Jalan Braga adalah salah satu kawasan yang sangat bersejarah di Kota Bandung. Sejak zaman kolonial, kawasan ini adalah pusat keramaian yang sangat populer. Ada banyak tempat favorit yang biasa dikunjungi oleh para menir dan noni Belanda pada saat itu. Mulai dari kompleks pertokoan, bioskop, tempat pertemuan, restoran, sampai tempat hiburan malam. Boleh dibilang, kawasan di sekitar Jalan Braga ini adalah tempat gaulnya orang-orang Hindia Belanda pada masa itu.
Saat ini, kawasan di Jalan Braga sudah banyak berubah. Namun, arsitektur gedung pertokoan yang bergaya klasik dan tata kotanya masih sama seperti zaman dahulu. Dan, percaya atau nggak, sebagian restoran yang dulu banyak dikunjungi oleh para menir dan noni Belanda itu masih beroperasi hingga saat ini. Serius. Bahkan, menu makanan dan interior ruangannya nggak berubah, kecuali ya para pelayannya.
Kamu penasaran restoran mana saja yang masih beroperasi dari zaman kolonial sampai sekarang? Saya mencatat ada 4 restoran di kawasan Jalan Braga, Bandung, yang tetap mempertahankan menu dan interior bergaya klasik itu. Yuk, kita cek!
#1 Braga Permai
Sebelumnya, nama restoran ini adalah Maison Bogerijen. Restoran yang menyediakan makanan-makanan khas Eropa ini beroperasi di Jalan Braga sejak tahun 1923. Ini artinya, restoran ini berdiri hampir satu abad lamanya di Bandung. Emejing banget kan, ya? Meski sekilas ruangan di bagian dalamnya terlihat kekinian, interiornya tetap mempertahankan bentuk bangunan lamanya, lho.
Untuk urusan menu makanan, masih ada beberapa menu makanan Eropa yang namanya susah untuk dilafalkan oleh lidah ndeso seperti saya. Tapi ada juga, kok, menu makanan yang familier macam nasi goreng, lontong, atau jus jeruk. Tapi, masa di tempat sebegitu bersejarahnya malah pesan nasi goreng? Mbok ya kalau mau beli yang begitu mah mending di pinggir jalan saja. Sayang banget duitnya.
#2 Bandoengsche Melk Centrale
Lokasi restoran ini ada di Jalan Aceh. Tepatnya di samping Gedung Balai Kota, masih dalam kawasan Jalan Braga. Restoran Bandoengsche Melk Centrale atau biasa disebut BMC adalah restoran yang berdiri sejak tahun 1928 di Bandung. Sesuai dengan namanya, tempat ini dulunya berupa pusat pengolahan susu. Konon, pengolahan susunya memakai sistem pengolahan susu Friesland, Belanda. Makanya produk susu yang dihasilkan sangat berkualitas.
Di masa sekarang, restoran BMC terus berkembang. Produk yang dijual nggak cuma susu murni, tapi ada olahan susu semacam yoghurt, milkshake, es krim, dan sejenisnya. Malah ada juga menu untuk makanan berat macam nasi bakar, nasi liwet, bakso, atau sop buntut. Meski menu makanan sudah beragam, restoran BMC masih mempertahankan bentuk bangunan lamanya sehingga tetap terasa nuansa klasiknya.
#3 Sumber Hidangan
Restoran yang lokasinya tepat berada di Jalan Braga ini mulai beroperasi sejak tahun 1929. Berbeda dengan yang lain, restoran yang awalnya bernama Het Snoephuis ini punya menu andalan aneka roti dan kue. Ada roti manis, roti tawar, sampai roti buaya. Uniknya, nama-nama roti yang dijual masih menggunakan nama-nama Belanda. Ada Amsterdamse Korst, Krentenbrood, Zwitsersecake, dan nama-nama lain yang terdengar asing di telinga.
Sensasi klasiknya bakal makin terasa kalau kamu makan di tempat. Di restoran ini, nggak cuma bangunan lamanya saja yang masih dipertahankan, tapi juga interiornya. Mulai dari lampu yang tergantung di langit-langit, alat-alat produksi roti, kemasan roti, sampai foto-foto jadul yang dipajang di salah satu sudut restoran. Pokoke pol klasiknya.
#4 Warung Kopi Purnama
Buat para penikmat kopi, restoran ini wajib untuk dikunjungi. Lokasinya terletak di Jalan Alkateri, masih di sekitaran Jalan Braga. Selain menyajikan menu andalan kopi, ada banyak pilihan menu lain ditawarkan di restoran ini. Mulai dari roti, nasi goreng, nasi soto, kwetiau, dan berbagai macam camilan.
Sama halnya dengan restoran klasik sebelumnya, restoran yang berdiri sejak tahun 1930 ini juga masih mempertahankan interior dan bangunan lamanya. Ini bisa dilihat dari ubin lantai, lampu yang menggantung di langit-langit, juga pajangan foto-foto jadul di dinding. Plus, aroma kopi yang memenuhi ruangan restoran makin menambah kesan klasik yang nggak bakal terlupakan.
Itulah keempat restoran di kawasan Jalan Braga yang masih beroperasi dari zaman kolonial sampai sekarang. Kalau dilihat dari menu dan suasana klasiknya, sudah pasti harganya juga nggak kaleng-kaleng. Kamu perlu menguras isi ATM agak dalam kalau pengin makan di restoran tadi.
Lalu, bagaimana kalau pengin makan makanan klasik yang low budget? Tenang, kamu nggak perlu khawatir. Cukup beli sebungkus Indomie rasa Kaldu Ayam di warung terdekat. Eh, jangan ketawa dulu. Indomie rasa Kaldu Ayam adalah generasi pertama mi instan di Indonesia yang diperkenalkan tahun 1972. Kamu belum lahir, kan? Kurang klasik apalagi coba?
Penulis: Andri Saleh
Editor: Intan Ekapratiwi