4 Alasan Gunungkidul Nggak Perlu Bangun Mal, Salah Satunya Merugikan Warga Bumi Handayani!

4 Alasan Gunungkidul Nggak Perlu Bangun Mal, Salah Satunya Merugikan Warga Bumi Handayani!

4 Alasan Gunungkidul Nggak Perlu Bangun Mal, Salah Satunya Merugikan Warga Bumi Handayani!

Setelah kemunculan bioskop di Gunungkidul yang bekalangan viral, nggak sedikit warga berharap agar Bumi Dhaksinarga segera punya mal baru. Menurut mereka, dengan adanya bioskop dan mal, Gunungkidul akan terlihat lebih maju dan modern. Alih-alih mendukungnya, saya kurang sepakat kalau Gunungkidul punya mal.

Melihat UMK Gunungkidul hari ini yang menduduki peringkat paling bontot se-DIY, memang (sebaiknya) nggak usah membangun mal. Masih banyak hal-hal yang lebih penting bin mendesak dari sekedar mendirikan pusat perbelanjaan modern itu. Seperti menambah/memperbaiki sarana-prasarana bangunan sekolah, membangun jembatan di desa terpencil, dan fasilitas umum lainnya.

Selain itu, ada sejumlah alasan Gunungkidul sebaiknya nggak perlu bangun mal, antara lain:

Sudah ada Pasar Argosari yang fasilitasnya nggak kalah sama mal

Salah satu alasan Gunungkidul nggak perlu bangun mal, ya, karena sudah punya Pasar Argosari. Kalian mau cari apa saja nyaris komplit di pasar terbesar di Bumi Handayani ini. Mulai dari food court, pakaian baru atau bekas, hingga segala macam perabotan sangat melimpah ruah.

Selain itu, fasilitas yang tersedia di pasar tradisional ini nggak kalah sama mal. Selain bersih dan nyaman, Pasar Argosari juga sudah disediakan lift. Kalau malas dan nggak mau capek-capek naik tangga, bisa itu lewat lift.

Toh, kawula muda zaman sekarang lebih suka hal-hal vintage bin kalcer. Dibanding mal, jelas ke depannya orang-orang bakal lebih suka jalan-jalan di tempat tradisional. Jadi, ya, mubazir dan nggak ada gunanya bikin mal di Gunungkidul.

Warga Gunungkidul itu masih “mendang-mending”

Percayalah, membangun mal di Gunungkidul itu akan berakhir sia-sia. Sepi dan potensi gulung tikar sangat besar. Lho, memangnya kenapa? Sederhana saja, siapa yang mau beli barang-barang di mal yang cenderung lebih mahal itu?

Kita tahu, pendapatan per kapita orang Gunungkidul saja hanya 1,6 juta per bulan. Artinya, banyak orang Gunungkidul yang bokek. Daripada buat jajan atau main ke mal, ya mending buat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang lebih krusial. Ya, kayak buat makan, ngisi amplop kondangan, beli paket internet, dan hal-hal subtil lainnya.

Kalau pengin nonton film, sekarang sudah ada bioskop. Mau main sama anak, ya tinggal cari playground di sekitar Kota Wonosari. Mau ngerasain sensasi naik lift dan foto-foto di dalam, sudah ada di Pasar Argosari. Jadi, apa istimewanya mal buat warga Gunungkidul? Nihil.

Baca halaman selanjutnya

Lebih butuh jalan yang bagus dan lampu yang nyala

Gunungkidul lebih butuh perbaikan jalan dan lampu penerangan daripada mal

Banyak orang datang ke Gunungkidul hanya karena ingin menikmati keindahan alam. Seperti gua, pantai, air terjun, dan bukit-bukit karst yang menawan. Jadi, kalau tujuan membangun mal untuk meningkatkan taraf ekonomi warga, saya rasa sektor wisata alam lebih menjanjikan dan sudah lebih dari cukup.

Alih-alih pengin mal, warga Gunungkidul sebenarnya lebih membutuhkan perbaikan jalan dan lampu penerangan. Ada begitu banyak jalan berlobang tanpa lampu penerangan di malam hari yang harus segera ditangani. Apa artinya punya mal penuh gemerlap lampu kalau kalau jalan-jalan umum masih dibiarkan gelap dan gronjal?

Banyak merugikan masyarakat

Alih-alih bisa membawa dampak positif, menurut saya membangun mal di Gunungkidul (justru) banyak merugikan. Terlebih dibangun pakai modal investor. Selain lebih banyak menguntungkan satu pihak, pembangunan mal di Gunungkidul juga bisa meningkatkan risiko krisis air bersih.

Kita tahu bahwa sebagian wilayah Gunungkidul rentan kekeringan. Dengan dibangunnya mal, tentu akan memperparah keadaan ini. Mal itu membutuhkan pasokan air cukup banyak sehingga berpotensi menurunkan ketersediaan air bersih. Hal ini sudah terjadi di Kota Jogja, yang mana banyaknya pembangunan mal dan hotel diduga menjadi salah satu penyebab sumur-sumur di Kota Jogja mengering.

Itulah beberapa alasan Gunungkidul nggak butuh mal. Nggak ada hal-hal mendesak yang mengharuskan kabupaten ini membangun mal. Sudah ada Pasar Argosari Wonosari yang saya rasa sudah lebih dari cukup untuk menopang kebuthan sehari-hari warga. Biarkan Gunungkidul tetap menjadi dirinya sendiri. Lestari Bumi Handayani!

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mengenal Gunungkidul, Kabupaten (yang Dianggap) Gersang yang Ternyata Dulunya Dasar Laut

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version