Saya sudah pernah menuliskan artikel berjudul 4 Pertanyaan yang Bikin Warga Wonogiri Naik Darah beberapa bulan lalu. Tapi bulan berlalu, ternyata masih banyak pertanyaan sejenis yang keluar. Dan ini lumayan bikin saya mendidih.
Tapi, saya sudah menemukan zen dalam hidup. Pertanyaan ini muncul pure karena ketidaktahuan. Rasa ingin tahu, haruslah dijawab dengan semangat yang sama juga. Rasanya capek juga berprasangka orang kota itu hatinya jelek semua.
Jadi dalam artikel ini, saya ingin menjawab beberapa pertanyaan tentang Kabupaten Wonogiri yang saya dapat selama 14 tahun hidup di sini. Terkhusus, pertanyaan yang sering orang Jogja lontarkan. Sebab ya, beneran sih, Kabupaten Wonogiri saya rasa masih perlu di-branding agar lebih terkenal.
Daftar Isi
“Oh, sama kayak Wonosari? Gunungkidul dong?”
Oleh karena sama-sama menyandang nama “wono”, Wonogiri dan Wonosari sering dianggap sama. Padahal jawabannya jelas banget beda. Saya malah curiga, kalau orang Jogja nggak bisa bedain mana Kabupaten Wonogiri dan Wonosari, dia berarti nggak tahu Daerah Istimewa Yogyakarta ini isinya apa aja.
Tapi, agak ada benarnya juga orang kecampur. Secara geografis, Wonogiri dan Wonosari itu mirip. Selain sebelahan, dua tempat ini sama-sama punya daerah yang kering dan pantai. Jangan salah, Wonogiri punya pantai lho.
“Lho, Praci itu di Wonogiri juga kan? Kenapa pulangnya nggak lewat Gunungkidul?”
Ini pertanyaan yang kerap diajukan pada saya sewaktu kawan saya tahu saya berangkat ke Jogja lewat Sukoharjo dan Klaten. Dia pikir karena Praci dan Gunungkidul itu literally sebelahan, dia pikir harusnya lewat situ aja.
Masalahnya, rumah saya itu masih agak di tengah. Mau ke Praci jauh, apalagi berangkat ke Sleman lewat Gunungkidul, makin jauh. Justru lebih dekat lewat Tawangsari-Bayat. Berdasarkan Google, jarak Wonosari ke Sleman saja 52 kilometer. Padahal dari Wonogiri ke Sleman saja cuma 76 kilometer. Kalau saya mau ke Sleman lewat Gunungkidul, saya harus ke Pracimantoro dulu, yang kalau saya cek dari Google Maps, berjarak 35 kilometer dari rumah saya.
Jangan kira jalan Wonogiri itu lurus semua ya. Jalan pegunungan mah pasti berkelok. Tau kan maksud saya?
“Kenapa nggak kuliah di UNS saja?”
Ini pertanyaan yang saya lumayan dengar. Saya nggak tahu jawabannya sih, soalnya dulu sempat memimpikan diri kuliah di UNS. Tapi sejak menjejakkan kaki ke Jogja beberapa hari setelah ujian nasional, saya sudah berikrar untuk menghabiskan hidup di Jogja.
Lagian orang Wonogiri kuliah di Jogja itu wajar kok. Nggak hanya UNS saja yang jadi tujuan, Jogja juga banyak. Tapi saya rasa wajar jika ada yang nanya kayak gitu, karena UNS memang sedekat itu, setidaknya untuk saya, yang kerap ngebut di jalan.
“Enakan mana mi ayam Wonogiri dengan mi ayam di Jogja?”
Waduh, sebagai warga Kabupaten Wonogiri sejak lahir, saya paling nggak suka jawab pertanyaan ini. Kalau saya jawab jelas enakan Wonogakure, kok kayak terlalu membanggakan. Tapi nek saya jawab sama aja, ketok banget le ngapusi.
Sebenarnya kalau perkara enak mana, tetep saya akan jawab mi ayam yang dijual di Kabupaten Wonogiri lebih enak ketimbang di Jogja. Saya nggak akan jawab mi ayam di Jogja nggak enak lho, cuman hingga sekarang, saya nggak nemu yang cocok banget di lidah saya.
Sebenarnya wajar sih. Ini kayak orang Kediri yang akan hesitate untuk menjawab pecel di Jogja enak nggak, atau warga ngapak yang ditanya apakah ada mendoan enak di Jogja. Ya bakal normatif jawabnya.
Itu adalah empat pertanyaan yang orang Jogja kerap tanyakan pada warga Kabupaten Wonogiri. Saya rasa sih, warga Kota Gaplek pasti, nggak mungkin nggak, tidak mendapatkan pertanyaan ini semasa hidup di Jogja.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Orang Wonogiri Layak Dinobatkan sebagai Orang Paling Bakoh Se-Jawa Tengah