3 Klub Sepak Bola Penganut Ideologi Kiri yang Masih Eksis Hingga Kini

buruh pabrik kuli bangunan ideologi kiri buruh mojok

buruh pabrik kuli bangunan ideologi kiri buruh mojok

Kita mengetahui bahwa sepakbola di dalamnya tidak ada boleh kepentingan politik, sebab olahraga adalah olahraga. Atribut politik praktis memang tidak diperkenankan untuk masuk, apalagi sampai hendak menarik massa dari sepakbola. Tapi, sepakbola juga kadang menjadi unjuk gigi ideologi yang menjadi simbol dari klub sepakbola itu sendiri.

Contohnya klub sepakbola Barcelona, sebagai lambang perlawanan dari Catalan terhadap Spanyol. Lalu ada lagi rivalitas panjang nan panas dua klub ibukota Skotlandia, Rangers dan Celtic, yang sarat politik agama. Bagaimana dengan ideologi macam kiri seperti komunisme atau sosialisme? Tentu ada, dan sampai sekarang ada beberapa klub sepakbola yang kita kenal dan memegang ideologi kiri.

Mungkin di antara kalian ada yang belum tahu, atau jangan-jangan selama ini mendukung dan sadar bahwa klub yang didukung membawa ideologi kiri, tapi bodo amat. Baiklah, inilah klub sepakbola yang memegang ideologi kiri yang masih eksis sampai saat ini.

AS Livorno

Klub asal Italia yang dulu sempat bermain di Serie-A itu memang terkenal dengan fanatisme suporter yang bercampur dengan ideologi kiri. Tak ada suporter klub sepakbola yang berani sekaligus mencampurkan fanatisme sepak bola dengan fanatisme ideologi politik seberani Ultras Livorno, yang mana memiliki ideologi sayap kiri dikarenakan Livorno adalah kota lahirnya Partai Komunis Italia.

Di kota ini pula lahir tokoh komunis terkenal yang bernama Antonio Gramsci, yang juga menjadi Sekretaris Jenderal untuk Partai Komunis Italia. Selain dikenal sebagai tokoh komunis, Gramsci juga dikenal sebagai filsuf dan penggagas beberapa teori tentang pendidikan. FYI, Lazio menjadi musuh utama dalam hal ideologi dengan Livorno. Sebab, ultras Lazio memang dikenal masih banyak yang fasis dan memuja Mussolini.

 Rayo Vallecano

Bagi kalian yang menggemari La Liga, pasti banyak yang mengenal Real Madrid sebagai simbol kemegahan dan kemenangan dari kota Madrid. Barangkali, mungkin di antara kalian ada yang menyukai Real Madrid dengan pesonanya yang sering juara. Apalagi, baru-baru ini Real Madrid menang La Liga setelah sekian tahun ‘hanya’ menang Liga Champions saja.

Selain Real Madrid, ada sebuah klub sepakbola yang juga berasal dari Kota Madrid dan barangkali kalian tidak tahu. Namanya Rayo Vallecano, berasal dari distrik Vallecas, pinggiran kota Madrid. Distrik yang dikenal sebagai pemukiman kelas pekerja di selatan kota Madrid.

Solidaritas yang paling terasa dari klub ini adalah saat ada kasus warga Vallecas yang bernama Carmen Martinez Ayudo (85 tahun) diusir paksa dari rumahnya. Ia terjebak kredit perumahan. Kejadian itu heboh di media. Klub dan suporter Rayo Vallecano bergerak untuk membantu.

Seringkali, suporter klub ini mengobarkan bendera Che Guevara, dan seringkali Mereka tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Madrid. Mereka menyebut diri mereka Vallecanos.

Liverpool

Di daratan Inggris, boleh jadi yang sampai sekarang memang terkenal dengan ideologi kiri dan eksistensinya dikenal sebagai klub sepakbola besar adalah Liverpool. Mulai dari simbol, Liverpool menggunakan warna merah dan berasal dari kota pelabuhan yang penuh buruh dan kelas pekerja. Kurang kiri apa? Selain itu, Kopites juga sering bikin ulah saat menyanyikan lagu kebangsaan Inggris.

Pernah saat tahun lalu, saat pertandingan melawan Manchester City di kompetisi Community Shield antara Liverpool versus Manchester City di Stadion Wembley, London. Saat menyanyikan lagu God Save Queen, mereka malah bersorak-sorak padahal ada Pangeran Inggris William, sang putra mahkota. Selain itu, di Liverpool pula suara Partai Buruh selalu menang.

Ini menunjukkan, bahwa sebagaimana pun sepakbola dibuat peraturan tidak boleh membawa politik ke dalam klub, tetap saja fans atau pendukung selalu membawa ideologi yang tetap akan ada dan hidup. Sebab, itu sudah menjadi identitas dari klub sepakbola itu sendiri. Tanpa identitas, mungkin fans tidak akan pernah sebesar itu. Sebab, klub sepakbola lebih dari sekadar klub yang bermain di lapangan. Tapi untuk sekarang entahlah, sebab kapitalisme dimana-mana sudah ada dan semuanya butuh duit.

Sebab, idealisme kalah dengan uang. Karena idealisme hanya milik orang-orang yang lapar saja, begitu katanya. Tapi selama tim dengan ideologi kiri ini masih ada dan menunjukkan identitas mereka di lapangan, maka kata-kata itu masih jauh dari kenyataan.

BACA JUGA 5 Definisi Komunisme Menurut Orang Antikomunis di Indonesia dan tulisan Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version