Sama seperti orang Minang yang merantau dan membuka rumah makan padang, warga Tegal banyak yang merantau guna membuka warung tegal atau yang sering disingkat menjadi warteg. Harga yang ramah di kantong dan porsi melimpah membuat warteg cocok bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Selain itu, menu makanan yang beragam membuat warteg dapat dikunjungi setiap hari. Beragam sayur seperti sayur asem, sayur lodeh, sayur bayam dapat dikombinasikan dengan lauk ayam, ikan ataupun telur. Pelayanan yang begitu cepat membuatnya mendapatkan predikat fast food asli Indonesia.
Namun, di balik beberapa hal positif diatas, ternyata warteg juga memiliki nilai negatif yang merugikan pelanggannya. Berikut saya rangkumkan empat dosa yang sering dilakukan penjual warteg.
Baca halaman selanjutnya….
#1 Tempat yang kurang higienis
Bukan rahasia umum lagi warteg terkenal dengan tempat yang ala kadarnya. Bahkan ada beberapa yang tidak terlalu perhatian dengan kebersihan. Beberapa warteg itu tempatnya sempit. Oleh sebab itu, mereka cenderung meletakkan bahan baku makanan di tempat seadanya.
Pengalaman pahit yang pernah saya alami adalah melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana seekor tikus lari-larian masuk ke karung beras yang sudah terbuka. Tentu nafsu makan saya hilang seketika.
Selain itu, saya pernah menemukan kecoa di dalam bilik kaca tempat display lauk. Warna kecoa yang cokelat kemerah-merahan sangat menyaru dengan orek tempe yang memiliki warna serupa. Murah sih murah, tapi kebersihan juga harus dijaga dong!
#2 Minuman tidak sesuai pesanan
Tidak hanya perkara lauk, warteg juga menjual berbagai macam jenis minuman. Mulai dari teh, jeruk, teh poci, Marimas, Pop Ice hingga kopi saset dapat dengan mudah kita temukan. Just info, warteg franchise biasanya menggratiskan es teh manis, sedangkan warteg konvensional masih menarik harga untuk segelas es teh manis.
Permasalahan timbul saat antrian warteg sedang padat-padatnya. Jam istirahat siang adalah waktu prime time bagi mereka. Pembeli datang terus, ada yang makan di tempat atau dibawa pulang dengan jumlah yang cukup banyak. Misalnya titipan teman-teman kantor.
Nah, ketika jam padat kunjungan inilah tingkat eror penyajian minuman meningkat. Pesan teh hangat yang datang es teh. Maunya teh tawar, yang datang malah teh manis. Sebagian pelanggan masih memaklumi kesalahan ini. Namun, bagi sebagian yang lain akan meminta ganti minuman sesuai pesanan awal.
#3 Kerupuk yang sudah melempem
Sebagai orang Indonesia, kurang lengkap rasanya apabila makan nasi tanpa kerupuk. Di warteg sendiri terdapat berbagai macam jenis kerupuk. Mulai dari kerupuk terung baik yang kotak atau yang bundar, kerupuk rambak hingga rempeyek kacang, atau rempeyek udang.
Sayangnya, ada saja penjual warteg masih menjual kerupuk yang sudah melempem. Pelanggan yang ingin mendapatkan sensasi kriuk-kriuk malah mendapatkan kerupuk yang alot dan tidak renyah.
#4 Mengambilkan nasi terlalu banyak
Tidak seperti warung prasmanan di mana pembeli dapat mengambil nasi dan lauk sendiri, penjual warteg akan mengambilkan nasi dan lauk yang ditunjuk oleh pembeli. Saat mengambil nasi, si penjaga akan selalu menanyakan nasi full atau setengah.
Nah, ada pembeli yang akan menjawab nasi setengah. Sayangnya, si pelayan tidak mendengarkan dengan baik dan tetap mengambilkan nasi full. Nasi yang terlalu banyak ini sering tidak dihabiskan oleh pelanggan. Kan jadi mubazir.
Itulah empat dosa yang sering dilakukan oleh penjual warteg. Memang tidak semua melakukannya. Namun, tetap ada yang kurang perhatian dengan kepuasan pelanggan. Mereka terlalu “mendewakan” harga murah. Namun, walaupun murah, konsumen berhak mendapatkan makanan yang higienis dan bergizi seimbang, kan.
Penulis: Arief Nur Hidayat
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Saat Warung Nasi Padang Makin Murah, Kenapa Warteg Tambah Mahal?