Sebelum menikah dulu, saya suka banget baca-baca teori soal pernikahan. Dan saya sudah membayangkan seperti apa kelak keluarga ideal saya itu. Mau saya, nanti saya dan suami terus mesra, ada waktu untuk liburan per minggu, dan si kecil tak bakal sekali pun saya marahi.
Eh, ternyata, kehidupan rumah tangga tak semudah teori-teori itu. Saya sering merasa kondisi keluarga saya out of control dan chaos. Bukan dalam artian jelek sih, tapi saya mendapati ada banyak sekali hal-hal di luar bayangan saya.
Maka itulah, kalau ada gambaran berita ideal di sinetron kita, saya bakalan langsung skeptis. Soalnya nggak masuk akal gitu lho. Yang paling bikin saya mengernyit adalah gambaran anak-anak yang nurut buanget. Udah gitu, si ibu bisa tetep sabar dalam segala kondisi meski diceritain selalu masak dan ngurus anaknya 24 jam? Lah saya? Belum apa-apa muka saya udah kayak ibu kos di film Kung Fu Hustle. Wek.
Untungnya tidak semua serial TV Indonesia seperti ini. Setidaknya sampai sekarang, saya bisa melihat gambaran keluarga ideal yang tidak “ngeri amat idealnya”. Misalnya gambaran keluarganya Mbak Amira di sinetron Tukang Ojek Pengkolan.
Kenapa saya bilang gitu? Yuk, kita pecah satu per satu alasannya.
Alasan Keluarga Mbak Amira Tukang Ojek Pengkolan Adalah Keluarga Sinetron Idaman #1 Anak yang tidak sempurna
Tidak ada anak dari Mbak Amira dan Mas Ferdi yang sempurna. Fais diceritakan gagal tes masuk kuliah, Fadil jailnya minta ampun, dan Hana? Meski suka membantu orang tuanya, tapi Hana juga kadang konyol karena main gadget mulu. Mereka juga suka berantem, tapi justru terliha realistis sekali karena yang namanya saudara itu ya begitu.
Alasan Keluarga Mbak Amira Tukang Ojek Pengkolan Adalah Keluarga Sinetron Idaman #2 Kerjaan suami yang bukan eksmud
Kurang lebih 90% sinetron yang saya survey secara asal menunjukkan bahwa kerjaan eksmud mendominasi peran protagonis utama pria. Pokoknya mereka itu pasti pria kaya berjas yang baik buanget. Padahal realitanya di lapangan apa? Jelas jauh dari itu.
Ada banyak suami yang kerja jadi guru, suami yang jadi satpam, suami yang jadi tukang cilok, sampai suami yang jadi penulis novel. Kebetulan, Mas Ferdi ini pun punya kerjaan yang sekarang sedang populer, ojol.
Kehidupan dari keluarga seorang pria ojol pun diperlihatkan di Tukang Ojek Pengkolan. Kadang ada enaknya, tapi kadang ada kurangnya.
Alasan Keluarga Mbak Amira Tukang Ojek Pengkolan Adalah Keluarga Sinetron Idaman #3 Istri yang harus kerja demi membantu suami
Saya sering denger dari orang-orang yang baru hijrah kalau istri itu mesti di rumah aja. Soal cuan, biarlah suami yang kerja. Yah, saya bisa bilang apa? Itu kan pendapat tiap orang yang tak bisa dipaksakan.
Cuma, gini lho, gengs. Realitanya,ketika kita punya anak, biayanya tidak sedikit. Apalagi kalau kita juga masih harus ngontrak atau nyicil rumah, nyicil kendaraan, dan lain sebagainya.
Jadi, istri membantu suami bekerja itu hal yang realistis banget. Bukan soal istrinya mau “membangkang” tapi ini masalah dapur ngepul, Akhi.
Alasan Keluarga Mbak Amira Tukang Ojek Pengkolan Adalah Keluarga Sinetron Idaman #4 Taraf kegalakan Mbak Amira yang normal sekali
Yak. Sering kali cuma ada dua jenis ibu di sinetron Indonesia. Pertama, ibu yang baiknya kebangetan. Kedua, ibu yang jahatnya kebangetan. Tokoh Mbak Amira di sisi lain memperlihatkan kalau dia bisa menjadi ibu baik yang tidak perlu bertransformasi menjadi malaikat.
Mbak Amira ini kadang galak, kadang emosi kalau masakannya nggak dimakan, dan kadang juga suka iseng ngegosip. Ini sih ibu-ibu kebanyakan. Tapi Mbak Amira juga tetap baik hati dan kasih sayang ke anak-anaknya demikian tulus. Dalam salah satu adegan, ia juga terlihat khawatir ketika melihat kerut di wajahnya.
Alasan Keluarga Mbak Amira Tukang Ojek Pengkolan Adalah Keluarga Sinetron Idaman #5 Meski serbaterbatas, tapi tetap bahagia
Nah, ini yang paling saya suka. Dan ini juga alasan kenapa saya bilang mereka itu keluarga ideal tapi realistis. Meski mereka punya banyak kekurangan, tapi mereka menunjukkan bahwa mereka bisa bahagia. Lihat saja ketika Hana nggak bisa dapat benda-benda semudah si Khusna. Tapi Hana tidak lantas depresi dan segala jenisnya. Hana tetap bisa bahagia. Begitu juga Mbak Amira, Mas Ferdy, Fadil, dan si ganteng Faiz.
Kalau kalian gimana, gaes? Sependapat juga tidak sama saya? Atau punya contoh keluarga ideal yang realistis versi lainnya?
Sumber gambar: Instagram @cindyfatikasari18
BACA JUGA Romantisme Mas Pur dan Mbak Rinjani Ketika Jakarta Memberlakukan PSBB dan tulisan Nar Dewi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.