Menjadi tua adalah kepastian. Dengan catatan, memang masih punya umur sampai tua. Namun, menjadi tua dan nggak nyebelin itu sebuah proses panjang. Saya juga pengin suatu saat bisa jadi bapak-bapak yang sehat dan nggak nyebelin. Apalagi, jadi bapak-bapak yang gaya fotonya lagi angkat jempol: nggak banget. Pasalnya, mau tua atau muda, orang nyebelin tetap nggak akan disukai. Khususnya bapak-bapak versi negara plus enam dua ini yang terkadang kalau bikin dad jokes suka ngadi-ngadi.
Kita bisa jadi sebel sama bapak-bapak, padahal niatnya hanya mau menghibur dan nimbrung. Melontarkan jokes atau guyonan, kadang ngasih tebakan, dan berakhir dengan bunyi jangkrik yang garing dan nyaring. Terpaksa tawa dikeluarkan dengan berat hati. Kadang ada yang memang niatnya bercanda, tapi ada juga yang memang niat bikin sebel saja. Jadi, marilah saya tunjukkan beberapa jenis jokes bapak-bapak Indonesia, yang rupanya ampuh bikin sebel insan bumi seperti saya.
#1 Jokes singkatan jadul
Biasanya merupakan mainan masa muda dulu saat di tongkrongan. Contohnya SMP, yang menurut bapak saya sendiri adalah “Sudah Makan Pulang”. Atau PMP alias Pren Makan Pren. Atau Disko, alias Pedis Mengko (menceritakan prosesi disabet rotan oleh guru). Biasanya saya dapat saat kerja bakti, dan si om-om sedang ngasih tebakan ke anak-anak. Hadeh, banget.
#2 Jokes kodian Fanta
Jokes yang sangat umum dan basi karena saking seringnya digunakan. Tebak-tebakannya bisa ditemukan di belakang tutup botol Fanta. Jokes yang kadang hanya terdiri dari plesetan ringan nan jenaka. Contohnya:
Telur apa yang sangar?
Jawab : Telor asin, soalnya ada tatonya.
Dan ada lanjutannya di tutup botol lain, double punchline!
Telur asin takut sama siapa?
Jawab : Sama telor puyuh, sebab seragamnya loreng
Tebak-tebakan macam begini yang dahulu menjadi andalan orang-orang, jauh sebelum era medsos, dan masih mudah ditemui Fanta versi botol kaca. Dulu sih lucu, sekarang rasanya ewww banget, Om.
#3 Jokes dalam semesta Teuku Wisnu
Yap, Teuku Wisnu adalah contoh nyata dari dad jokes itu sendiri. Kalau mau belajar jokes bapak-bapak yang baik dan benar, silakan lihat saja medsosnya Om Wisnu: dijamin bikin geregetan. Namun, ini masih tetap lumayan menghibur, apalagi sambil melihat foto-fotonya yang terkadang menguatkan sisi komedi dan tragisnya jokes itu sendiri. Jokes milik Pak Wisnu ini, memang punya semesta dan kelasnya tersendiri. Pasalnya, kalau bapak-bapak biasa yang bawain materi ini, nggak akan seberhasil suami Mbak Fitri.
#4 Jokes jayus berformat meme
Tinggal nyomot dari medsos dan biasanya gambarnya sudah pecah, langsung dijadikan status WA atau FB. Resolusinya buluk banget. Mungkin karena azab saking seringnya digunakan untuk menyiksa dan menzalimi kami. Jokesnya berformat meme jadul dan jayus, bahkan sudah berumur lebih dari sepuluh tahun lalu, sejak era BB. Benar-benar mengganggu.
#5 Jokes internal
Nah, ini nyebelin. Saat nongkrong sama bapak-bapak atau satu grup WhatsApp, pasti mereka selalu melempar jokes bapak-bapak yang recehnya bikin nggak kuat. Sayang, sering kali mereka ngasih jokes yang hanya bisa dipahami oleh sirkel mereka. Mereka pada ketawa, saya cuma bengong. Apa cuma gue doang yang begini?
#6 Korupsi? Katakan tidak!
Pernah berjaya dan viral beberapa tahun lalu. Ada di TV, baliho, bahkan diucapkan bersama-sama dalam sebuah video. Hal yang bikin sebel bukan saat mereka melontarkan guyonan itu. Justru setelah waktu menunjukkan kenyataan yang sesungguhnya. Bahwa yang dikatakan rupanya berkebalikan dengan sikap mereka. Nah, letak punchline-nya rupanya di situ. Punchline yang bikin sebel dan jengkel orang yang dengar.
#7 Boleh kritik, tapi yang sopan!
Serba salah sebenarnya mendengar guyonan satu ini. Dad jokes yang sudah ada sejak orde lalu, pun masih saja lestari. Apa harus pakai “dear” dulu di awal kritikan, baru jadi sopan? Yah, pertama kali dengar jokes ini, saya langsung mengerinyitkan dahi dan panas dingin. Meski begitu, bapak-bapak yang hobi pakai jokes ini, melontarkan jokesnya sambil ketawa dan tersenyum penuh arti. Padahal krik-krik banget.
#8 Kalau kritik harus kasih solusi!
Guyon banget, meski sudah amat sangat jadul. Inti dari jokes ini adalah teori permainan memutar logika, atau membelokkan logika pendengar. Sering digunakan oleh beberapa stand up komedian bergaya absurd, macam Heri Hore atau Uus.
Ia menggunakan premis, siapa yang harus kerja buat bikin solusi, siapa yang harus kritik. Lalu logikanya dibalik. Sudah kritik terhalang macam-macam tameng, masih juga disuruh bikin solusi. Garing banget, lah, jokes beginian. Bikin males!
#9 Kasihan, dia menderita!
Ini sih, memang guyon banget. Terutama di bagian diskon dan pemotongan masa tahanan. Terasa ada vibes boomer yang sok ngelawak, tapi garing. Meski lawak dan mampu menunjukkan komedi bertema hukum dengan baik, saya tetap nggak bisa menikmatinya. Yang ada justru rasa mangkel sepanjang hari.
#10 Semua masih terkendali
Nah, ini yang paling puncak. Guyonan ini sering bikin sebel sekaligus bikin mules. Bahkan sampai saya guling-guling dan terpingkal-pingkal saking sebelnya. Ini adalah salah satu guyonan yang dilontarkan bapak-bapak yang hobi menutup-nutupi keadaan. Kalau hanya dilontarkan sekali, sih, nggak terlalu nyebelin. Lha, ini sering banget, sampai jadi kebiasaan. Mungkin niatnya memang mau menghibur kita. Sayang kitanya tak terhibur, tapi malah jadi muntab dan geram tak berkesudahan. Mengcapek dengerin bapak-bapak terhormat ngelawak.