3 Rekomendasi Kopi Saset untuk Teman Begadang Kaum Low Budget

Realita Kedai Kopi Jogja Persaingan Blok Utara vs Blok Selatan MOJOK.CO

Realita Kedai Kopi Jogja Persaingan Blok Utara vs Blok Selatan MOJOK.CO

Mengonsumsi kopi—entah kopi saset atau kopi original—adalah pilihan yang tepat apabila kita diharuskan untuk tetap terjaga di malam hari. Entah karena urusan pekerjaan, tugas kuliah menumpuk, dikejar deadline, atau sekadar begadang yang tiada artinya itu. Kandungan kafein dalam kopi memang cukup ampuh menjaga mata tetap melek. 

Bagi saya sendiri kopi memang tak pernah absen dan tak mengenal waktu untuk dikonsumsi. Tetapi jika harus terjaga di malam hari, kopi jadi barang yang harus dipastikan keberadaannya. Konsumsi kopi di malam hari bisa dua kali lebih banyak supaya saya tetap terjaga. Di samping itu jangan lupakan air putih, kalo kopi doang mah bahaya! 

Sebagai mahasiswa akhir kelompok low budget, garap skripsi sampai malam adalah daily life. Sudah dipastikan kopi yang saya konsumsi sembari menggarap skripsi bukanlah kopi yang berasal dari kafe-kafe yang harganya bikin kantong kering. Sehingga, kopi saset adalah pilihan dan juara di hati. Setidaknya buat sekarang, nggak tau kalo nanti, soalnya selera orang kan bisa berubah.

Seringnya mengonsumsi kopi saset saat begadang, membuat saya jadi punya kopi favorit. Pertimbangannya karena kopi tersebut memang cocok dan ampuh bikin mata saya melek. Namun, menemukan merek kopi saset yang cocok untuk menemani begadang butuh perjalanan panjang layaknya perjalanan Sun Wukong menemukan kitab suci. Eh, nggak ding.

Berikut saya akan merekomendasikan kopi saset favorit saya saat begadang yang bisa jadi pilihan di kala memang kopi saset adalah batas kemampuanmu jika hendak ngopi. Oh ya, perlu saya jelaskan, kopi saset Kapal Api Special Mix nggak bakal kamu temukan di sini. jadi, jika kamu penganut Kapal Api garis keras, maaf ya. 

#Nescafe Classic

Kandidat yang pertama adalah kopi saset keluaran Nestle, yaitu Nescafe Classic. Bungkusnya kecil dan hanya berisi kopi seberat 2 gram, yang seketika diseduh mudah larut, sehingga nggak usah nunggu-nunggu ampas turun lagi deh. Nescafe Classic ini juga definisi sebenarnya bukan kopi ampas. Sebenarnya ada varian kemasan lain yang lebih gede, ada yang 100 gram, dan ada juga dalam kemasan toples gelas seberat 200 gram. 

Sayangnya di tempat saya, kopi ini tak cukup familiar di warung-warung kelontong. Saya biasa membeli di minimarket dengan harga 6-7 ribu untuk satu renceng atau sepuluh saset yang kemasan dua gram. Jadi, satu sasetnya hanya sekitar tujuh ratus rupiah saja, harga yang sangat murah buat kopi saset. 

Kopi ini bakal cocok buat kamu yang suka kopi pahit, karena kopi ini sendiri tersedia tanpa gula. Menyeduhnya tanpa gula menjadi cara maksimal jika hendak dikonsumsi di kala begadang. Saya sendiri tak terlalu suka jika mengonsumsinya tanpa gula, walau aroma robustanya memang khas, pahitnya sendiri cukup mengganggu di lidah. Cara terbaik saya menikmati kopi ini adalah dengan menambahkan sedikit gula aren. Perpaduan Nescafe Classic dengan gula aren adalah perpaduan paripurna dalam menikmati kopi saset sejauh ini. 

Selain itu kopi ini adalah kopi yang paling mudah untuk dibuat berbagai inovasi kopi rumahan. Kamu mungkin pernah mendengar kopi dalgona, inovasi kopi yang viral pada awal-awal pandemi. Nah, Nescafe Classic inilah salah satu yang paling bisa dibikin begituan. Saya berani jamin kamu nggak bakal berhasil bikin dalgona dari kopi Kapal Api Special Mix. Sudah pernah saya coba soalnya, hehehe.

#Kopi Tubruk Gadjah

Kopi pendatang baru inilah yang bikin Kapal Api Special Mix nggak masuk rekomendasi. Rasa keduanya memang mirip, namun saya cenderung memilih Kopi Tubruk Gadjah karena berbagai alasan. Sebelumnya saya harus akui, saya adalah penikmat kopi Kapal Api jika tak ada Nescafe Classic, bahkan dalam beberapa kondisi saya mending nggak ngopi jika tak ada kedua kopi itu. Namun, semuanya berubah ketika negara api Kopi Tubruk Gadjah menyerang!

Saya sendiri tidak terlalu mengerti mengapa kopi Tubruk Gadjah harus saya lawankan dengan Kapal Api Special Mix, ini terjadi secara alamiah saja. Mungkin beberapa penikmat kopi saset di luar sana juga demikian. Bahkan beberapa penulis di Terminal pun menyandingkan keduanya. Tetapi, saya kira memang Kopi Tubruk Gadjah menang dalam hal inovasi. 

Kopi Tubruk Gajah datang dengan inovasi gula terpisah sehingga kita bisa mengatur gulanya sendiri. Sejauh yang saya ketahui, kopi hitam saset dengan gula terpisah baru ada di Kopi Tubruk Gadjah ini. Walau tak ditambah gula pun, kopi ini masih enak untuk dinikmati, pahitnya tak terlalu mengganggu. Saya sendiri biasanya hanya memakai seperempat dari gula yang disediakan. Seperti Nescafe Classic, menyeduh kopi Tubruk Gadjah tanpa gula adalah cara maksimal menikmatinya supaya tetap terjaga saat hendak begadang. 

#Top Kopi Aren

Untuk pilihan ini sebenarnya saya tidak terlalu yakin. Alasannya karena saya tidak terlalu menyukai kopi saset selain varian kopi hitam. Jadi kandidat untuk kopi saset selain kopi hitam ada banyak, misalnya Indocafe Coffeemix, Luwak White Coffee, atau Good day. Tapi, sepertinya saya harus merekomendasikan satu merek dari varian selain kopi hitam, karena barangkali ada jamaah terminal yang nggak bisa minum kopi hitam. 

Alasan saya memilih Top Kopi Aren untuk direkomendasikan karena aroma kopi ini bikin saya jatuh cinta pada ciuman pertama. Bagaimana tidak, aroma aren yang begitu wangi dan kuat bikin saya senyum-senyum saat pertama kali mencobanya. Selain itu sih, kopi ini juga cukup aman di lambung. Kalo dipake begadang pun saya nggak terlalu banyak meminumnya, paling banyak hanya dua gelas. 

Itulah rekomendasi kopi saset versi saya yang bisa dijadikan pilihan untuk membantu tetap terjaga di saat begadang. Untuk menutup tulisan ini izinkan saya menutupnya dengan sebuah pantun 

Kopi pahit jangan diminum

Cakep

BACA JUGA Mengurutkan 5 Kopi Botol Kemasan Terenak yang Ada di Minimarket dan tulisan Mamun Nawawi Alfahri lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version