seperti pisang, durian, dll. Pisang impor dari Filipina atau Brasil sangat umum dijual di seluruh Jepang. Sama seperti di Indonesia, buah di Jepang juga mahal. Di pedesaan, mungkin kita akan menemukan pohon buah kesemek atau buah lain di depan halaman rumah mereka. Sama seperti kita sih ya, di depan rumah ada pohon mangga atau rambutan.

Selain buah, berbagai jenis sayur juga tersedia di supermarket dan warung sayur Jepang. Ada sayur musiman seperti sayur kangkung yang hanya ada saat musim panas. Ada juga sayur yang memang tersedia di segala musim tetapi harganya menjadi mahal saat musim tertentu. Sayur atau buah wajib ada di menu harian orang Jepang. Bento anak pun sebisa mungkin harus ada sayur dan buah, biasanya dihias semenarik mungkin agar anak mau memakannya.

Sebenarnya selain sayur dan buah, ikan juga selalu ada di supermarket atau warung sayur. Jenis ikannya juga sangat bervariasi. Harganya sangat terjangkau, tergantung jenis ikan dan kesegarannya. Sebagai perbandingan, harga ikan salmon di Jepang jauh lebih murah dibanding di sini, lho. Belum kalau harga diskon. Duh, iri, ya.

Gaya hidup orang Jepang #5 banyak gerak: bersepeda, suka jalan kaki, dan olahraga

Kalau ini mungkin sudah jadi rahasia umum, bersepeda di Jepang sudah jadi kebutuhan, bukan lagi sebagai olahraga akhir pekan. Berjalan kaki juga sudah menjadi keseharian mereka. 15 menit berjalan kaki itu termasuk dekat hitungannya bagi orang Jepang.

Saat pertama kali ke Jepang, saya sungguh tersiksa beradaptasi dengan jalan kaki ini. Paha rasanya panas dan malamnya langsung pegel-pegel sebadan. Untungnya tak sampai seminggu, kaki sudah terbiasa melangkah meski kecepatannya masih kalah jauh dari orang Jepang. Sebenarnya jarak 15 menit yang dibilang dekat dengan ukuran jalan kakinya orang Jepang, bisa jadi 20-25 menit bagi kaki orang yang nggak terbiasa jalan kaki.

Selain bersepeda dan jalan kaki, orang Jepang—baik tua maupun muda—terbiasa untuk olahraga. Meski jarang melihat emak-emak joging, mereka biasanya melakukan olahraga lain. Yang sering saya lihat adalah orang Jepang joging di pagi hari sebelum bekerja atau petang hari. Pada saat musim dingin, juga ada event lari maraton tahunan di berbagai kota besar Jepang. Padahal berolahraga pada musim dingin itu beneran bikin badan adem panas. Kalau nggak terbiasa, bisa malah masuk angin dan sakit. Makanya sebelum ikut maraton, mereka akan berlatih dahulu biasanya.

Begitulah kira-kira gaya hidup orang Jepang yang bikin mereka hanya sekitar 3% saja yang BMI-nya terhitung obesitas. Kalau sudah begini, biasanya mereka mendapat olok-olok “suka makan”. Makan kan nggak harus banyak dan sering, kan? Secukupnya saja. Mungkin prinsip ini bisa kita contoh agar tubuh kita senantiasa ideal dan enak buat gerak.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version