Kebakaran karena korsleting bisa terjadi kapan saja. Waspadalah!
Sabtu, 24 Maret 2012, sekira pukul 15.30 WIB. Saya akan selalu mengingat tanggal ini dalam memori jangka panjang. Hari di mana rumah saya—lebih tepatnya rumah orang tua saya—habis dilahap api dan menyisakan lantai satu yang gelap gulita tanpa penerangan, penuh dengan abu, dan puing bangunan dari lantai dua yang berjatuhan. Sabtu yang harusnya menjadi akhir pekan yang menyenangkan mendadak berubah menjadi Sabtu kelabu.
Menurut para saksi dan tetangga, kejadiannya berlangsung cukup singkat dan sangat cepat. Maklum, kala itu tidak ada siapa pun di rumah. Kami sedang pergi ke rumah saudara.
Sebelum kejadian pilu tersebut terjadi, pukul 13.00 WIB, saya dan Bapak sempat nge-jam iseng-iseng sebelum pergi. Sampai akhirnya, pukul 14.30 WIB mati listrik dan pada waktu yang bersamaan, kami juga harus bergegas pergi. Kami langsung berangkat, dan sialnya lupa mencabut beberapa colokan listrik yang masih terhubung dengan gitar listrik, sound, dan keyboard.
Sekira pukul 15.30 WIB, kebakaran tak bisa dihindari. Api merambat cukup cepat. Kedatangan pemadam kebakaran tersendat karena macetnya jalanan di akhir pekan. Beberapa tetangga dengan cepat menghubungi Bapak via pesan singkat dan telepon. Meski para tetangga sudah membantu sekuat tenaga dan semaksimal yang mereka bisa, pada akhirnya rumah kami tetap habis dilahap api, hangus terbakar.
Fondasi rumah kadung menjadi arang. Bapak dan Ibu terlihat sangat terpukul. Menahan tangis. Sedangkan saya hanya bisa menatap rumah, seisi kamar, studio, dan beberapa pakaian yang sudah hangus terbakar. Rasanya kosong dan hampa.
Setelah dilakukan penelusuran oleh pihak berwenang, akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa kebakaran terjadi karena arus pendek atau korsleting. Besar kemungkinan karena beban listrik yang cukup tinggi dan tidak stabil, imbas dari peralatan musik yang tidak dimatikan atau kabel tidak dicabut saat mati listrik.
Belajar dari pengalaman tersebut, ada beberapa hal yang kemudian menjadi insight agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Barangkali juga bisa dipertimbangkan oleh kalian agar dapat mencegah kebakaran karena korsleting.
#1 Sebelum meninggalkan rumah, pastikan tidak ada peralatan elektronik yang masih terpasang
Kesalahan terbesar Bapak dan saya sebelum kebakaran terjadi adalah meninggalkan rumah dengan colokan listrik yang masih dibiarkan tersambung. Apalagi beberapa di antaranya punya beban listrik yang cukup tinggi. Ditambah pada waktu bersamaan, listrik sedang mati. Sehingga saat listrik kembali menyala, beban listrik berat dan tidak stabil. Hal tersebut yang menjadi penyebab utama rumah saya kebakaran.
Sampai dengan saat ini, saya selalu berusaha agar hal ini tidak terulang kembali. Sebelum bepergian, saya selalu mencabut kabel/colokan beberapa peralatan elektronik untuk meminimalisir kemalangan serupa terjadi untuk kali kedua.
#2 Ketika mati listrik dan ada barang elektronik yang masih terpasang, baiknya cabut terlebih dahulu sampai listrik menyala
Saat penelusuran dilakukan, petugas pemadam kebakaran sempat memberi pesan bahwa saat mati listrik, beberapa peralatan elektronik yang punya beban listrik (watt) cukup tinggi ada baiknya dicabut terlebih dahulu sampai listrik menyala. Tujuannya untuk bisa mengantisipasi agar korsleting tidak terjadi dan tidak ada efek kejut pada aliran listrik. Pesan tersebut masih saya ingat dan aplikasikan hingga sekarang saat mati listrik.
Tidak disebutkan secara spesifik apa saja barang elektronik yang dimaksud. Intinya, apa pun yang dialiri listrik, saat mati listrik ada baiknya dicabut terlebih dahulu. Kemudian kita bisa memasangnya kembali saat listrik kembali menyala. Apalagi jika kita sedang berada di rumah dan sangat memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
#3 Jaga hubungan baik dengan para tetangga
Melalui video yang direkam oleh salah satu tetangga, saya melihat bagaimana para tetangga dari berbagai kalangan bahu-membahu berusaha sekeras mungkin untuk memadamkan kobaran api sambil menunggu petugas pemadam kebakaran datang, meski hasil akhirnya nihil.
Saya sangat terharu dengan aksi heroik yang terekam dalam video tersebut. Sejak saat itu saya tersadar, menjaga hubungan baik dengan para tetangga sangatlah penting. Sebab, kita tidak pernah tahu kapan kemalangan, kesulitan, dan musibah akan terjadi. Itulah kenapa rasanya nggak berlebihan jika tetangga adalah sebenar-benarnya saudara terdekat.
Sumber Gambar: Unsplash