Sudah 2,5 tahun saya bertugas meliput koruptor. Khususnya mereka yang sudah sampai meja hijau pengadilan tipikor. Jika kalian melihat ekspresi wajah seorang koruptor tersenyum, percayalah, itu nyata adanya.
Saya sendiri dengan muak bercampur jengkel bertanya-tanya, kenapa mereka masih bisa senyum? Tapi setelah melihat sendiri, ternyata ekspresi itu hanya bertahan saat berada di depan kamera awak media.
Biasanya mereka hanya menunjukkannya di hadapan kamera saat masuk ke ruang sidang. Lalu, usai mereka duduk bersandar di kursi pesakitan, wajahnya langsung berubah. Mereka duduk di kursi itu, biasanya mulutnya komat-kamit. Mereka berharap jaksa tak pernah mampu menunjukkan bukti kejahatan korupsinya.
Terkadang pula, mereka yang duduk di kursi itu langsung mengarahkan wajahnya ke hakim dengan wajah memelas. Di tengah persidangan, biasanya mereka menoleh ke arah penasihat hukumnya. Mata para terdakwa itu, akan menunjukkan kode. Mungkin bermaksud minta tolong karena tak kuat cercaan hakim atau jaksa yang bertanya secara sporadis.
Nah, biasanya dalam sidang semacam itu, banyak sekali tingkah laku yang bisa terbaca saat mereka duduk di kursi pesakitan. Selain pernyataan di awal tadi, setidaknya ada empat tipe koruptor berdasarkan tingkah laku mereka selama persidangan.
Tipe koruptor #1 Bersikap percaya diri
Para koruptor yang masih bisa tersenyum di ruang pengadilan menandakan kepercayaan dirinya yang tinggi. Biasanya ini terjadi karena mereka belum dinyatakan bersalah oleh hakim.
Alasan kedua, bisa jadi mereka yakin jika perbuatannya tak bersalah. Apalagi selama pemeriksaan tidak ada bukti kuat.
Yang terakhir, karena bukti yang dibawa oleh penasihat hukumnya lebih meyakinkan. Biasanya, para penasihat hukum membawa bukti aneka macam untuk membantah segala bukti jaksa.
Sikap percaya diri itu juga ditunjukkan dengan perilaku, seperti menjawab dengan kalimat lugas, keras, dan berwibawa. Pelaku seperti ini, jika berjalan akan seperti bos sedang masuk ke kantornya sendiri.
Reaksi itu tentu berbeda saat putusan menyatakan mereka bersalah. Saat mengetahui dinyatakan bersalah, wajahnya pasti menunduk. Mereka akan menghindari para awak media yang sudah menunggu tanggapan atas vonis. Biasanya mereka akan segera pergi begitu saja, tanpa memberikan tanggapan, tidak seperti awal saat mereka masih dalam proses pemeriksaan, penetapan tersangka, atau proses sidang.
Tipe koruptor #2 Berlagak tidak tahu
Ini saya sekalian berbagi tips bagi kalian yang mempunyai pacar yang posesif. Jika ia sering menanyakan soal-soal yang menyudutkan kalian, tiga jawaban utama yang harus dikatakan adalah tidak tahu, lupa, dan tidak mengerti.
Soalnya dalam sidang, ketiga jawaban itu menjadi jurus paling khas menghindari pertanyaan yang menyudutkan.
Selain trik tiga jawaban itu, ada pula yang berkelit dengan memberi jawaban muter-muter. Saat ditanya A, menjawab B. Saat ditanya B, menjawab C. Begitu terus sampai hakim menegur. Setelah ditegur, kembalilah ia dengan jawaban tidak tahu.
Sikap berlagak tidak tahu itu biasanya juga diteruskan ketika diwawancarai media. Ketika ditanya wartawan, pelaku pasti menjawab, “Saya tidak menyaksikan secara langsung,” “Tidak ada bukti penyerahan uang dan janjinya,” dst.
Biasanya terdakwa semacam ini kalau berjalan sedikit santai. Wajahnya datar. Kalau disapa orang atau rekannya ya dijawab. Bener-bener relaks.
Tipe koruptor #3 Pasrah
Sikap terdakwa yang benar-benar pasrah adalah koruptor yang paling bisa ditoleransi hakim. Biasanya mereka membuka diri untuk segala pertanyaan. Para jaksa dan hakim paling senang dengan pelaku korupsi seperti ini. Pengakuan mereka akan berlangsung cepat dan lugas.
Kenapa ada terdakwa model gini? Tentu untuk menghindari hukuman yang berat. Mereka biasanya akan membuka semua rahasia agar dianggap bisa bekerja sama dengan penegak hukum. Kadang saking bersemangatnya menjawab, dikasih pertanyaan A, jawabannya bisa melebar sampai jawaban C dan D. Lengkap.
Nah, karakter seperti ini biasanya dijumpai pada terdakwa yang sudah lanjut usia.
Tipe koruptor #4 Cengeng
Tingkah laku terdakwa korupsi yang paling saya benci adalah cengeng. Sebab, mereka sudah enak dari awal. Punya mobil mewah, apartemen, dan tanah di mana-mana, belum lagi tabungan dan depositonya. Tapi begitu dicokok, lagaknya seperti orang paling menderita.
Pelaku seperti ini paling berbahaya. Biasanya mereka cengeng untuk mengambil hati hakim agar diberi vonis ringan.
Tapi sebenarnya tidak semua koruptor cengeng karena sedang memainkan trik. Ada juga yang jadi penangis karena kesalahannya sebenarnya tidak disengaja. Sialnya, kesalahan itu dimanfaatkan pelaku lain untuk menarik keuntungan.
Tapi ya gitu. Pelaku yang tidak sengaja vs pelaku yang sengaja tuh perbandingannya 2:10. Lebih banyak yang emang asli niat sejak awal.
Kesamaan kedua jenis koruptor cengeng ini, biasanya di sidang mereka bakal gelisah bukan main. Mereka bakal terus menunduk dan mengiyakan semua yang dikatakan hakim atau jaksa jika sudah terlanjur kuat bukti korupsinya.
Lalu, mereka bakal nangis saat membacakan pledoinya. Wajahnya berlinang air mata, meminta ampunan, sembari memberitahukan bahwa anak-anaknya masih kecil dan bersekolah. Klise banget.
BACA JUGA Kenapa Koruptor di Indonesia Masih Bisa Senyam-senyum di Pengadilan? dan tulisan Christian Denny M lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.