Di jagat skuter matik Indonesia, hanya sedikit nama yang mampu bertahan lama. Sebut saja Yamaha Mio, Honda BeAT dan Honda Vario. Yamaha Mio bertahan sebagai pionir matik yang membuka jalan bagi pasar skutik di tanah air. BeAT merajai volume penjualan berkat harganya yang lebih bersahabat. Sementara Vario 125 berdiri tegak sebagai paket komplit di kelas mid-size yang sulit ditandingi.
Ketiga motor ini bisa berumur panjang salah satunya karena tidak ada lawan yang seimbang. Ditambah, mereka punya ekosistem kuat, jaringan servis luas, dan suku cadang berlimpah. Alhasil, tiap ada model baru yang rilis, penjualannya langsung laris manis. Susah banget pokoknya bagi merek lain untuk masuk ke gelanggang.
Khusus untuk Honda Vario, sebetulnya ada satu merek kompetitor yang boleh dibilang paling siap untuk head to head dengan Vario. Namanya, Yamaha Xeon. Sayangnya, alih-alih dikembangkan lebih jauh, Yamaha Xeon malah dipaksa berhenti di tengah jalan. Padahal jika diberi umur lebih panjang, bukan tidak mungkin ia menjadi rival paling ganas bagi Vario.
Yamaha Xeon datang dengan ambisi besar
Saat pertama dirilis pada 2010, Ya,a Xeon membawa dua hal yang kerap dianggap senjata pada masanya. Pertama, ia sudah pakai liquid-cooled. Teknologi ini jelas suatu terobosan mengingat skutik lain masih menggunakan pendingin udara.
Dengan teknologi liquid-cooled, performa Xeon jadi lebih stabil, power delivery lebih konsisten, mesin tahan panas, dan lebih berani berani dipacu pada kecepatan tinggi. Ini membuat Xeon secara teknis lebih unggul dibanding Vario 110 (karbu dan FI) serta cukup seimbang menghadapi Vario 125 generasi awal.
Kedua, Yamaha Xeon punya dek rata yang membuatnya semakin kompetitif dengan Honda Vario. Nah, combo antara radiator plus dek rata inilah yang membuat Xeon disebut-sebut sebagai counter paling sengit Honda Vario. Bahkan banyak yang menyebut jika bicara tentang value for money, Xeon lebih dianggap lebih nendang.
Kenapa discontinue?
Disinilah tragisnya. Ketika Yamaha memutuskan beralih ke generasi mesin Blue Core. Ketika itu pula fokus perusahaan langsung berubah total. Perusahaan ingin semua motor matiknya memakai mesin generasi baru. Masalahnya, Yamaha Xeon adalah produk yang berdiri di era sebelum Blue Core lahir. Ya, memang sih mesin yang diusung Xeon terkenal responsif dan galak. Tapi, secara teknologi, ia sudah tidak sejalan lagi dengan arah pengembangan Yamaha yang kala itu ingin mengejar efisiensi dan refinement. Sederhananya, arah kiblat Xeon dengan perusahaan sudah berbeda.
Secara teori sebenarnya bisa-bisa aja sih mesin Blue Core ini dimasukkan ke Xeon. Cuma, secara bisnis tidak sesederhana itu. Mengubah Xeon menjadi Blue Core berarti Yamaha harus mendesain ulang banyak hal. Ya mesin baru, ya rangka baru, ya mapping baru, ya sinkronisasi komponen lain. Ribet lah pokoknya. Mending keluarin motor baru aja sekalian. Begitu pikir Yamaha. Hasilnya? Tuh, Aerox.
Seandainya Xeon dipertahankan…
Seandainya nih ya si Xeon ini dilanjutkan keturunannya dengan memperbaharui mesin menggunakan teknologi Blue Core generasi baru, mungkin lain lagi ceritanya. Bukan tidak mungkin Yamaha Xeon akan jadi paket lengkap. Sebuah motor yang punya performa sip, pendingin cair, dek rata fungsional, irit mesin Blue Core, desain modern, dan tentu saja, jadi rival paling logis melawan Vario.
Sekarang, coba saya tanya. Setelah Yamaha Xeon hilang di pasaran, merek motor apalagi coba yang bisa menandingi Honda Vario? Nggak ada, kan?
Meski pada akhirnya tersingkir sia-sia, Xeon akan tetap selalu dikenang sebagai motor yang pernah memberi harapan bahwa Vario 125 bisa punya pesaing yang sepadan. Dan, jangan lupa juga kalau di masanya, Xeon pernah sekuat itu. Gila aja ya, doi baru ganti blok seher sama seher pas udah 200ribu km-an!
Honda Beat? Nggak relate.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
