4 Tabiat Pembeli yang Bikin Tukang Warteg Sebel, Ngutang Jelas Salah Satunya!

Warteg, Pilihan Terbaik untuk Sahur Dibanding Tempat Makan Lain

Warteg, Pilihan Terbaik untuk Sahur Dibanding Tempat Makan Lain (Ezagren via Wikimedia Commons)

Hampir kebanyakan orang pasti pernah mengunjungi warteg. Warteg sudah seperti warisan tak benda yang menyelamatkan perut masyarakat, terlebih di tengah hiruk pikuk perkotaan.

In this economy, meskipun tidak semua warteg bisa dikatakan murah, setidaknya harganya masih masuk akal untuk kaum mendang-mending. Malah, ini adalah waktu yang tepat untuk melestarikan UMKM semacam ini. Di tengah gempuran promosi clean eating, warteg sudah sejak dulu menjual real food tanpa gimmick.

Kalau tidak ada warteg, akan sulit bagi kita untuk bertahan hidup di tanggal tua. Agaknya, untuk mendapatkan nasi dan lauk rumahan dengan harga miring dan melimpah, warteg merupakan pilihan yang tepat.

Belum lagi, kebanyakan penjaga warteg itu ramah. Bukan sesuatu yang baru kalau warteg adalah tempat yang nyaman untuk makan siang sambil gibah atasan atau pekerjaan kita yang menumpuk itu.

Keramahan tukang warteg memang banyak ditemui, tetapi bukan berarti mereka tak pernah kesal. Tetap saja ada kelakuan pembeli yang bisa membuat mereka berkacak pinggang.

Dan biasanya, yang membuat mereka sebal adalah hal-hal yang dianggap sepele oleh para pembeli. Di bawah ini beberapa tingkah pembeli yang bisa bikin tukang warteg mangkell!

#1 Darmaji, alias dahar lima ngaku siji

Hal pertama yang membuat sebal tukang warteg adalah makan 5 tetapi mengaku 1. Biasanya, hal ini terjadi ketika membeli kerupuk atau gorengan. Gorengan harganya sudah murah, ditambah oknum yang mengaku-ngaku, ujung-ujungnya malah cuma jadi jualan keringat.

Belum lagi, kalau ditambah orangnya belum bayar tetapi minta kembalian. Dan, yang tidak kalah menggelikan, kalau ketahuan, tiba-tiba mengaku khilaf. Kelakuan seperti ini tentu membuat tukang warteg sebal karena membuat rugi. Ingat, mereka itu jualan bukan sedekah massal, ya.

#2 Menyebut harga lauk dengan tidak masuk akal

Harga di warteg tidak sebaku di Restoran. Terkadang, pembeli akan menyebutkan jumlah rupiah yang diinginkan, lalu tukang warteg akan memberikan lauk sesuai nominal tersebut. Sampai sini memang masih wajar, yang menjadi menyebalkan adalah ketika pembeli menakar harga dengan tidak masuk akal.

Lho, memangnya ada yang begitu, ya? Momen absurd ini betul-betul muncul. Tidak sedikit pembeli yang berekspektasi mendapatkan nasi sayur dan ayam dengan menakar harga 8000. Sebetulnya, berharap saja tidak salah, siapa tau memang sedang ada promo. Tapi pastikan dulu, karena kalau sudah terlanjur diucapkan bisa bikin tukangnya dongkol.

#3 Membawa makanan dan minum dari luar warteg

Hal lainnya yang bikin tukang warteg elus dada adalah membekal makanan dan minuman dari luar. Kalau sekali karena tidak tahu mungkin masih bisa dimaklumi, tetapi kalau sering dilakukan sih sudah mirip numpang pakai wifi tapi nggak ijin.

Rasa bosan dengan menu warteg itu wajar, tetapi jangan sampai menjadi contoh buruk bagi pelanggan lain. Khawatirnya, yang lain juga ikut-ikutan. Tukang warteg sudah menyediakan tempat, kursi, kipas, dan fasilitas lainnya. Kan nyesek kalau keuntungan malah lari ke produk luar yang dibawa pembeli.

Kalau niatnya begini, lebih baik sedari awal pesan secara take away. Tukang warteg mungkin nggak menegur karena takut kehilangan pelanggan. Tetapi percayalah, di balik diam pasti mereka mbatin kesal.

#4 Ketahuan makan di warteg sebelah padahal punya utang

Bukan hal yang baru jika seseorang nggak cukup puas makan di satu warung saja. Namanya makanan, memang sesekali butuh variasi dan study banding ke tempat lain. Dan lagi, sudah menjadi rahasia umum kalau menjadi pedagang itu harus siap mental terkait diutangi.

Dari sisi utang saja sebetulnya sudah cukup menyebalkan. Namun, yang menjadi tamparan keras adalah “ngutangnya di tempat kita, tapi ngecashnya di toko sebelah”. Ini sih sudah kayak diselingkuhi. Habis manis sepah dibuang. Mirip kayak mergokin pacar jalan sama orang baru. Beuh, nyesek!

Kalau sudah begitu, jangan heran kalau penjualnya ikut baper.

Nah, itu tadi beberapa hal yang bisa membuat tukang warteg sebal. Sebenarnya, masih banyak kelakuan pembeli yang membuat tukang warteg geleng-geleng kepala. Ini bisa menjadi pengingat untuk kita, khususnya para pembeli.

Saat merasa sebal, mereka yang bekerja melayani pelanggan biasanya memang ramah atau memilih diam. Bagaimanapun juga, pelayanan dan senyum tetap menjadi modal awal dalam menarik pelanggan. Yang terpenting, jangan sampai kita justru menjadi penyebab kekesalan itu.

Penulis: Nisrina Ridiani
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Ayam di Warteg Itu Cuma Pajangan, Bukan Menu yang Seharusnya Dipesan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version