3 Rekomendasi Film Pendek Buatan Dinas Kebudayaan Yogyakarta

3 Rekomendasi Film Pendek Buatan Dinas Kebudayaan Yogyakarta

3 Rekomendasi Film Pendek Buatan Dinas Kebudayaan Yogyakarta (pixabay.com)

Sebagai kota yang kental dengan nuansa budayanya, Jogja, serupa mantra sihir. Ia mampu membangkitkan desir-desir rindu pada siapa saja yang pernah singgah di sana. Seolah, kenangan akan selalu abadi, jika itu berkaitan dengan Jogja.

Nah, jika kebetulan saat ini kamu sedang rindu dengan suasana Jogja, tapi duit di dompet tak cukup untuk ke sana, bagaimana kalau nonton film-film pendek yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta? Gambaran sudut-sudut kota yang terekam, pasti bisa menuntaskan rindumu. Ini dia rekomendasinya:

#1 Tonggo

Tonggo adalah film yang menarik. Saya bahkan sudah jatuh cinta di detik-detik pertama film ini diputar. Bagaimana tidak? Film ini dibuka dengan hal-hal yang dekat sekali dengan keseharian kita: gibah, alias ngomongin orang. Di film ini yang gibah bapak-bapak pula! Duh. Saya sampai nggak bisa nahan senyum melihat bagaimana luwesnya bapak-bapak ini gibah. Menjiwai sekali. 

Dalam bahasa Indonesia, tonggo berarti tetangga. Secara keseluruhan, film yang diunggah di channel Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta ini menceritakan tentang drama kehidupan bertetangga. Lebih tepatnya, lika-liku pertetanggaan yang terjadi saat awal pandemi menyerang. Saat semua masih diliputi perasaan takut, cemas dan saling curiga terhadap satu sama lain. Semua, dipotret dengan bagus di film Tonggo. Tonton, deh.

#2 Gendhis

Saat pergi meninggalkan kota yang dikenal dengan budayanya, akankah seseorang kehilangan jati diri? Mendadak lupa di tempat seperti apa dulu dia tumbuh dan dibesarkan? Dan bila hal tersebut terjadi, mungkinkah seseorang itu dapat kembali pada budaya asalnya?

Adalah Gendhis. Seorang perempuan asli Jogja yang harus merantau ke luar kota. Hingga saat kemudian dia kembali, beberapa tahun kemudian, Gendhis bukan Gendhis seperti yang orang-orang kenal sebelumnya. Perempuan itu, telah berubah. Dia pun jadi bahan pergunjingan tetangga.

Yah, gibah lagi, deh.

#3 Penjaga Ingatan

Kamu tau nggak kalau di Jogja, terutama di wilayah-wilayah tertentu, kita tidak bisa membangun atau merenovasi bangunan seenak sendiri? Atau, mungkin kamu juga pernah bertanya-tanya, kenapa ya bangunan di Jogja banyak yang identik? Bisa nggak, ya, modernisasi bersatu dengan budaya?

Nah, jawaban dari pertanyaan di atas, bisa kamu temukan lewat film pendek berjudul Penjaga Ingatan. Tapi jangan khawatir, meskipun ada nilai-nilai edukasi, tapi film Penjaga Ingatan nggak garing kayak kanebo, kok. Malah, mata kita akan dimanjakan dengan adanya pemandangan sudut-sudut kota Jogja yang teduh. Btw, itu pemeran Fajar, kok wajahnya bisa glowing banget, yak? Xixixi…

Pada akhirnya, menonton film pendek buatan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta (Dengan penggambaran suasana Jogja yang mbetahi itu), membuat saya yakin bahwa Jogja berhati nyaman itu benar adanya. Untuk sejenak saya lupa bahwa ada klitih di Jogja. Bahkan saya nyaris saja meyakini perkataan, siapa itu, yang bilang bahwa tidak ada kllitih di Jogja.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version