Ngomongin soal snack yang bisa bikin orang tua nangis saat mengajak anak berbelanja ke minimarket pastinya nggak jauh-jauh dari Kinder Joy. Produk makanan ringan asal Italia tersebut sering menjadi sumber pertengkaran antara orang tua dengan anak mereka. Pasalnya, bagi sebagian orang, harga Kinder Joy dirasa mahal, yakni berada pada kisaran harga belasan ribu untuk satu kemasan. Daripada buat beli cokelat mini yang hanya bisa dihabiskan sendiri, lebih baik buat beli gula satu kilo yang bisa dipakai bersama sekeluarga dalam sebulan. Toh, sama-sama manis. Mungkin begitu pikiran sejumlah orang tua kaum mendang-mending.
Kinder Joy merupakan sebuah merek makanan kecil yang termasuk dalam lini produk yang diluncurkan oleh Ferrero. Mulanya, produk buah ide Michelle Ferrero ini sempat ditolak untuk diproduksi lantaran cokelat yang terinspirasi dari tradisi telur Paskah tersebut diragukan potensinya untuk menciptakan pendapatan bagi perusahaan. Akhirnya, berkat kegigihan Michelle Ferrero guna mewujudkan idenya, Kinder Joy berhasil dirilis bersama usaha partner bisnisnya, Wiilliam Salice, yang bersedia merealisasikan konsep cokelat telur tersebut.
Di luar berbagai hujatan yang dilontarkan untuk produk ini, nyatanya, Kinder Joy tetap dicari oleh pembeli. Oke, mari kita luruskan dulu siapa yang dimaksud dengan pembeli di sini. Cokelat Kinder Joy memang ditargetkan untuk anak kecil sehingga bisa dikatakan bahwa end-user produk tersebut adalah anak-anak dengan perkiraan usia 3 hingga 12 tahun. Akan tetapi, karena secara umum anak-anak belum dapat menghasilkan uang sendiri, maka pembuat keputusan pembelian adalah orang tuanya.
Jujur saja, cokelat compound renyah yang dikombinasikan dengan krim susu dan kakao itu memang menawarkan rasa yang lezat. Hal tersebut mungkin menjadi salah satu keunggulan cokelat telur ini sehingga dapat menarik pasar anak-anak. Namun, untuk ukuran cokelat seberat 20 gram dengan harga belasan ribu, memang kadang dirasa tak masuk akal. Jika dibandingan dengan cokelat lain yang berbentuk batangan, konsumen bisa mendapatkan cokelat dengan ukuran yang lebih besar. Inilah yang kerap kali menjadi perdebatan apakah Kinder Joy layak dibeli atau tidak.
Mengesampingan semua pro dan kontra tersebut, Kinder Joy akan tetap dicari oleh penggemar mereka. Kalau kata sebuah frasa terkenal, tidak ada yang namanya publikasi buruk. Bisa jadi, pihak perusahaan tidak terlalu ambil pusing dengan segala rumor buruk tentang produk mereka. Selain karena memang yakin akan kualitas produknya, perusahaan juga konsisten menerapkan beberapa strategi bisnis untuk mempermulus penjualan produk Kinder Joy.
#1 Kemasan yang menggoda
Pertama, perusahaan penghasil Kinder Joy berani membuat terobosan baru dalam pengemasan produk cokelat mereka. Jika biasanya cokelat yang beredar di pasaran dijual dalam bentuk batangan, Kinder Joy dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk telur. Bentuk inovatif demikian bukan dibuat tanpa tujuan tertentu. Fererro yakin bahwa anak-anak menyukai bentuk yang unik dan mengingatkan mereka pada benda tertentu.
Walaupun tidak umum di Indonesia, anak-anak di sejumlah negara familier akan kisah mengenai Kelinci Paskah yang membagikan telur Paskah-nya. Oleh sebab itu, kesukaan anak-anak terhadap bentuk telur Kinder Joy memiliki korelasi di pemikiran mereka dengan hadiah telur Paskah yang mereka dapat. Di samping itu, warna yang digunakan dalam bungkus cokelat telur ini cenderung cerah dan berwarna-warni menyesuaikan dengan ketertarikan anak akan warna. Bandingkan saja dengan brand cokelat lainnya yang cenderung memakai warna gelap atau sedikit warna saja untuk kemasannya.
#2 Berbekal pengalaman gembira anak-anak
Kedua, Kinder Joy menyertakan pengalaman menyenangkan bagi konsumen mereka—dalam hal ini anak-anak—ketika mengonsumsi produknya. Pada dasarnya, Kinder Joy dikenal pula dengan Kinder Surprise Egg. Dalam bahasa Jerman, “kinder” berarti anak. Sedangkan “joy” dalam bahasa Inggris menyatakan kegembiraan. Pun, penyematan kata surprise egg menggambarkan kejutan menyenangkan yang akan didapat dari sebuah telur. Siapa, sih, yang tidak menyukai kejutan baik, apalagi anak-anak?
Merujuk pada konsep orisinalnya, Kinder Joy berkaitan erat dengan tradisi turun temurun di Italia di mana saat perayaan Paskah, anak-anak akan mendapatkan sebutir telur cokelat besar yang berisikan hadiah mainan di dalamnya. Pengalaman menyenangkan itulah yang dimanfaatkan perusahaan untuk memenangkan hari konsumen kecil mereka. Hal ini pula yang mendasari disertakannya mainan kecil dalam kemasan cokelat telur ini.
Meskipun perayaan Paskah bukan hal lazim di Indonesia, tetapi pengalaman anak saat membuka kemasan dan mendapatkan hadiah mainan tersebut sebenarnya adalah peristiwa serupa. Rasa penasaran tentang kejutan mainan akan mendorong anak-anak untuk merengek dibelikan makanan tersebut. Mungkin, rasa kesukaan mereka terhadap cokelatnya justru tak sebesar rasa penasaran tentang hadiah mainan apa yang akan mereka dapatkan. Ditambah lagi, dalam beberapa kesempatan, Kinder Joy merilis mainan dengan edisi terbatas seperti Frozen dan Doraemon. Kalau orang dewasa saja menggemari hal-hal yang dibalut dengan eksklusivitas, anak-anak pun tidak bisa dijadikan pengecualian.
#3 Dapat ditemukan dengan mudah
Selanjutnya, distribusi produk menjadi salah satu langkah strategis perusahaan guna memasarkan produknya. Walaupun bisa dibilang harga cokelat telur ini cukup mahal, tetapi produk ini tidak dijual secara eksklusif di tempat-tempat yang dianggap berkelas. Justru, dengan mudah Kinder Joy dapat ditemukan di minimarket terdekat. Pilihan ini dilakukan untuk menjangkau pasar yang lebih luas, tidak terbatas pada kalangan ekonomi tertentu saja. Ditambah lagi, setidaknya di Indonesia, masih jarang ditemukan produk yang memiliki konsep serupa dengan kualitas yang setara.
Penempatan Kinder Joy pada rak di depan kasir pun menyimpan maksud strategi bisnis. Perhatikan saja, mau tak mau, konsumen pasti akan sampai juga di depan kasir untuk membayar belanjaan mereka. Barang-barang yang ditempatkan di dekat kasir umumnya adalah barang yang dibeli tanpa memerlukan komitmen sebelumnya dan tidak dibeli secara reguler. Misalnya saja seperti cokelat dan permen. Biasanya, konsumen tidak berencana secara khusus mendatangi minimarket untuk membeli barang-barang tersebut. Dengan kata lain, berbagai produk yang diletakkan di depan meja kasir memanfaatkan pembelian impulsif konsumen.
Dilihat dari tinggi raknya pun, letak Kinder Joy sangat pas dengan perkiraan tinggi anak kecil sehingga dengan sangat mudah pembeli kecil cokelat tersebut melihat serta meraih produk favorit mereka. Kalau sudah begini, orang tua kudu siap-siap bernegosiasi dengan anak kecil perihal izin membeli Kinder Joy. Hehehe.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink.