Kesuksesan film anime Your Name (Kimi no Na Wa) pada 2016 bisa dibilang salah satu titik balik dari karier Makoto Shinkai dan popularitas anime secara global. Bisa dibilang Your Name adalah salah satu film anime paling terkenal. Nggak mengejutkan kalau ia berhasil menjadi film anime pertama (selain karya Hayao Miyazaki) yang berhasil mencatatkan pendapatan lebih dari 100 juta USD.
Jika melihat popularitas film Miyazaki bahkan di kalangan bukan pecinta anime, bisa dibilang Shinkai berhasil menembus pasar di luar target tradisional film anime. Tentunya, ini bukti bahwa karya Shinkai bisa memikat banyak orang termasuk mereka yang jarang nonton anime.
Namun, masih banyak film anime yang menurut saya kurang tenar alias underrated walaupun punya potensi sama dengan Your Name. Potensi maksud saya adalah dalam menggaet minat penonton bahkan dari kalangan non penonton anime reguler. Berikut rekomendasi beberapa film anime underrated yang patut ditonton.
#1 The Night is Short, Walk on Girl
Jika kalian jatuh cinta dengan plot romansa Your Name, saya jamin kalian juga akan suka The Night is Short, Walk on Girl. Anime ini bercerita tentang seorang mahasiswa tanpa nama yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang mahasiswi energetik dan supel. Sebagai seorang yang supel, si mahasiswi selalu berani mencoba pengalaman baru atau bercengkerama dengan orang baru. Dalam upayanya menggaet hati sang mahasiswi, protagonis kita malah tersedot ke dalam kehidupan malam Kyoto, bersama orang-orang aneh di sekitar si mahasiswi.
Secara premis, film arahan sutradara Masaaki Yuasa ini sangatlah simpel. Namun, eksekusi dari visualnya nggak bisa dibilang simpel. Kalau kalian pernah nonton anime Yuasa lainnya seperti Devilman Crybaby atau Tatami Galaxy, kalian pasti tahu Yuasa nggak bakal buat anime kalau secara visual tidak out of box. Yuasa di sini berhasil menangkap elemen magis dari novel Tomihiko Morimi dalam style-nya yang penuh warna. Buat kalian yang ingin nonton film romansa dengan visual unik, The Night is Short, Walk on Girl adalah jawabannya.
#2 Redline
Kalau Anda cari anime dengan setting laga, Redline harus jadi tontonan wajib. Film buatan studio favorit banyak wibu (Madhouse) ini diproduksi selama 7 tahun dengan lebih dari 100 ribu gambar. Tim sutradara Takeshi Koike dkk berhasil membuat salah satu film anime dengan visual paling imajinatif.
Premisnya pun sederhana, yaitu seorang pembalap bernama JP berusaha memenangkan turnamen balapan paling bergengsi di galaksi ini. Dalam balapan ini, semua trik dan tipu daya dapat dilakukan untuk memastikan kemenangan. Walaupun memiliki plot sederhana, inti dari film ini bukan terletak pada jalan ceritanya, tapi visualnya. Bisa dibilang kru animator di balik film ini mengeluarkan segala kreativitas mereka saat menganimasikan Redline. Jelas bahwa Redline akan memanjakan baik mata maupun adrenalin Anda.
#3 Millennium Actress
Walaupun meninggal di umur yang masih produktif, almarhum Satoshi Kon meninggalkan banyak karya fenomenal yang berhasil memikat berbagai kalangan, dari penonton anime biasa hingga kritikus film barat. Jika Perfect Blue dan Paprika bisa dibilang dua karyanya paling terkenal, Millennium Actress adalah yang paling underrated.
Di Millennium Actress, sebuah studio film legendaris memutuskan untuk tutup pintu. Dua orang wartawan lalu memutuskan untuk mewawancarai aktris paling terkenal dari studio tersebut, Chiyoko Fujiwara.
Dalam wawancara tersebut, Chiyoko menceritakan pertemuannya dengan seorang seniman anti-perang yang bersembunyi di gudang rumahnya saat dia remaja. Sang seniman memberikan Chiyoko sebuah kunci sebelum memutuskan kabur dari kejaran polisi militer. Berpegang pada kunci tersebut, Chiyoko memutuskan untuk menjadi aktris agar dapat dapat bertemu kembali dengannya dan memulai pencarian puluhan tahun terhadap sang seniman
Saat Chiyoko memulai menceritakan kembali kisah hidupnya, film Millennium Actress berubah sekejap menjadi cerita dalam cerita. Di mana kejadian dalam kisah hidup Chiyoko terpampang di layar layaknya adegan dari salah satu film yang pernah dibintanginya. Di sinilah, Kon berusaha transisi adegan inovatifnya untuk membaurkan batas realita dan fantasi. Hingga sekarang, belum ada satu pun sutradara anime memiliki gaya penyuntingan transisi adegan layaknya Kon. Nggak berlebihan kalau karya Kon seperti Millennium Actress disebut sebagai anime yang tidak ada perbandingannya.
#4 Patlabor 2: The Movie
Buat kalian penggemar genre sci-fi, film Ghost in the Shell mungkin tidak lagi asing terdengar di telinga. Film garapan sutradara Mamoru Oshii ini berhasil menjadi fenomena internasional dan salah satu film anime paling ikonik. Namun, film terdahulu Oshii, Patlabor 2: The Movie, juga nggak kalah menariknya.
Ia bercerita tentang serangan teroris misterius di Tokyo yang menciptakan krisis politik antara Pemerintah Jepang & Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF). Inspektur Kiichi Goto dan Shinobu Nagumo dari Kepolisian Tokyo dipaksa berpacu dengan waktu untuk mengungkap aktor di dalam JSDF yang tidak puas akan kebijakan pertahanan Jepang pascaperang dunia ke-2.
Lewat premis tersebut, Oshii berusaha mengeksplorasi status quo politik terkait keberadaan JSDF di negara yang konstitusinya melarang perang dan keberadaan militer tetap. Sebagai anime dengan tema sangat spesifik fokus dengan situasi politik lokal di Jepang, Patlabor 2 mungkin rada susah diikuti buat mayoritas penonton asing.
Namun, berbagai perdebatan filosofis terkait justifikasi perang hingga ilusi perdamaian di film ini, layak menjadi bahan diskusi penonton dari negara mana pun. Arahan Oshii juga membuat adegan intrik dalam film ini layak bersanding dengan film-film thriller dari Hollywood. Sangat cocok untuk kalian yang ingin film anime dengan alur lebih kompleks.
#5 Time of Eve
Pada 2008, sutradara Yasuhiro Yoshiura, berhasil membuat salah satu film sci-fi paling kontemplatif. Di sini, fokus cerita bukanlah tentang berbagai teknologi super futuristik atau lanskap kota masa depan, tapi pada filosofi dari keberadaan robot itu sendiri.
Karakter utama kita, RIkuo Sakisaka, suatu hari menemukan bahwa robot pembantu rumahnya telah melakukan sesuatu di luar perintah setiap kali keluar belanja. Si robot Sammy memutuskan untuk mampir ke kafe bernama The Time of Eve setiap sore. Investigasi Sakisaka bersama temannya, Masakazu Masaki menemukan bahwa kafe tersebut tidak mendiskriminasi antara manusia atau robot. Penanda di atas kepala robot tidak terlihat di dalam kafe ini. Ini memaksa setiap pengunjung memperlakukan satu sama lain setara terlepas status mereka di luar kafe.
Terinspirasi dari novel sci-fi, Robot, karangan Isaac Asimov, film ini adalah eksplorasi mendalam terhadap hubungan manusia dengan robot. Di sini, Yoshiura bermain-main dengan tiga aturan robotik yang diciptakan oleh Asimov sendiri. Setiap aturan menciptakan skenario baru dan tema baru untuk disajikan kepada penonton. Buat kalian pecinta genre sci-fi, Time of Eve adalah salah satu anime yang harus kalian tonton sekali seumur hidup.
Sumber Gambar: YouTube Random Smile