3 Kesalahan yang Saya Lakukan Saat Belajar Masak, Jangan Ditiru!

3 Kesalahan yang Saya Lakukan Saat Belajar Masak, Jangan Ditiru! Terminal Mojok

Kemampuan mengolah bahan mentah menjadi makanan siap santap merupakan life skill yang, bagi saya, cukup penting dimiliki oleh tiap individu. Walaupun hari ini sudah banyak warung, pedagang makanan, hingga aplikasi online yang cukup diklik lalu makanan datang sendiri (bayar dulu ya tentunya), kemampuan masak yang baik masih dianggap sebuah nilai plus. Terlebih sekarang sedang beken acara kompetisi memasak di televisi, jadilah khalayak umum semakin menganggap keren proses masak-memasak beserta pelakunya dan ingin ikut belajar masak.

Pada tulisan kali ini, saya tidak akan membahas lebih jauh tentang penting atau tidaknya seseorang bisa masak. Apalagi sampai memperdebatkan apakah satu gender tertentu harus bisa masak. Tulisan ini saya dedikasikan untuk siapa saja yang ingin mengenal lebih jauh dunia perdapuran, dengan menceritakan beberapa masalah yang saya hadapi saat awal belajar masak. Harapan saya, kesalahan serupa tidak terjadi di dapur orang yang sudah membaca tulisan ini.

#1 Bagian luar makanan sudah gosong, tapi bagian dalam masih mentah

Kejadian bermula saat saya mencoba menggoreng ikan. Padahal untuk menggoreng bahan makanan yang sederhana seperti telur saya masih asal saja lantaran belum bisa memperkirakan tingkat kematangannya. Akhirnya, ikan yang saya goreng hitam di bagian kulitnya, tetapi ketika dimakan bagian dagingnya masih belum matang. Di sini kesalahan saya adalah tidak mengetahui pengaturan besar api kompor.

Saat menggoreng bahan-bahan protein seperti ayam dan ikan dari kondisi mentah, sebaiknya jangan menggunakan api besar. Nanti kebakaran alias gosong luarnya, tapi mentah dalamnya. Hal ini juga berlaku saat memasak bahan-bahan tebal lainnya seperti telur dadar yang lapisannya tebal. Meskipun dari luar sudah terlihat matang kecokelatan bahkan gosong, belum tentu bagian dalamnya juga demikian. Maka untuk meratakan kematangannya, pasang api sedang atau kecil, serta jangan lupa bolak-balik beberapa kali agar bagian dalamnya matang sempurna. Tak perlu terburu-buru ingin cepat selesai menggoreng dengan membesarkan api, nanti malah tidak matang, Hyung.

#2 Memasak sayuran dalam jangka waktu yang sama

Awal-awal belajar masak, saya kira setiap bahan makanan punya waktu masak yang sama. Saya kemudian diberi wejangan oleh bapak dan ibu saya kalau merebus sayur, jangan langsung dimasukkan semua secara bersamaan. Urutkan sayur dari yang paling keras dan butuh waktu lama untuk lunak, misalnya wortel, kentang, terong, dan labu siam. Sayuran tersebut harus dicemplungkan pertama kali. Sementara jenis sayur yang berupa daun-daunan hijau cenderung lebih cepat matang, bahkan jika terlalu lama warna hijaunya akan menjadi layu atau teksturnya lembek. Perhatikan pula sayuran yang justru lebih nikmat saat masih terasa krenyesnya seperti kangkung dan buncis. Tekstur yang diharapkan akan menjadi acuan kita untuk menentukan lama waktu memasak sayuran.

Studi kasus yang sederhana bisa kita lihat dari resep sup ayam. Bahan-bahan yang kita gunakan untuk memasak sup ayam adalah potongan ayam, kentang, wortel, dan kubis (kol). Dalam kasus ini, yang harus direbus paling lama adalah potongan ayam agar kaldunya keluar dan memberi cita rasa kuah sup. Urutan selanjutnya adalah wortel dan kentang yang membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa empuk. Setelah itu, kubis bisa dimasukkan paling akhir saat wortel dan kentang sudah cukup lunak.

#3 Tidak memperhatikan standar keselamatan

Siapa yang paling takut kalau harus goreng ikan karena minyaknya meledak-ledak? Sudah gitu, kadang wajannya lengket dan ikan jadi hancur saat dibalik. Ngeselin, ya? Tapi, yang lebih parah adalah kalau sampai kita terluka di dapur. Hal paling sering terjadi ya itu tadi, kecipratan minyak panas. Kena tangan saja perihnya bukan main, apalagi jika sampai merambah bagian wajah dan mata, tentu sangat berbahaya.

Masalah ini bisa diminimalisir dengan memakai atribut perlindungan yang memadai seperti pakaian berlengan dan kacamata. Untuk zaman sekarang, mungkin akan lebih aman lagi jika pakai face shield. Sebenarnya yang paling aman adalah menggunakan helm, tapi nanti malah disorakin, “Ada Power Rangers pink di dapur kitaaa!” sambil ditertawai orang serumah. Kan sebal juga, ya~ Hindari pakaian tanpa lengan yang akan menambah risiko tangan atas hingga pundak terciprat minyak panas.

Kalau tadi perlindungan untuk diri sendiri, ada juga tips agar makanan tidak meledak-ledak layaknya emosi saat digoreng, yaitu usahakan alat masak dan bahan makanan tidak mengandung air. Untuk alat masak, pastikan sudah kering sebelum digunakan. Sementara bahannya bisa disiasati dengan memanfaatkan tepung. Bebas sih tepung apa saja, biasanya cukup tepung terigu yang harganya paling murah dibanding jenis tepung lainnya. Caranya bisa dengan melumuri bahan dengan tepung, atau cukup menaburkan tepung secukupnya pada minyak yang telah dipanaskan sebelum memasukkan bahan. Metode ini dapat mengurangi risiko ledakan minyak dan memberikan efek krispi pada makanan yang digoreng, aw~

Demikian beberapa kesalahan yang saya lakukan saat belajar masak dan menyebabkan kendala ketika awal menginjak dunia perdapuran. Semoga dapat menjadi memoar agar tak terulang kembali di lain hari. Ingat selalu bahwa semua orang pernah salah, tetapi tidak semua orang belajar dari kesalahannya.

BACA JUGA Rekomendasi Akun Belajar Masak Otodidak yang Beneran Anti Gagal-gagal Club.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version