3 Keunikan Kota Solo yang Nggak Mungkin Ditiru dan Diterapkan Kota Lain karena Bakal Jadi Aneh dan Ambyar

3 Keunikan Kota Solo yang Nggak Mungkin Ditiru Kota Lain (Unsplash)

3 Keunikan Kota Solo yang Nggak Mungkin Ditiru Kota Lain (Unsplash)

Kota Solo adalah salah satu daerah dengan kekayaan budaya yang amat besar. Hal itu akhirnya menjadi ciri khas atau keunikan tersendiri. Mulai dari bangunan, tata kota, makanan, hingga transportasinya.  

Semua keunikan dan ciri khas ini menjadi pesona tersendiri. Ini yang membuat Kota Solo tidak kalah, bahkan bisa melampaui pesona budaya Jogja. Bahkan, lewat slogan The Spirit of Java, daerah ini ingin menjadi pusat budaya di Pulau Jawa.

Secara sederhana slogan “The Spirit of Java” dapat diartikan sebagai “Jiwanya Jawa”. Hadirnya slogan tersebut karena Kota Solo ingin dikenal sebagai pusat perkembangan budaya jawa. Slogan ini menawarkan keunikan wilayah. Meliputi kekayaan peninggalan warisan budaya, kekhasan karakter masyarakat yang hangat dan ramah, dan kekuatan tradisi perdagangan dan industri yang tangguh.

Segala keunikan itulah yang menjadi daya tarik yang tidak mungkin ada di daerah lain. Oleh sebab itu, jika daerah lain memaksa ingin seperti Kota Solo, jatuhnya malah aneh. Berikut 3 keunikan dalam perspektif saya sendiri.

#1 Keberadaan rel kereta di Jalan Slamet Riyadi

Kamu bisa menemukan salah satu keunikan Kota Solo di Jalan Slamet Riyadi. Kalau beruntung, kamu bisa melihat kereta api tiba-tiba melintas di sebuah rel kereta yang melintang dan membelah jalan besar tersebut. 

Penampakan rel kereta ini memang sangat unik. Ia selalu menjadi pemandangan menarik bagi banyak pendatang atau wisatawan.  

Jalur kereta yang sangat unik ini sudah ada sejak zaman Belanda (1922). Lalu, pada 2009, Pemkot Surakarta melakukan revitalisasi dan peremajaan jalur kereta. Sejak saat itu, jika membahas Kota Solo, wisatawan pasti sangat tertarik melihat kereta api melintas di sini.

Salah satu kereta yang melintas adalah KA Bathara Kresna. Kereta ini berangkat dari Stasiun Purwosari dan berakhir di Stasiun Wonogiri atau sebaliknya. 

Nah, jika ingin merasakan sensasi naik kereta di tengah jalan, kamu bisa membeli tiketnya via aplikasi KAI Access. Kamu juga bisa membeli tiket secara langsung di Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Kota (Sangkrah), Stasiun Sukoharjo, Stasiun Pasar Nguter, dan Stasiun Wonogiri. Tiketnya cuma Rp4 ribu saja.

Nah, sekarang coba bayangkan kalau ada daerah meniru keunikan jalur kereta di Kota Solo ini. Misalnya Jogja atau Jakarta. Sudah sangat kacet, pasti bakal tambah runyam ketika ada kereta api melintas di jalan raya.

Baca halaman selanjutnya: Solo itu khas dan tidak mungkin ditiru daerah lain.

#2 Laweyan yang bisa bikin bingung

Kota Solo memiliki sebuah daerah yang jalan dan gang di sana semua mirip. Bagi yang kali pertama berkunjung, pasti sulit membedakan dan bisa tersesat. Nama daerah tersebut adalah Laweyan. 

Laweyan sendiri adalah sebuah kecamatan yang terletak di sebelah barat Kota Solo. Kecamatan ini juga terkenal sebagai kampung batik

Nah, salah satu titik yang paling membuat pusing pengunjung anyaran adalah jalanan ke arah Masjid Keraton. Ketika melintas di sini, seakan-akan semuanya sama. Bahkan Google Maps bisa nggak berguna. Ada jalan 1 arah, yang membingungkan pengendara yang baru melintas di sini. 

Satu-satunya yang bisa kamu andalkan di sini adalah bertanya ke orang lokal. Tenang, orang Kota Solo terkenal akan keramahannya. Mereka pasti dengan senang hati memberi tahu arah, sekaligus tips supaya bisa “selamat” menembus Laweyan. 

# Selat Solo yang menjadi ikon Kota Solo

Sekarang kita bergeser ke kuliner di mana Kota Solo punya keunikan bernama selat. Selat Solo sendiri adalah kreasi kuliner salad, modifikasi dari makanan Eropa. Begitu masuk ke Solo, para juru masak memodifikasi rasanya supaya sesuai dengan lidah para raja-raja Kasunanan Solo. 

Misalnya, kecap manis menggantikan kecap inggris dan mayones. Alhasil, tercipta sebuah saus khas berwarna cokelat. Nama “selat” sendiri berasal dari Bahasa Belanda slachtje, yang artinya ‘salad’.

Selain kecap, para juru masak mengganti daging setengah matang dengan daging sapi cincang matang. Juru masak lantas menambahkan sosis, tepung roti, dan telur. Mereka membentuk campuran ini seperti lontong, membungkusnya dengan daun pisang, dan kemudian mengukusnya sampai matang.

Setelah dingin, juru masak mengirisnya dengan ukuran tebal, lalu digoreng dengan sedikit margarin. Juru masak kala itu menyajikan selat dengan sayuran rebus seperti wortel, buncis, tomat, dan daun selada, serta kentang goreng untuk memberi rasa kenyang. Maka jadilah, keunikan Kota Solo.

Nah, itulah dia 3 keunikan Kota Solo. Menurut saya, daerah lain akan sulit untuk mencontek keunikan tersebut. Jika memaksa meniru, setidaknya, tidak akan mendapatkan “rasa yang otentik”.

Penulis: Sholy Khoirudi Zuhri

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 4 Hal yang Hanya Bisa Anda Dapatkan di Kota Solo

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version