Bahasa sehari-hari penduduk asli kota Depok adalah bahasa Betawi, lebih tepatnya Betawi Ora. Betawi Ora termasuk bahasa Betawi pinggiran yang agak berbeda dari bahasa Betawi tengahan, terutama dalam hal kosakatanya. Hal ini dikarenakan bahasa Betawi Ora banyak menyerap bahasa daerah lain, seperti bahasa Jawa dan Sunda. Disebut bahasa Betawi Ora karena orang Depok sering menggunakan kata “ora” dalam percakapan sehari-hari. Ora merupakan kata serapan dari bahasa Jawa.
Nah, berikut adalah beberapa kosakata yang Depok banget. Pasalnya, penduduk asli Depok sering kali menggunakannya dalam percakapan sehari-hari mereka.
#1 Ora
Penduduk asli Depok lebih sering menggunakan kata “ora” daripada kata “tidak”. Dari seringnya penggunaan kata “ora” inilah, bahasa yang digunakan masyarakat Depok, terutama penduduk asli disebut Betawi Ora.
Kata “ora” merupakan kata serapan dari bahasa Jawa yang memiliki arti “tidak”. Contoh penggunaan dalam kalimatnya adalah, “Ora punya duit.” Artinya adalah tidak punya uang.
#2 Ilok atau Ilokan
Kata ilokan mempunyai arti “masa” atau “masa iya”. Contoh penggunaan dalam kalimat adalah seperti ini, “Ilokan anak wadon pulang malem.” Artinya, “Masa anak perempuan pulang malam”. Atau contoh lainnya, “Ilokan beli minyak ge antre.” Artinya, “Masa iya beli minyak aja antre.”
#3 Ge atau Go
Orang Depok sering kali menggunakan kata “ge” atau “go” dalam percakapan sehari-hari yang bisa diartikan “saja”. Misalnya, “Saya ge belom madang dari pagi.” Artinya, “Saya aja belum makan dari pagi”. Contoh yang lain, “Beras sekilo ge udah mahal pisan.” Artinya, “Beras sekilo saja mahal sekali.”
#4 Bae
Kata “bae” biasanya digunakan di akhir kalimat. Terjemahan bebasnya bisa diartikan “saja”. Contoh dalam kalimatnya adalah seperti ini, “Ke mana bae?” (ke mana saja?) atau “Bangun dah, molor bae!”(Bangun, deh, tidur aja!)
#5 Anoan
Kita sering kali menyebut sesuatu dengan kata “anu”. Anu kalau dalam percakapan masyarakat Depok, terutama penduduk asli adalah “anoan”. Misalnya, dua orang bercakap tentang rumah yang bocor. Salah satu dari dua orang tersebut berkata, “Anoannya lu benerin bae.” Ia berkata seperti itu sambil menunjuk genteng. Jadi, anoan yang dimaksud orang tersebut adalah genteng.
#6 Menan atau bodo nanan
Menan bisa diartikan bodo amat. Misalnya, seseorang sedang berbicara mengenai kehebatan politikus kebanggaannya kepada seseorang. Namun, lawan bicaranya tersebut cenderung tidak peduli atau bahkan apatis. Lantas, ia mengucapkan “menan”.
Kata ini bisa juga untuk menunjukkan ketidakpedulian seseorang terhadap sesuatu. Misalnya, seorang ibu yang mendengar anaknya mengadu karena dipukul temannya bilang, “Menah ah, pan udah dibilangin jangan maen ama dia, kena gaplok, kan lu.” Artinya, “Bodo amat ah, kan sudah dibilangin jangan main sama dia, dipukul, kan kamu.”
#7 Bagen
Bagen memiliki arti “biar” atau “biarkan”. Contoh dalam kalimatnya adalah seperti ini, “Bagenin bae!”(Biarin aja!) atau, “Bagen, ah sudah dikasih tau kagak ngarti pisan.” (Biar, ah sudah dikasih tahu tapi nggak ngerti banget.)
#8 Hetdah atau Etdah
Orang Depok sering kali mengucapkan “hetdah” untuk menunjukkan kekesalan atau keheranan akan sesuatu. Misalnya, “Hetdah, ini bocah dibilangin susah bener yak!” atau, “Hetdah, harga minyak naik lagi?!”
#9 Ngapah
“Ngapa” memiliki arti “kenapa”. Jadi, kosakata ini merupakan kata tanya. Contoh kalimat yang menggunakan kata “ngapah” dalam percakapan sehari-hari orang Depok adalah seperti ini, “Emang ngapah?” (Memang kenapa?)
#10 Taek atau Taik
Ini bukan sejenis kata pisuhan dengan menggunakan nama kotoran, ya. Kata ini sukses membuat saya tertawa ngakak ketika awal-awal menjadi warga Depok. Kata “taek” dalam percakapan sehari-hari orang Depok mempunyai arti “naik”. Berikut adalah contoh penggunaan dalam kalimat, “Bantu baba lu taekin genteng, gih!” (Bantu ayahmu naikin genteng). Atau contoh lainnya, “Libur taek-taekan piknik ke mana, Mpok?” (Libur kenaikan kelas piknik ke mana, Mbak?)
#11 Pisan
Masyarakat Depok juga sering menambahkan kata “pisan” dalam beberapa percakapan. Kata yang merupakan serapakan dari bahasa Sunda dan Jawa ini bisa diartikan “banget”. Contoh kalimatnya seperti ini, “Kagak ngarti pisan bocah dibilangin!” (Nggak ngerti banget si anak dibilangin.)
#12 Kagak danta
“Kagak danta” mempunyai arti “tidak jelas”. Contoh penggunaan dalam kalimatnya seperti ini, “Apaan, sih, Lu? Kagak danta pisan!” (Apaan, sih kamu, nggak jelas banget.)
Setelah kamu mengetahui beberapa kata dasar di atas, kalau ngobrol sama orang Depok nggak perlu bingung-bingung amat lagi, lah, ya.
Penulis: Sri Hastutiningsih
Editor: Audian Laili