5 Dosa Shopee yang Merugikan Seller, Lama-lama Bikin Bangkrut!

5 Dosa Shopee yang Merugikan Seller, Lama-lama Bikin Bangkrut!

5 Dosa Shopee yang Merugikan Seller, Lama-lama Bikin Bangkrut! (Pixabay.com)

Aplikasi belanja online seperti Shopee punya peran besar dalam membantu banyak orang. Bukan hanya buyer yang pengin mendapatkan barang incarannya dengan mudah, melainkan juga seller. Seller, khususnya skala kecil dan nggak punya uang lebih untuk bayar biaya sewa tertolong banget berkat Shopee. Men-display, memasarkan, hingga mengirim barang dagangannya jadi lebih praktis dengan keuntungan yang lumayan.

Sayangnya, itu hanya harapan dan kenangan masa lalu. Ketika Shopee masih mau membersamai para seller biar sukses bareng-bareng, semuanya gampang dan seller bisa dapat laba yang lumayan. Kini, seakan Shopee malah lupa sama peran seller yang membuat aplikasinya jadi besar dan punya nama.

Begitu banyak kebijakan baru yang membuat seller Shopee kelimpungan dan berakhir sambat di media sosial. Pengin lanjut jualan tapi kok bikin pusing, mau berhenti tapi nanti dapat penghasilan dari mana. Berikut ini 5 dosa Shopee yang jelas merugikan seller.

#1 Shopee menarik biaya admin dengan persentase besar

Sudah harus bayar pajak kepada negara untuk memberi makan ego para penguasa, seller juga harus urun ke Shopee. Nominal biaya adminnya pun nggak sedikit. Sudah begitu persentase ini berulang kali direvisi sehingga tiap beberapa waktu sekali pajak yang harus dibayarkan seller kepada Shopee semakin membengkak.

Biaya admin ini terdiri dari biaya administrasi dan biaya layanan. Setiap kategori produk memiliki persentase biaya admin yang berbeda-beda. Misalnya, biaya admin kategori koleksi penggemar adalah 11,5 persen dari pendapatan. Sementara itu, produk perlengkapan bayi, seperti diapers, dikenakan 7,5 persen dari pendapatan.

Dulu sih seller bisa ngakalain biaya admin yang gila ini dengan mengubah produknya ke kategori yang persentase biayanya lebih rendah. Tapi sekarang nggak bisa. Menaruh produk di kategori yang berbeda bakal kena peringatan dari Shopee.

#2 Retur harus di-acc apa pun alasannya

Ada kalanya buyer pengin mengembalikan barang yang dibelinya karena alasan rusak, ukuran nggak sesuai, atau warna produk yang diterima berbeda dengan yang dipesan. Kalau alasan-alasan ini mah cukup masuk akal, ya? Tapi apakah masuk akal kalau ada buyer yang meminta retur karena warna barang nggak sesuai dengan kulitnya padahal sudah dipakai?

Bagi Shopee, apa pun alasan permintaan retur, harus langsung ditindaklanjuti oleh seller. Mau barang itu sudah dibongkar, dicoba, bahkan dipakai oleh buyer, seller tetap harus segera memproses returnya. Seller nggak bisa menolak. Jika seller nggak mengonfirmasi, status retur akan berubah menjadi “diterima” secara otomatis.

Bukan hanya itu, untuk beberapa alasan retur tertentu, biaya pengembalian barang ditanggung oleh seller. Buyer untung, seller makin buntung.

#3 Dilarang telat mengirim barang

Sekarang Shopee memiliki fitur garansi keterlambatan yang tujuannya memang memanjakan buyer. Buyer akan mendapatkan kompensasi jika paket nggak sampai secara tepat waktu ke tangannya. Kompensasi ini berupa voucher diskon sebesar Rp10 ribu.

Di balik kebijakan baru ini, ada seller yang mengkis-mengkis menyiapkan pesanan para buyer. Tentunya hal ini melelahkan banget bagi seller yang jualan banyak barang tapi mengurus semuanya sendirian. Tapi mau bagaimana lagi. Daripada performa toko turun, lebih baik packing sambil pasang koyo cabe di pundak dan punggung.

#4 Chat dari buyer harus dibalas dan fast response

Shopee itu jauh lebih demanding daripada pacar. Kalau kita sedang sibuk dan nggak sempat membalas chat, kita tinggal ngabarin ke pacar untuk minta pengertian. Tapi bagi seller Shopee, membalas chat secara informatif dan fast respond adalah kewajiban.

Buyer bisa melihat persentase performa chat tiap seller. Persentase chat ini menunjukkan seberapa cepat seller membalas chat buyer. Semakin cepat balasannya, semakin tinggi persentase performa chat-nya, semakin baik pula reputasi toko di mata Shopee. Sebaliknya, seller yang lama merespons harus berhati-hati. Persentase chat yang rendah bakal mengancam performa tokonya secara keseluruhan.

#5 Seller harus patuh kalau nggak mau kena poin penalti dari Shopee

Poin-poin dari nomor satu hingga empat akan bermuara pada undang-undang yang dibuat Shopee. Kalau negara mengancam warganya dengan hukuman penjara atau denda, Shopee menakut-nakuti seller dengan akun yang dibatasi atau ditangguhkan.

Setiap kali seller yang memenuhi kriteria performa minimal yang ditetapkan Shopee, aplikasi akan segera mengirimkan peringatan. Dalihnya sih poin penalti ini untuk menghargai seller yang performanya baik. Tapi kalau dilihat-lihat kok malah memaksa semua seller untuk tunduk kalau masih mau jualan di Shopee.

Penalti yang dikenakan pada seller yang nggak patuh ada bermacam-macam, tergantung pada akumulasi poin. Seller bisa saja dilarang ikutserta dalam promosi dan program Shopee, posisi produknya diturunkan dari halaman utama, dilarang mengunggah produk baru, hingga akunnya dibatasi.

Ya memang sih semua tempat jualan pasti butuh untung juga, tapi kebijakan-kebijakan Shopee ini merugikan seller. Keuntungan semakin kecil tapi pengorbanan semakin besar. Masa seller harus dirugikan sih untuk ikut ngebayarin private jet membuat Shopee semakin untung besar-besaran?

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Pengalaman Buruk Bersama Shopee Express yang Bikin Kapok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version