Mi ayam, tanpa perlu diperdebatkan lagi, merupakan makanan kesukaan kita semua. Kalau kata orang, ia salah satu comfort food, lah. Bahkan semangkuk mi ayam kadang bisa membuat kita menjadi lebih bahagia. Apa pun jenisnya, mau itu versi Wonogiri, Solo, Bangka, semuanya bisa jadi favorit. Selain itu, mudahnya menemukan penjual makanan ini juga menjadikan makanan ini semakin difavoritkan dan menjadi pilihan utama, baik bagi orang yang lapar maupun bagi yang memang pengin memakannya.
Kita tahu bahwa semangkuk makanan ini di waktu yang tepat dapat menjadi suntikan kebahagiaan tersendiri. Ketika sedang suntuk karena pekerjaan, emosi sedang tidak stabil, atau sedang marah, kita bisa sedikit “mengobatinya” dengan semangkuk mi ayam. Perpaduan antara mi yang bertekstur sangat khas, racikan bumbu, potongan atau suwiran ayam, kesegaran sayuran, hingga kuah gurih yang lembut bisa membuat rasa suntuk kita menghilang untuk sementara.
Tidak ada cara yang saklek dalam menikmatinya. Maksudnya, tidak ada aturan bahwa kalau makan mi ayam harus begini harus begitu. Tidak seperti bubur yang cara makannya selalu diperdebatkan, makan mi ayam ya tinggal makan saja, asal bertanggung jawab (menghabiskan dan membayar yang kita beli) dan menikmatinya dengan khidmat.
Namun, meskipun tidak ada aturan yang saklek, sebenarnya ada beberapa hal yang dianggap dosa dan kerap dilakukan para penikmat mi ayam. Tentu saja ini bukan dosa yang akan dicatat malaikat Raqib dan Atid. Lantas, apa saja dosa-dosa tersebut? Cek di bawah ini.
#1 Terlalu banyak menambahkan saus dan kecap
Sama seperti dosa para penikmat bakso, dosa para penikmat mi ayam adalah terlalu banyak menambahkan saus dan kecap. Menambahkan saus dan kecap sebenarnya boleh-boleh saja, tapi mbok ya sedikit saja. Kita tahu bahwa makanan ini sudah enak dari sananya, polosan saja. Dimakan tanpa bumbu tambahan pun enak.
Kalau mau menambahkan bumbu, paling ya sambal saja sudah cukup, untuk sedikit memberikan rasa pedas. Namun, kadang kita menjumpai orang yang makan mi ayam dengan saus dan kecap yangg berlimpah banget. Bahkan, sampai warna makanan ini jadi merah-hitam. Entah itu rasanya jadi bagaimana, mungkin sudah amburadul nggak karuan.
#2 Anti dengan sayuran
Dalam semangkuk mi ayam, sayuran itu bukan sekadar pelengkap. Namun, ia merupakan aspek penting. Kalau dalam bakso, ada atau tidak ada sayuran tidak terlalu berpengaruh. Tapi, kalau makanan ini dihidangkan tanpa sayuran, pasti akan berbeda. Makanan ini seperti kehilangan sisi kesegaran dan membuat komposisi rasanya agak hambar.
Maka dari itu, sayuran wajib hukumnya dalam semangkuk mi ayam. Bagi orang-orang yang anti dengan sayuran ketika makan makanan ini (kecuali yang punya alergi berat dengan sayuran), maka harusnya dihitung sebagai dosa. Sebab, dia melewatkan aspek penting dalam semangkuk mi ayam.
#3 Menghabiskan topping-nya terlebih dahulu
Makanan ini punya banyak sekali jenis topping yang melengkapi. Ada potongan atau suwiran ayam, ada pangsit goreng atau pangsit rebus, dan ada bakso. Fungsi topping dalam makanan ini cukup penting, yaitu menambah dan mengimbangi kekayaan rasanya. Maka dari itu, ia akan semakin nikmat jika dimakan dengan topping secara bersamaan, dari suapan pertama hingga suapan terakhir.
Sayangnya, masih ada beberapa orang yang malah menghabiskan toppingnya terlebih dahulu. Apalagi kalau toppingnya itu bakso atau pangsit. Biasanya, mereka justru akan disantap pertama. Itu jelas dosa, sebab menghabiskan topping terlebih dulu malah bakal mengurangi kekayaan rasa makanan ini.
#4 Makan dengan terburu-buru
Makanan ini harus dinikmati secara khidmat. Semua penikmat makanan ini harus tahu itu. Mau itu yang porsinya kecil atau besar, tetap harus khidmat ketika menikmatinya. Tidak dianjurkan memakannya dengan terburu-buru. Pasalya, selain “dosa” dan tidak baik untuk kesehatan (takutnya nanti tersedak dan malah membahayakan), makan dengan terburu-buru akan menghilangkan kenikmatannya. “Kalau waktunya mepet keburu balik ke kantor gimana?” Ya tinggal minta dibungkus saja sisanya, nanti dimakan lagi di kantor kan bisa. Intinya, makan makanan ini tidak boleh terburu-buru.
#5 Tidak menghabiskan mi ayam yang sudah dipesan
Meskipun memakannya tidak boleh terburu, bukan berarti juga mi ayamnya tidak dihabiskan. Sejatinya, ia harus dihabiskan bahkan sampai tetes terakhir kalau perlu. Hal ini selain untuk menghargai pembuatnya, kita juga menghargai makanannya.
Kadang kita menjumpai orang-orang yang tidak menghabiskan mi ayam yang dipesan. Bahkan ada yang masih sisa setengah porsi. Kasihan, mubazir. Kalau misalnya menemukan ulat di sayurannya, itu bisa diterima. Namun, kalau alasannya kenyang, tidak mood, lalu memutuskan tidak menghabiskan mi ayam yang sudah dipesan, itu alasan yang tidak diterima dan bisa-bisa jadi dosa beneran.
Itulah setidaknya lima dosa yang kerap dilakukan para pecinta mi ayam. Perlu diingat sekali lagi bahwa dosa yang dimaksud bukan dosa yang dicatat malaikat dan dihisab di hari akhir. Tidak perlu seserius itu. Oh iya, kalau kamu tidak sepakat dengan poin-poin di atas, nggak perlu marah-marah. Daripada marah-marah, bagaimana kalau kita makan mi ayam saja?
Sumber Gambar: Unsplash
Editor: Audian Laili
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.