One Piece lagi, One Piece lagi. Selalu saja ada yang menarik dari manga satu ini. Mulai dari ceritanya, misteri cewek-cewek yang selalu digambarkan cantik, sampai ulah fans yang suka sekali menghadirkan teori out of the box saat menerka jalan pikiran Eiichiro Oda.
Saya sebagai penikmat garis abu-abu yakin, manga ini emang paling kompleks daripada manga lain. Banyak sisi misterius yang memicu fans kepengin berteori. Di aspek tokoh dan alur cerita, One Piece selalu menghadirkan tanda tanya saban kita selesai membaca satu chapter. Kebiasaan Eiichiro Oda menebar plot twist membuatnya pantas ditunggu-tunggu setiap minggu.
Tapi, yah, namanya karya, ibarat bayangan hitam yang membersamai datangnya cahaya, One Piece juga diselimuti bayangan hitam fans pembaca gratisan yang nggak tahu diri. Beberapa waktu lalu saya melihat beberapa pembaca mengeluh bosan, jenuh, dan mulai malas dengan One Piece sekarang. Alasan mereka, karena One Piece sering break, lalu ceritanya diulur-ulur jadi membosankan. Ada juga yang merasa ceritanya semakin kusut.
Rilisan chapter akhir-akhir ini memang sering libur. Sebulan bisa rilis hanya dua-tiga kali. Bagi fans nggak tahu diri ini, menunggu dua minggu hanya demi chapter berjumlah sedikit itu menyebalkan. Yeee.
Membaca keluhan mereka bikin saya gedhek. Mereka nggak punya empati apa gimana sih? Apa mereka menganggap Eiichiro Oda ini robot? Apa mereka menganggap di Jepang nggak ada tanggal merah? Apa Eiichiro Oda nggak punya hak beristirahat?
Di beberapa situs dijelaskan, Eiichiro Oda bisa menghabiskan waktu 20 jam sehari untuk menggambar manga One Piece. Dalam sebulan, ia diberi jatah sepekan beristirahat. Tapi bahkan jatah sepekan itu pun seringnya digunakan untuk berdiskusi dengan teman-temanya sesama mangaka atau bertemu asisten-asisten lama hanya untuk bercerita tentang pekerjaan mereka masing-masing.
Maka dari itu, dalam sebulan, One Piece pasti akan mengalami libur rilis karena ada jatah istirahat tadi. Lagian, di Jepang juga terdapat beberapa hari besar yang menjadi libur nasional. Apalagi di masa pandemi saat ini, otomatis Weekly Shonen Jump akan mengurangi produksi majalahnya, lah wong lagi pada WFH.
Kalau memang bagi mereka One Piece semakin ruwet, membosankan, serta nunggunya kelamaan, kenapa mereka tidak nonton Masha and The Bear saja atau duduk manis dengan ponakan sambil menonton Upin Ipin? Mereka ini kok ya aneh. Kayak nggak ada aktivitas lain selain menunggu chapter baru rilis.
Perilaku protes mereka adalah wujud nyata dari egoisme dan arogansi. Sebagai pembaca yang hanya nunggu manga gratisan dirilis online dan tidak pernah membeli komiknya, mending tidak usah banyak bacot.
Bagi saya pribadi, dengan One Piece sering break, saya justru semakin menikmati manga ini. Rasa tidak ingin cepat mati sebelum menuntaskan membaca kisah akhir manga ini. Bayangkan, setelah capek bekerja seharian, kemudian muncul notifikasi chapter terbaru. Bahagia sekali meski satu chapter dibaca selesai dalam lima menit.
Tapi bagi mereka yang tetap keukeuh dengan protesnya karena kondisi yang nggak ada kerjaan, cuma nungguin rilisan baru, saya sarankan baca atau nonton ulang One Piece dari awal. Diulang- ulang terus sampai hafal semua karakter, senjata, dan nama-nama tempatnya. Nanti tanpa sadar One Piece akan selesai dengan sendirinya.
Mabok, mabok dah lu.
BACA JUGA One Piece, Manga Terbaik di Dunia, Adalah Tempat Terbaik Belajar Diskriminasi dan tulisan Muhamad Fauzi Zakaria lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.