Mulai dari Alasan Kebersihan Hingga Kualitas Lele, Inilah 5 Dosa yang Bikin Kita Malas Makan di Pecel Lele  

5 Alasan Daun Kemangi Wajib Ada di Setiap Hidangan Pecel Lele

5 Alasan Daun Kemangi Wajib Ada di Setiap Hidangan Pecel Lele (Gunawan Kartapranata via Wikimedia Commons)

Ketika orang Jawa Timur seperti saya mendengar kata pecel lele, bayangan di kepala saya langsung tertuju pada sepiring nasi pecel (sayuran dan bumbu kacang), dengan lauk berupa ikan lele. Ternyata saya keliru. Pecel lele (bagi orang Jakarta dan sekitarnya) adalah nasi dengan lauk ikan lele, plus sambal dan beberapa sayuran segar (kemangi, kol, dan timun). Kami orang Jawa Timur menyebutnya lalapan, bukan pecel lele.

Terlepas dari perbedaan penyebutan, pecel lele ini memang jadi tujuan makan paling aman. Lokasinya banyak, bahkan di radius 1 km, kita bisa mendapati ada dua sampai tiga gerai yang menjual makanan tersebut. Selain itu, harganya sangat terjangkau, porsinya lumayan mengenyangkan, dan rasanya jarang mengecewakan. Maka nggak heran jika gerai-gerainya menjamur dan kayak nggak pernah sepi pembeli.

Namun, di balik semua kemudahan, kenikmatan, dan keterjangkauan pecel lele, bukan berarti makan di pecel lele itu selamanya aman. Ada kalanya, kita mengalami hal-hal yang bikin kita malas makan di tempat makan tersebut. Saya, dan mungkin kalian pernah mengalaminya. Lalu memangnya apa yang bikin kita malas makan di pecel lele?

Tempatnya nggak bersih

Kita semua tahu bahwa hampir semua tempat pecel lele ini selalu kaki lima, selalu tendaan, yang mana kebersihannya itu kayak nggak jadi nomor satu. Tapi, bukan berarti kebersihan tempat makan bisa diabaikan gitu aja. Sebab yang bikin kita malas makan di tempat pecel lele adalah karena tempatnya kurang bersih, atau bahkan nggak bersih.

Sesederhana soal meja makan yang penuh noda membandel, nggak rutin dilap. Atau soal tempat cuci tangan yang nggak proper, tempat masak yang berantakan, sampai penyajian makanan yang asal-asalan. Intinya, tempat makan yang nggak bersih ini bikin kita malas makan di sana.

Ukuran lele yang terlalu besar atau terlalu kecil

Orang yang suka makan lele pasti paham, bahwa ukuran lele itu berpengaruh sekali terhadap rasa. Kalau lelenya terlalu besar, biasanya rasanya agak hambar, nggak gurih. Tapi kalau lelenya terlalu kecil, rasanya cuma kriuk saja, nggak ada tekstur lembut dari daging lele. Makanya, perlu ukuran lele yang pas untuk bisa jadi sebuah sajian pecel lele yang paripurna.

Masalahnya, ada beberapa tempat yang menyajikan lele yang ukurannya terlalu besar, atau bahkan terlalu kecil. Buat saya ini krusial, dan hal ini yang kadang bikin saya malas makan.

Lele yang nggak segar

Selain perkara ukuran, perkara kualitas atau kesegaran lele juga jadi penentu malas-tidaknya kita makan di tempat pecel lele. Kalian yang pernah makan di tempat pecel lele, mungkin pernah mengalami dapat lele yang nggak segar. Lele yang nggak segar ini bisa diketahui, kok, dari baunya yang terlalu amis, dagingnya yang terlalu pucat dan nggak firm (terlalu lembek atau terlalu kenyal).

Kalau udah gini, kita pasti malas buat makan atau datang lagi ke tempat itu. Kalau kata orang Jawa, ora kenek dibaleni (nggak bisa/layak diulangi).

Baca halaman selanjutnya

Lele diolah asal-asalan

Pengolahan lele yang asal-asalan

Di beberapa tempat makan pecel lele, pasti kita pernah melihat keseluruhan pengolahan lele dari masih hidup sampai jadi sebuah hidangan. Kita bisa lihat gimana lelenya dibunuh, dibumbui, digoreng, hingga disajikan. Terlihat seperti sebuah “pertunjukan” yang menarik.

Tapi, hal ini kadang jadi masalah. Yang kayak gini kadang bikin pengolahan lelenya kayak asal-asalan, nggak bersih. Apalagi kalau tempat membunuh lelenya terlalu dekat dengan tempat penyajian. Belum lagi nanti lelenya kurang bersih, masih ada jeroan-jeroan yang nggak perlu. Terus bumbunya juga nggak meresap. Kita, setidaknya saya, jadi malas makan di tempat itu kalau jadinya seperti itu.

Tidak ada daftar harga yang terpampang

Sebenarnya ini masing-masing, beda orang beda sikap. Tapi kalau saya, ketika lihat ada tempat pecel lele (terutama bukan di tempat langganan) yang nggak mencantumkan harga, baik di spanduk atau di daftar menu, saya agak malas untuk makan di sana. Bukan apa-apa, saya takut aja nanti digetok harga mahal. Kan nggak lucu kalau nanti tiba-tiba setelah makan seporsi pecel lele terus dikasih harga lebih dari 25 ribu.

Ya sebenarnya bisa saja, sih, saya tanya harga dulu ke penjualnya. Cuma ‘kan nggak enak kalau ternyata harganya agak mahal dan nggak jadi makan di sana. Makanya, untuk poin ini sebenarnya bukan poin saklek, beda orang beda sikap.

Itulah setidaknya lima alasan yang bikin kita malas makan di tempat pecel lele. Sebenarnya ini adalah alasan-alasan yang basic, alasan-alasan yang kita sudah paham semuanya. Cuma ditulis lagi aja biar pada ingat semuanya. Terakhir, mengapa menyebutnya pecel, sih? Mengapa nggak lalapan lele aja?

Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Hal Menjengkelkan Saat Membeli Pecel Lele

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version