Atletico Madrid tidak berkutik mengatasi perlawanan RB Leipzig dalam perempat final Liga Champions Eropa 2019/2020, Jumat (14/8) dini hari. Strategi bertahan yang diterapkan Diego Simeone tidak berjalan dengan baik. Permainan efisien yang sanggup dipertunjukkan Atletico kala menaklukan Liverpool juga sama sekali tidak terlihat di laga ini.
Buruknya permainan Atletico semakin diperparah dengan apiknya lini serang anak asuh Julian Nagelsmann. Secara spesifik, mari kita bedah satu per satu faktor kunci yang membuat Leipzig layak lolos ke semifinal Liga Champions.
Minimnya kreativitas serangan Atletico Madrid
Sepanjang pertandingan, Atletico lebih sering melakukan serangan dari sisi kiri dengan persentase 55 persen. Strategi ini sebenarnya cukup tepat karena Lukas Klosterman dan Konrad Laimer tidak bertahan dengan cukup solid. Terbukti, proses gol Atletico berawal dari pergerakan apik Joao Felix dalam menerobos sisi kanan pertahanan Leipzig.
Sayangnya, strategi ini terlalu monoton untuk membongkar pertahanan Leipzig. Bila dilihat secara seksama, sisi kiri pertahanan Leipzig yang dikawal Marcel Halstenberg sebenarnya juga meninggalkan lubang yang bisa dieksploitasi Marcos Llorente. Hanya saja, penyerang Atletico itu bermain buruk pada laga kali ini.
RB Leipzig bermain dinamis
Ya, ini adalah anomali dari permainan Atletico. RB Leipzig bisa membuat sirkulasi bola mengalir dengan baik di setiap lini. Serangan di sisi kiri dan kanan Leipzig sama-sama bekerja dengan baik. Ketika sisi kiri mengalami kebuntuan, RB Leipzig akan dengan cepat mengalirkan bola ke sisi lainnya untuk mengacaukan pertahanan Atletico. Ini bisa dilihat dari gol pembuka Leipzig yang berawal dari perpindahan serangan dari sisi Christopher Nkunku ke area permainan Marcel Sabitzer.
Visi brilian Sabitzer
Sabitzer bermain sangat konsisten dalam merepotkan pertahanan Atletico, baik melalui pergerakannya di sisi sayap maupun ketika ia berada di lini tengah permainan. Pada laga ini, Sabitzer membuat satu assist untuk gol pertama yang dicetak Dani Olmo dan satu operan kunci yang berperan besar dalam mengawali proses gol kedua Leipzig.
Lihatlah betapa memukaunya operan kunci yang dilakukan Sabitzer dari lini tengah. Bola yang dikirim Sabitzer sanggup membelah sisi pertahanan Atletico yang dikawal Kieran Trippier hingga akhirnya membuat Angelino dan Tyler Adams leluasa menghancurkan Atletico.
Benteng kokoh bernama Dayot Upamecano
Upamecano adalah pemain terbaik di laga ini. Ia begitu sulit dilewati para penyerang Atletico. Upamecano membuat Diego Costa dan Llorente tidak berbuat apa-apa di babak pertama. Bek berusia 21 tahun itu bahkan memenangkan 3 dari 4 duel udara, melakukan 2 tekel dan 3 cegatan, membuat 100 sentuhan, serta mempunyai persentase akurasi umpan 90 persen sepanjang pertandingan. Ia merupakan sebuah kualitas komplet yang layak diwaspadai PSG pada laga semifinal.
Mental pemenang para pemain Leipzig
Leipzig mampu mendominasi permainan dan banyak melakukan serangan berbahaya sejak babak pertama. Namun, penyelesaian akhir mereka terbilang buruk. Beberapa pemain juga masih melakukan kesalahan sendiri, tak terkecuali Angelino.
Kabar baiknya, Leipzig sanggup melakukan pembenahan di babak kedua. Mereka memperlihatkan mental seorang pemenang dengan bangkit untuk bermain lebih baik. Tak ada lagi kebingungan dalam membongkar pertahanan Atletico karena Leipzig mampu mencari celah sekecil apapun dan menciptakan peluang bersih.
Sebaliknya, Atletico terlihat tidak siap dalam menghadapi perubahan yang dipertontonkan Leipzig. Puncaknya adalah saat Angelino menebus semua kesalahannya dengan memberikan assist untuk terciptanya gol kemenangan Leipzig yang dicetak oleh Adams.
Hasil baik ini membuat RasenBallsport Leipzig lolos ke semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya sejak didirikan pada tahun 2009. RB Leipzig juga menjadi tim Jerman pertama selain Bayern Munich dan Borussia Dortmund yang mencapai semifinal sejak Schalke melakukannya pada 2010/11.
Jangan lupa, Nagelsmann pun menjadi manajer termuda sepanjang sejarah Liga Champions yang memenangkan pertandingan di fase gugur dan menginjakkan kaki di semifinal. Lantas, rekor apa lagi yang akan dicatatkan oleh klub berusia 11 tahun itu di laga melawan PSG? Atau malah PSG yang kembali tampil digdaya? Ingat, keduanya sama-sama memiliki kualitas serangan yang baik sehingga duel di semifinal bisa menjadi tontonan yang menarik.
Sumber gambar: Twitter RB Leipzig.
BACA JUGA Milan Kalahkan Juventus, tapi Dapat Penalti, Milanisti Kecewa.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.