Kolam pemancingan seharusnya bisa jadi surga kecil bagi mereka yang hobi mancing. Tempat ini bisa jadi pilihan ketika seseorang suntuk dengan rutinitas sehari-hari. Bisa juga jadi tempat kabur sementara ketika persoalan datang bertubi-tubi. Dengan kata lain, untuk segelintir orang, kolam pemancingan adalah tempat healing yang memainkan peran penting dalam hidup.
Sayangnya, tidak semua tempat pemancingan cocok jadi tempat melarikan diri. Banyak pengelola pemancingan yang menerapkan berbagai siasat licik demi meraup cuan sebanyak-banyaknya. Mereka “memeras” secara halus yang tidak disadari oleh para pemancing. Alih-alih membuat pemancing betah, dosa-dosa itu justru bikin kapok dan tidak ingin balik lagi.
#1 Harga tiket masuk kolam pemancingan yang tidak pasti
Di tempat yang sering saya datangi, harga tiket masuk kolam pemancingan kerap naik dari harga normal. Tidak jelas apa alasannya. Bahkan, kadang beda harga tiket antara pelanggan lama dan orang baru. Pokoknya suka-suka sendiri.
Beberapa orang sempat mempertanyakan alasan di balik penetapan harga tiket masuk yang tidak jelas itu. Pengelola berdalih, harga pakan ikan sedang naik. Padahal, kami tahu betul, hal itu tidak benar.
Sudah harga tiketnya suka naik sesuka hati, fasilitas di sana tidak ada perbaikan. Air masih masih saja bau dan kolamnya kotor. Lama-lama lebih cocok disebut comberan daripada kolam pemancingan. Belum lagi, saung-saung di kolam pemancingan sudah reyot, kursi patah, hingga toilet yang menjijikan. Benar-benar bikin kapok.
#2 Mengakali timbangan ikan
Cara licik ini kerap dilakukan ketika ada lomba di kolam pemancingan. Petugas biasanya mengakali timbangan agar tidak mencerminkan kondisi nyatanya. Di saat lomba, timbangan disiasati sebisa mungkin agar ikan-ikan yang ditimbang semakin ringan. Sebab, kalau pemancing berhasil menyentuh berat tertentu, mereka bisa mendapatkan hadiah tertentu dari pengelola.
Apabila tidak sedang ada perlombaan, pengelola mengakali dengan cara sebaliknya. Sebisa mungkin timbangan semakin berat. Sebab, pemancing akan membayar sejumlah berat ikan yang dibawa pulang.
Curang kan?
#3 Ada pengaturan spot di kolam pemancingan
Beberapa kolam pemancingan punya trik kotor. Mereka melakukan rekayasa sehingga ada spot yang banyak ikan dan ada spot yang cenderung sepi ikan. Spot-spot “emas” biasanya disiapkan untuk orang dalam atau pelanggan khusus. Pemancing umum cuma dapat bagian sisa.
Jengkelnya, ada pegawai kolam ikan yang memanfaatkan informasi ini untuk dapat tambahan pendapatan. Pemancing umum harus mengeluarkan “uang rokok” kalau mau dapat spot bagus. Rasa-rasanya seperti dipalak secara halus.
#4 Pengelola kolam pemancingan pelit tebar ikan
Kecurangan yang satu ini sulit dimaafkan. Pengelola atau pemilik pemancingan secara sadar dan sengaja pelit menebar ikan di kolam. Alasannya, mereka tidak ingin stok ikan yang dimiliki cepat habis. Pemancing yang paling dirugikan dengan praktik ini. Mereka sudah bayar tiket masuk untuk memancing, eh malah ikan yang tersedia dikit.
Para pemancing pulang tangan kosong. Niat cari peruntungan, justru dibuat seolah buntu dan buntung. Para pemancing pun pergi dengan rasa kesal, cerita, dan kutukan. Bahkan, ada yang sampai bersumpah tak akan pernah kembali ke tempat tersebut saking kecewa dan marah.
Itulah dosa-dosa pengelola kolam pemancingan berdasar pengalaman saya. Dosa-dosa yang sengaja dilakukan demi mempertebal keuntungan. Menuliskan ulang pengalaman ini, sebagai seseorang yang hobi mancing di kolam pemancingan, saya jadi merasa seperti “diperas” secara halus ya. Semoga hal ini tidak terjadi pada para pembaca semua.
Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Akal-akalan Penjual Sate Ayam “Mempermainkan” Harga demi Untung Besar dan Bikin Pembeli Kapok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
