Saya termasuk pemirsa yang cukup gemes kalau nonton talkshow, terutama yang konsepnya hiburan. Gemes karena sering keluar pertanyaan-pertanyaan nggak penting dari sang pembawa acara yang menurut saya jadi sekedar basa-basi ngabisin durasi. Kalaupun mengusung konsep hiburan ringan (light entertainment), bukan berarti isi perbincangan jadi tidak berbobot dan nggak lebih penting dari adegan gimik yang berserakan sepanjang acara, kan?
Dari pengamatan saya, setidaknya ada 3 pertanyaan yang sebaiknya nggak perlu ditanyakan ke narasumber atau bintang tamu talkshow. Sepintas, 3 pertanyaan ini terkesan umum dan biasa saja. Tapi biasanya pemirsa sudah bisa menebak apa jawaban sang narsum. Jadi perlu dipikirkan, apa sebenarnya tujuan pertanyaan tersebut diajukan? Sekedar basa-basi, benar-benar ingin tahu, atau memang ingin mendengar pernyataan langsung?
Berikut 3 pertanyaan yang biasanya ada di acara talkshow, yang menurut saya sebaiknya dihilangkan saja.
#1 Sibuk Apa Nih?
Biasanya pertanyaan ini diajukan sebagai pembuka perbincangan di talkshow. Mungkin tujuannya untuk sekadar basa-basi. Tapi, pertanyaan ini justru bisa menunjukkan kalau sang pembawa acara tidak cukup mengenal tamu. Sebaiknya tim kreatif bisa googling dulu dan membekali pembawa acara dengan berbagai data dan fakta, termasuk apa kegiatannya sekarang.
Di sisi lain, bisa saja tim kreatif dan pembawa acara sebenarnya sudah tau kalau sang narsum saat ini sedang melakukan kegiatan yang berbeda. Mereka ingin jawaban tersebut keluar langsung dari sang narsum. Jadinya, pertanyaan ‘sibuk apa nih’ terkesan basa-basi busuk, percuma.
Daripada sekadar tanya, “Sibuk apa nih?” Mungkin pertanyaannya bisa langsung seperti ini, “Katanya anda sekarang jualan sate, ya? Untuk artis papan atas seperti Anda, apa nggak takut bau asap?”
Dari sisi pemirsa, contoh pertanyaan tersebut bisa membuat sang pembawa acara terlihat cukup update mengikuti perkembangan sang artis. Sementara dari sisi hiburannya bisa dapat ekspresi kaget sang narsum yang nggak nyangka bakal ditanya seperti itu. Masa setiap episode talkshow pertanyaan pembukanya selalu sama sih?
#2 Gimana Rasanya?
Ini juga jenis pertanyaan yang sering banget disampaikan ke narsum. Buat saya, pertanyaan seperti ini justru rasanya kok tidak pas. Pembawa acara menanyakan perasaan sang narsum, dalam kondisi yang menurut saya, orang se-Indonesia sudah tahu bagaimana perasaan yang bersangkutan.
Misalnya, pada saat keluarga sang narsum mengalami kemalangan. Yang biasanya ditanyakan pembawa acara adalah, “Gimana rasanya ‘ditinggal’ kakak kandung dalam kecelakaan mobil minggu lalu?”
Kadang denger pertanyaan seperti ini bikin saya gedeg sendiri. Yaaa pasti sedih lah kakaaak! Sebenarnya jawaban seperti apa sih yang diharapkan sang pembawa acara? Nanti kalau dijawab, “Biasa aja tuh!” malah bingung kaaan. Bubar dong talkshow-nya?
Ada lagi contoh seperti ini, “Gimana rasanya berhasil memenangkan Piala Citra?” Pilihan jawabannya nggak lebih dari: seneng, bahagia, atau wow nggak nyangka! Kira-kira ada nggak ya yang jawab seperti ini, “Boleh juga lah, lumayan buat menuh-menuhin koleksi piala di lemari.” Naah… nggak mungkin kaan.
Daripada nanya yang-udah-tahu-jawabannya seperti itu, apa tidak sebaiknya diganti dengan pertanyaan langsung seperti, “Seberapa dekat hubungan Anda dengan mendiang kakak Anda?” Atau, “Apakah Anda merasa memenangkan Piala Citra merupakan pencapaian tertinggi Anda dalam dunia akting?”
#3 Ada yang Mau Disampaikan?
Inilah salah satu “punchline” favorit dunia perbincangan di industri talkshow tipi. Biasanya, menjelang berakhirnya program, pertanyaan ini kerap dilontarkan sang pembawa acara kepada narsum dalam kondisi yang (sudah dibuat) haru. Misalnya, obrolan sebelumnya menyinggung kondisi anak yang sedang sakit, penayangan liputan kondisi orang tua di daerah, atau sambungan telepon interaktif dengan sahabat yang lama tak jumpa.
Hampir di semua talkshow saya bisa menebak endingnya. Ketika pertanyaan mejik itu keluar, ”Ada yang mau disampaikan untuk Emak?” Biasanya disempurnakan dengan shot kamera yang zoom in maksimal ke wajah sang narsum sampai jerawat atau pulasan make up yang nggak rata bikin salfok.
Masalahnya, gimik seperti ini nggak selalu sukses eksekusinya. Ada kalanya tim kreatif dan pembawa acara sudah berusaha sekuat tenaga bikin narsum mewek, eh… beliau B aja! Kalau sudah begini, jadi ingat dulu ketika saya masih nguli di tipi. Kami tim produksi bakalan hhc alias harap-harap cemas kalau syuting bagian ini. Nangis doong nangis, pliss!
Buat tampilan tipi, suka nggak suka, tontonan seperti ini ya memang masih laku. Makanya, keberadaan pertanyaan ini jadi wajib hukumnya. Tapi, kalau tim risetnya nggak kuat, tingkat kegagalannya juga tinggi.
Coba bayangkan kalau ceritanya seperti ini. Sang narsum mau dikasih kejutan dengan menghadirkan kakak kandung yang telah lama hilang kontak. Tim produksi yang sudah kebayang kalau gimik kali ini bakal bikin mbrebes mili, harus gigit jari karena gatot alias gagal total. Hal ini karena sang narsum ternyata sudah lama musuhan dan masih sakit hati dengan sang kakak. Nah, kan.
Jadi, daripada melakukan hal beresiko seperti itu sat talkshow, sebaiknya sih dihilangkan saja. Toh biasanya pemirsa sudah paham ke mana arah dan tujuan pertanyaan ini.
Beberapa waktu lalu saya menonton sebuah wawancara band favorit di YouTube. Pertanyaan pertama cukup sukses bikin saya langsung menutup link. “Apa sih arti nama band Slank?” Gilingaaan! Udah lebih 30 tahun band ini dibentuk, masih ada yang nanya arti nama ‘Slank’? Haree geneee? Basi tau!
BACA JUGA 4 Tipe Tamu Hotel Saat Sarapan dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.