4 Aturan Tidak Tertulis Saat Melayat ke Rumah Duka, Terpaksa Saya Tulis karena Banyak yang Tidak Peka

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Melayat ke Rumah Duka, Terpaksa Saya Tulis karena Banyak yang Tidak Peka

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Melayat ke Rumah Duka, Terpaksa Saya Tulis karena Banyak yang Tidak Peka (unsplash.com)

Ketika ada warga, tetangga, atau keluarga yang meninggal, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk melayat. Pergi melayat ke rumah duka biasanya dilakukan untuk menunjukkan empati kepada keluarga yang sedang berduka sebagai sesama manusia. Lantaran momen yang jarang dilakukan, tak heran jika beberapa orang masih kebingungan apa yang harus dilakukan saat pergi melayat.

Sebetulnya kegiatan melayat ini simpel saja. Bisa diisi dengan menyampaikan perasaan kita yang turut berdukacita kepada keluarga, menunjukkan empati, mendoakan almarhum, dan bisa juga memberikan uang atau hadiah sebagai upaya menghibur keluarga yang ditinggalkan. Namun kenyataannya, masih ada saja orang yang melayat ke rumah duka secara asal-asalan.

Dari pengalaman dan pengamatan saya berkali-kali melayat ke rumah duka, masih banyak orang yang belum bisa melayat dengan baik. Kebanyakan yang mereka pikirkan sekadar pergi bertemu keluarga yang berduka tanpa ada kepekaan untuk menghibur. Bahkan parahnya, ada juga yang melakukan hal-hal di luar konteks melayat. Oleh karena itulah saya memutuskan untuk menulis beberapa peraturan tidak tertulis yang sebaiknya ditaati saat pergi melayat.

Jangan menjadikan melayat di rumah duka sebagai ajang gibah

Sejujurnya saya memuji antusiasme warga di daerah saya ketika ada pengumuman warga sekitar yang meninggal. Biasanya tak lama, orang-orang di daerah saya sudah berkumpul untuk melayat ke rumah duka. Memang betul mereka datang melayat, tapi sebagian besar waktu mereka diisi dengan hal tidak baik seperti gibah.

Melayat dan kemudian menyampaikan rasa berduka, mendoakan, dan menyemangati agar tetap bersabar terhadap keluarga almarhum hanya sebentar. Sisanya, yang lama, adalah ketika beberapa orang berkumpul dan menjadikan waktu melayat di rumah duka ini sebagai ajang gibah dadakan. Terlepas dari apa yang mereka gibahkan, tetap saja membicarakan keburukan orang lain saat ada yang meninggal tidak baik.

Bercanda seperlunya dan jangan berlebihan

Terkadang di beberapa kesempatan, terdapat orang-orang yang mencoba untuk menghibur keluarga yang sedang berduka. Biasanya orang tipe ini merupakan bapak-bapak dengan kepribadian ekstrovert dan juga blak-blakan. Memang sih menghibur keluarga berduka itu diperbolehkan, malah dianjurkan jika perlu. Tapi ya jangan terlalu berlebihan juga.

Misalnya saja ketika teman saya meninggal akibat kecelakaan dan mengalami benturan di kepala. Pihak keluarga tidak ingin almarhum dimandikan di rumah sakit karena adanya ketakutan organ almarhum akan diambil. Seperti tanpa adanya dosa, ada yang nyeletuk, “Ya sudah, giginya boleh diambil ya buat gantiin gigi ompong saya,” sambil tertawa di hadapan keluarga berduka. Saya yang mendengar sampai bengong dan merasa malu sendiri.

Dilarang tertawa terbahak-bahak di rumah duka

Tidak ada yang melarang siapa pun untuk tertawa terbahak-bahak. Namun khusus ketika melayat di rumah duka, tolong biasa saja ketika tertawa.

Beberapa kali saya dibuat heran ketika melayat, ada saja orang yang tertawa terbahak-bahak di sekitar rumah duka. Padahal sedang ada keluarga yang sedang mengalami kesedihan, tapi kok bisa-bisanya ini malah ada yang tertawa melampaui batas. Minimal kalau tidak bisa ikut berempati atau menangis, jangan sampai melukai keluarga duka dengan tertawa terbahak-bahak di saat mereka terluka akibat ditinggalkan salah satu anggotanya.

Menghargai perasaan keluarga yang sedang berduka dengan tidak membanding-bandingkan

Ini yang paling tidak boleh dilakukan ketika melayat ke rumah duka. Membanding-bandingkan kejadian yang dialami oleh keluarga duka dengan pengalaman diri sendiri atau siapa pun bukanlah suatu hal yang baik dilakukan ketika takziah.

Ketika ada yang menangis akibat salah satu anggota keluarganya meninggal dunia, terus tiba-tiba ada orang yang tidak peka berkata, “Sudahlah, dulu aku saja ketika ditinggal ayah meninggal tidak sampai menangis seperti ini,” pasti rasanya jleb, merasa diri jadi lebih hancur. Membanding-bandingkan itu bukan cara yang tepat untuk menghibur keluarga duka. Masih banyak cara yang bisa digunakan daripada membanding-bandingkan kesusahan yang dialami keluarga berduka. Misalnya seperti memeluk anggota keluarga yang ditinggalkan, mengusap punggung mereka, atau sekadar mendengarkan tangisan kesedihan mereka.

Mudah-mudahan ke depannya ketika melayat ke rumah duka, tidak ada lagi orang yang tidak peka atau bahkan melampaui batas sehingga malah menyakiti perasaan keluarga almarhum. Jangan sampai niatnya ibadah untuk melayat malah berujung menjadi dosa akibat kelakuan yang tidak peka.

Penulis: Handri Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Kelakuan Menyebalkan Saat Tahlilan, Saya Tulis Ini Supaya Orang-orang Bisa Refleksi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version