Awal tahun 2019, saya beralih dari Windows 8 dari Linux. Sebabnya, RAM laptop saya saat itu hanya 2 GB. Nah, RAM 2 GB itu adalah syarat minimal sistem operasi tersebut. Jadi, kalo mau Windows berjalan lebih kencang, tentunya harus menggunakan RAM yang lebih besar dari 2 GB. Mau nggak mau, saya pindah OS aja. Daripada empet-empetan liat laptop nggak kuat gerak.
OS yang saya gunakan yaitu Point Linux. Point Linux merupakan Linux yang berbasis Linux Debian ditambah dengan beberapa program esensial tambahan seperti Libreoffice.
Sebagai pengguna baru, saya sejujurnya bingung bagaimana menggunakan sistem operasi yang punya logo penguin ini. Namun, setelah saya mempelajarinya selama beberapa minggu, akhirnya saya bisa menggunakannya. Nah, berdasarkan pengalaman saya, ada tiga hal yang harus kuasai kalo kamu ingin menggunakan sistem operasi ini.
#1 Cara instalasi
Kalo kita ingin install Windows, kita tinggal memasukkan DVD atau USB. Sebelumnya, BIOS kita boot dulu agar membaca DVD atau USB terlebih dahulu. Lalu, mengikuti langkah yang muncul pada wizard. Nah, Linux sama kayak gitu.
Tapi, wizard pada instalasi Linux itu sangat membingungkan. Langkah instalasinya pun terkadang bisa buat dahi mengerut. Apalagi bagi yang pertama kali meng-installnya. pemula. Muncul istilah-istilah yang nggak familiar bahkan belum pernah didengar. Misalnya, istilah RAID. Bagi pemula, pastinya akan berpikir apa sih RAID itu? Makanya, supaya nggak bingung, cari tutorialnya sebelum meng-installnya. Pahami dengan baik setiap istilah-istilah yang muncul.
Harus diketahui juga. setiap versi itu berbeda-beda proses instalasinya. Dari beberapa sumber, Ubuntu adalah Linux yang proses instalasinya lumayan ribet dibandingkan versi lainnya.
#2 Mengunduh dan install software
Kalo kita menggunakan Windows dan mencari software untuk diunduh, kita tinggal mengunduh file instalasinya. Biasanya, file ini berekstensi “msi” atau ”exe.” Atau ada juga yang berekstensi rar. File berekstensi .rar adalah gabungan beberapa file yang dipadatkan menjadi satu file.
Kalo kita mau meng-install software, kita tinggal mencari file setup atau install. Lalu, kita double click file tersebut. Kita tinggal mengikuti langkah yang muncul pada wizard lalu menunggu proses instalasi selesai. Setelahnya, kita dapat menjalankannya.
Sedangkan di Linux, mengunduh software dan meng-installnya nggak seperti itu. Untuk mengunduh software, kita download file package. Untuk meng-install software, ada dua cara. Yaitu, dengan memasukkan perintah-perintah di layar DOS prompt. Atau, menggunakan software semacam auto-installer. Untung saja, pada OS yang saya gunakan, auto-installer ini sudah termasuk.
Nah, lebih lanjutnya mengenai bagaimana mengunduh dan meng-install software, tutorialnnya tersebar luas di internet kok. Sebagai pengguna Linux, jangan sampai kita malah nggak tahu bagaimana mengunduh dan meng-install aplikasi.
#3 Setting
Awalnya, saya benar-benar bingung bagaimana mengganti ukuran font. Soalnya, ukuran font terlalu besar. Lalu, saya mencari tahu dengan membaca tutorialnya. Tutorialnya tersebar luas di internet. Saya pun pernah bingung juga bagaimana mengganti gambar wallpaper yang tampak pada background Linux.
Dari titik ini, saya menyimpulkan kalo sebagai pengguna pemula, kita harus banyak-banyak membaca dan memahami pengaturan di Linux. Jangan sampai kita sebagai pengguna, malah nggak tahu bagaimana pengaturan di sistem operasi ini.
Itulah tiga hal yang harus kita perhatikan sebelum beralih ke OS ini. Tenang saja, seiring waktu, pasti lancar menggunakan OS ini. Lagian, worth juga kok untuk dipakai!
Sumber Gambar: Pixabay
Editor: Rizky Prasetya