Kok bisa ya ada orang yang betah pasang mode silent di HP sepanjang waktu? Beneran sepanjang waktu.
Katanya, handphone (HP) diciptakan untuk memudahkan komunikasi. Dengan adanya HP, jarak seakan tak ada arti. Cukup dengan sentuhan jari, kita bisa saling berkirim kabar dengan siapa saja dan di mana saja. Tapi, itu kan “katanya”.
Faktanya, punya HP nggak menjamin komunikasi bisa berjalan tanpa hambatan. Selain faktor masih belum meratanya sinyal telekomunikasi di beberapa daerah, adanya sekelompok orang yang suka mengaktifkan HP-nya ke mode diam alias silent juga menjadi penyebab komunikasi nggak lancar.
Tahu sendiri kan apa yang terjadi ketika mode diam di HP diaktifkan? Yak, tul. Nada dering mati, sehingga mereka nggak sadar bahwa di ujung telepon ada orang yang misuh-misuh karena teleponnya nggak segera diangkat. Kira-kira apa ya penyebab seseorang membisukan HP-nya sepanjang waktu?
Daftar Isi
Penganut aliran teks garis keras
Usut punya usut, alasan seseorang lebih sering membungkam ponselnya yakni karena mereka penganut aliran teks garis keras. Orang-orang dengan karakteristik seperti ini biasanya akan merasa panggilan telepon sebagai suatu ancaman, sehingga mereka memilih untuk mengaktifkan mode silent. Dengan demikian, mereka nggak perlu mendengar suara dering ponsel yang mengganggu itu.
Kebetulan salah satu kawan saya adalah penganut aliran teks garis keras. Ketika ada panggilan masuk (tentu saja mode getar karena HP di-silent), dia sering kali sengaja nggak mengangkat panggilan tersebut. Setelah panggilan berakhir, barulah dia akan berkirim pesan dengan menyertakan sejuta alasan, seperti baru balik dari kamar mandi lah, lagi di jalan lah, dsb.
Pokoknya bagi para penganut aliran teks garis keras ini, ada telepon masuk itu bikin stres!
Bunyi HP yang nggak di-silent adalah distraksi yang nyata bagi orang kreatif
Ada pula orang yang mengaktifkan mode silent HP-nya sepanjang waktu, setiap hari, bukan karena penganut aliran teks garis keras, melainkan karena murni nggak suka dengan suara-suara yang muncul akibat adanya panggilan masuk. Suara dering telepon, apa pun nada deringnya, adalah distraksi yang nyata, meski nggak disetel di volume maksimal. Nggak suka pokoknya.
Anehkah orang yang demikian?
Ah, nggak juga. Justru, sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2015 di Northwestern University menyebutkan bahwa orang-orang yang merasa terganggu dengan latar suara-suara saat bekerja, justru adalah orang yang cerdas dan kreatif. Secara alami, proses kreatif memang membutuhkan situasi yang tenang untuk berkembang.
Seseorang bisa saja mendengarkan musik atau alunan suara tertentu untuk merangsang kreativitasnya. Namun jika ada suara lain yang nggak relevan dengan “suara” yang ingin didengarkannya (suara telepon masuk, misalnya), dia akan terganggu sehingga proses berpikir kreatif ini akan terhenti atau terhambat.
Coba cek kawanmu yang latar belakang pekerjaannya di industri kreatif itu, deh. Pasti ada oknum yang demen banget men-setting HP-nya ke mode silent.
Bolak-balik bunyi, bikin nggak enak hati
Alasan lain kenapa seseorang mengaktifkan mode silent pada HP adalah karena nggak ingin mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya. Alasan ini mungkin terdengar klise, tapi nyatanya memang demikian. Biasanya hal ini dilakukan oleh seseorang yang nomornya laris manis, sering di-calling sana-sini. Mungkin dia pengusaha, mungkin juga karyawan swasta, ataupun abdi negara yang nomernya sering jadi sasaran tembak pekerjaan.
Bayangkan kalau HP mereka nggak dinyalakan mode silent. Sepanjang waktu, HP pasti berbunyi. Duh, bikin nggak enak hati juga kan dengan orang-orang yang ada dalam satu ruangan? Itu sebabnya, menyalakan mode silent di HP adalah cara terbaik yang bisa mereka lakukan. Geter-geter kayak batok Supra cukup lah, ya~
Silent mode pada HP jadi sebuah upaya mencegah lambe turah
Nah, rasa nggak ingin mengganggu rekan kerja karena panggilan yang terus menerus datang ini biasanya juga diikuti dengan perasaan malas, yakni malas mendengar komentar-komentar dari para lambe turah. Siapa lambe turah? Siapa lagi kalau bukan manusia-manusia yang apa-apa dikomen, apa-apa dikomen.
Dengan HP yang bolak-balik ditelepon ini, para lambe turah akan punya bahan untuk dikomentarin. Mulai dari yang komentar paling standar, seperti “ciee, laris banget”, komentar kepo “siapa yang telepon?”, sampai komentar yang nggak penting-penting amat seperti “nggak usah kerja rajin-rajin, capek sendiri lu nantinya”. Sialnya, satu komentar ini sering kali berujung pada topik yang melebar ke mana-mana. Sungguh membuat baterai sosial jadi cepat habis. Bawaannya jadi capek aja gitu.
Apa pun alasannya…
Meski memiliki alasan beragam, ketemu dengan orang yang HP-nya selalu mode silent itu memang sering kali bikin kita kesal. Terutama, jika ada keperluan mendesak yang butuh untuk dikomunikasikan. Makin menyebalkan lagi jika tersangkanya nggak ada inisiatif menelepon balik meski tahu ada notifikasi panggilan tak terjawab di layar HP-nya.
Sebetulnya, kalau mode diam itu hanya diaktifkan saat-saat tertentu, misalnya ketika ibadah ataupun sedang sakit, rasa-rasanya masih bisa dimengerti. Kita pun pasti sering melakukannya. Tapi kalau silent sepanjang waktu? Duh, mending nggak usah punya HP aja sekalian nggak sih daripada punya HP tapi susah dihubungi? Yah, sebelas dua belas menyebalkannya lah sama orang yang nggak ganti hp yang sekarat dengan alasan hemat.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Silent Mode, Fitur di Ponsel yang Bantu Tenangkan Jiwa.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.