Hari ini Kabupaten Sleman sedang senyum-senyum. Pasti semalam ia tidak tidur, deg-degan menanti pukul 00.00. Menanti siapa yang akan mengucapkan selamat ulang tahun yang pertama. Sembari kontemplasi menyelisik 109 tahun perjalanan hidupnya.
Bolehlah Sleman sedikit kemayu. Toh 15 Mei adalah harinya. Biarlah kabupaten yang jadi tulang punggung Jogja (baca: Daerah Istimewa Yogyakarta) ini menari kegirangan. Dengan puluhan acara dan ingar bingar kawula di dalamnya.
Perkara tulang punggung tadi, saya tidak sedang memuji. Kabupaten Sleman memang jadi penopang provinsi yang (katanya) istimewa ini. Sleman menyimpan begitu banyak potensi. Sudah pasti membuat daerah sekitarnya, termasuk Kota Jogja, iri.
Tapi apakah potensi ini akan jadi emas? Atau dibiarkan sebagai penghias daerah semata? 109 tahun adalah waktu panjang untuk belajar. Kini Sleman dihadapkan pada tantangan: bisakah “Sembada” pada potensi melimpah ruah ini?
Sleman bukan hanya agribisnis dan pariwisata
Kadang orang lupa kalau Sleman terus berkembang. Mereka masih terjebak dengan Sleman sebelum tahun 2000. Dianggap hanya hidup dari sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Paling banter dianggap hidup dari pariwisata semata. Yah, kebanyakan orang melihat seluruh Jogja masih sesederhana itu.
Sektor agribisnis dan pariwisata adalah potensi dasar dari Sleman. Tapi Sleman tidak jalan di tempat. Diam-diam kabupaten ini membangun kekuatan baru di sektor lain. Tentu yang jadi motornya adalah sektor pendidikan. Wajar, perguruan tinggi di Sleman sama menjamurnya seperti coffeeshop.
Maka ini saatnya kita melihat Sleman dengan kacamata baru. Ia bukan kota metropolitan, tapi suburban yang serba ada. Potensi yang dimiliki kini makin meluas. Dari SDM sampai properti jadi darah baru yang menggerakkan kabupaten di sisi utara Jogja.
Potensi SDM terbaik di Indonesia
Tahun 2023 menjadi momen Sleman menjadi sorotan nasional. Menurut BPS, Kabupaten Sleman menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang sangat tinggi secara konsisten. Bahkan tertinggi di Indonesia untuk kategori kabupaten. Selain didukung angka harapan hidup dan kesehatan, pendidikan jadi faktor yang membuat angka IPM Sleman meroket.
Wajar saja, toh Sleman memang gudangnya perguruan tinggi. Meskipun didorong oleh banyaknya mahasiswa perantau, warga lokal juga ikut merasakan dampaknya. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Sleman pada 2024 saja mencapai 16,79 tahun. Angka HLS ini menunjukkan mayoritas angkatan muda Sleman diprediksi mengenyam pendidikan tinggi.
Jelas, angka IPM ini patut dirayakan. Tapi jangan sampai berhenti di angka semata. Potensi SDM yang tinggi bisa jadi bumerang bagi Sleman. Dari potensi kesenjangan sosial sampai naiknya pengangguran lulusan S1.
Penting bagi Sleman untuk memaksimalkan potensi besar ini. Baik dari sisi produktivitas masyarakat sampai pengembangan daerah. Satu yang pasti: SDM-nya sudah ada. Tinggal dikelola atau dibanggakan semata?
Properti, “Tambang Emas” Sleman
Sektor properti jelas ikut naik seiring angka IPM. Dinamika sektor ini di Sleman menunjukkan perkembangan positif yang signifikan. Rata-rata harga tanah di Sleman hari sudah menyentuh 3,9 juta per meter persegi. Tapi rentangnya jauh! Harga termurah sekitar 140 ribu/m, tapi harga termahal bisa sampai 48 juta/m!
Ini selaras dengan rerata nilai transaksi rumah di Sleman yang mencapai 510 juta. Setara dengan harga properti di kota-kota besar. Kabupaten ini bersaing dengan Kota Jogja, dan meninggalkan kabupaten lain jauh di puncak. Belum lagi perkara properti investasi seperti hotel dan kos-kosan.
Perputaran uang di lini properti jelas menjadi tenaga besar bagi Sleman. Belum ada potensi penurunan dan kejenuhan untuk beberapa tahun ke depan. Namun seperti potensi di bidang SDM, potensi di lini properti juga menyimpan ancaman.
Gentrifikasi jelas jadi ancaman. Bahkan sudah terjadi di wilayah Sleman pinggiran. Potensi kesenjangan akibat investasi properti bisa mengancam warga Sleman. Belum lagi perkara sengketa dan penyerobotan lahan. Bahkan sektor agribisnis yang dulu jadi motor ekonomi Sleman ikut terancam. Area hijau di Sleman terancam pengalihan fungsi, baik legal maupun ilegal.
Sekali lagi, potensi bisa jadi ancaman. Bahkan ancaman dari lini properti sudah terasa dalam satu dekade terakhir. Sedikit telat, tapi masih bisa diselamatkan. Pemkab Sleman perlu proaktif dalam perkara agraria. Dari mencegah beralihnya area hijau, sampai mengontrol investasi di bidang properti. Apa artinya potensi ketika rakyat Sleman harus tersingkir?
Menuju pusat startup Indonesia
Satu lagi potensi Sleman yang mungkin masih baru adalah startup. Jogja menduduki peringkat 5 sebagai daerah dengan ekosistem startup terbaik di Indonesia. Bahkan peringkat ke-19 di Asia Tenggara. Dan kabupaten yang jadi habitat startup utama adalah Sleman. Sebuah pencapaian besar bagi daerah yang “dimarginalkan” oleh stigma suburban.
Bisnis startup di Sleman begitu beragam. Dari yang bergerak di digitalisasi agribisnis sampai AI. IPM yang tinggi tentunya jadi alasan pertumbuhan startup di Sleman. Selain didukung dengan infrastruktur yang memadai, biaya operasional yang murah juga jadi kofaktor.
Apakah potensi ini bebas dari tantangan? Tentu saja tidak. Sleman kini perlu bersiap menghadapi tantangan transformasi besar. Dari daerah yang kental dengan kultur lokal dan agribisnis menjadi pusat bisnis digital. Infrastruktur yang ada sudah baik, tapi tidak cukup. Tanpa keseriusan, fenomena pertumbuhan startup akan jadi gelembung pecah.
Tantangan dari ketenagakerjaan juga ikut mengancam. Pertama adalah kesenjangan. Angkatan kerja Sleman harus siap bersaing di sektor bisnis yang lebih terbuka. Tidak ada privilege kedaerahan. Hanya kemampuan yang bisa bertahan di kultur startup.
Kedua adalah potensi perusahaan nakal. Sudah pasti biaya operasional murah tidak cukup bagi bos startup penindas. Potensi kecurangan bahkan hadirnya bisnis ilegal mengancam Sleman. Disnaker Sleman harus siap kerja lebih keras.
Sleman akan melenting, atau jalan di tempat?
Tiga potensi di atas sebenarnya hanya secuil digdayanya Sleman. Tapi jangan senang dulu, karena Sleman juga menyimpan banyak masalah dan tantangan. Dari masalah miras dan klitih, sampai pencemaran dan jalan rusak. Banyak masalah yang harus diselesaikan sebelum tiga potensi tadi menjadi maksimal.
Sleman bisa memilih: melenting atau jalan di tempat. Apakah Sleman akan jadi kabupaten utopia tempat manusia hidup bahagia? Atau jadi suburban distopia tempat kesenjangan dan kemiskinan ekstrem bersarang?
Tapi hari ini Sleman harus dirayakan! Biarlah kabupaten yang mulai tua ini menari bahagia. Dengan segala pencapaian dan manusia yang penuh daya semangat. Esok hari ia akan kembali bekerja. Semoga di ulang tahun ke-109, Sleman bisa Sembada pada potensi yang luar biasa.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sleman Jadi Kabupaten dengan Sumbangan Ekonomi Terbesar bagi DIY
