Pandemi mengubah banyak hal, salah satunya adalah peluncuran produk otomotif oleh pihak pabrikan. Kebiasaan seremoni peluncuran yang dilakukan di ballroom hotel atau kawasan resort, mengundang jurnalis dari berbagai media bahkan blogger, kini tak bisa lagi dilakukan atas pertimbangan pencegahan penyebaran virus.
Kini seremoni peluncuran jamak dilakukan secara virtual dan disiarkan langsung, memanfaatkan platform video streaming seperti YouTube. Akhirnya kini siapapun bebas menyaksikan seremoni peluncuran tersebut, termasuk saya, dalam rangka mengisi kegabutan.
Memantau geliat pergerakan dari pabrikan roda dua terkemuka dengan angka penjualan tertinggi nomor dua se-Indonesia, yakni Yamaha. Di penghujung tahun ini Yamaha melakukan hattrick peluncuran tiga produk baru dengan selisih waktu yang rapat. All New Aerox, NMAX Connected non-ABS, dan terakhir adalah Gear 125.
Produk terakhir yang diluncurkan Yamaha di 2020 ini adalah produk yang menarik buat saya, bukan menarik untuk dipinang. Melainkan menarik secara konsep untuk memenuhi kebutuhan dari sebagian kalangan yang mengandalkan sepeda motor, khususnya jenis skuter matik sebagai alat tempur utama mereka. Mengapa demikian?
Sebelumnya, Yamaha Indonesia meluncurkan Gear 125 dalam usaha diversifikasi produk keluarga Mio. Ya, meski sekilas nampak seperti produk yang benar-benar baru, namun nyatanya ia masih termasuk dalam keluarga Mio setelah melongok striping body samping yang bertuliskan Mio berukuran sangat kecil.
Seperti yang kita tahu, Mio generasi mesin blue core 125cc memiliki banyak sedulur yang serupa bentuk dan fungsionalitasnya. Sebut saja Mio M3, Mio S, dan Mio Z, perbedaannya pun tipis-tipis saja, hanya di permainan kosmetik dan kelir warna. Entah apa yang dipikirkan tim R&D Yamaha kala itu.
Boleh jadi, Gear 125 juga menjadi jawaban Yamaha atas meluncurnya Honda BeAT generasi keempat di awal tahun ini. Sebab, belum ada penyegaran menyeluruh dari Mio generasi saat ini yang sudah berusia 5 tahun sejak awal diluncurkan.
Apalagi Gear 125 bermain di rentang harga yang mirip dengan BeAT. Begitupun suguhan fitur-fiturnya, sebut saja power socket untuk mengisi daya smartphone dan lampu utama LED. Dan starter senyap tanpa suara sudah menjadi standar.
Melihat sejenak desain si Gear 125 ini, saya berpikir kalau ini adalah ekstrak dari garis desain NMAX lawas, namun dengan proporsi cenderung wagu dan kerempeng kurang gizi. Kemiripan dengan NMAX terlihat dari garis lampu utama dengan sepasang bohlam di alis sebagai lampu senja, begitupun penempatan lampu sen, agak turun ke bagian bawah sejajar spakbor.
Di bagian samping, panel plastik warna hitam bertekstur kasar sebagai pelindung dari gesekan alas kaki boncenger, bahkan tarikan garis bodi hingga buritan, juga desain lampu belakang dibuat mirip dengan NMAX lawas. Sekali lagi, NMAX lawas yang kurang gizi.
Overall, tekuk-tekukan tajam desain ini mungkin tidak atraktif dan nampak tidak harmonis di mata sebagian orang, termasuk saya sendiri. Namun, yang perlu di-highlight adalah bagaimana trik Yamaha mendesain Gear 125 sebagai motor matik yang praktis, terutama dalam hal angkut-angkut barang.
Pertama, Yamaha mendesain Gear 125 dengan dua hook/gantungan barang pada bagian dek. Makin banyak gantungan tentu saja menambah kepraktisan barang, entah untuk menggantungkan kantong kresek, helm, karung, bahkan harapan.
Kedua, pijakan kaki terpisah. Inilah inovasi tepat guna dari pabrikan bagi para kurir ekspedisi atau kurir layanan pesan antar makanan. Sebab, bagian dek tengah biasanya terisi penuh oleh muatan sehingga mengorbankan ruang pijakan kaki, yang tentunya mengurangi kenyamanan dan keamanan si rider sendiri. Namun, sayang sekali footstep tambahan alias jalu ini dijual terpisah sebagai aksesoris, bukan kelengkapan bawaan lahir.
Seru juga ya kalau foot step tambahan ini jadi kelengkapan standar, rider punya tiga opsi posisi berkendara, kaki bisa ditaruh di dek, atau melebar dan maju sedikit memijak footstep depan, atau kaki ditekuk ke belakang dekat area footstep boncenger yang desainnya sedikit menanjak seperti Mio karbu itu.
Ketiga, laci tertutup dengan fitur power socket. Fitur ini penting agar para kurir tak kehabisan baterai di jalan saat mencari alamat atau memotret bukti barang telah sampai di tangan penerima. Sekaligus mencegah smartphone mereka jatuh karena guncangan, atau kehujanan saat di-charge.
Terakhir, ban belakang tubeless dengan lebar tapak 100/70 dengan pelek 14 inci cukup membantu para kurir menghemat dana karena sudah tak perlu lagi memodifikasi ban belakang lebih lebar dengan alasan keamanan dan mengurangi resiko selip di jalan licin.
Sesuai makna harfiah dari gear, yakni alat/perlengkapan. Yamaha betul-betul merancang Gear 125 sebagai motor tempur yang siap membawa muatan banyak, guna menunjang segala keperluan harian sang rider.
Kapasitas mesin paling mumpuni di kelasnya, ukuran ringkas dengan bobot ringan, serta kepraktisan mengangkut barang, adalah nilai utama mengapa motor ini layak jadi andalan para kurir pengantar. Fungsionalitas > gengsi tampil kekinian, menjadi prinsip yang dipegang Yamaha Gear 125.
Yamaha Gear 125 ditawarkan dalam dua varian, standar dan S-Version. Perbedaan utama, di S-Version dapat tambahan fitur start-stop system, fitur untuk mematikan mesin secara otomatis di lampu merah setelah langsam selama 5 detikan, lalu cukup digas untuk menghidupkan kembali. Dan answer back system, yang berguna jika anda suka lupa dimana tempat nyimpen motor di parkiran.
Melihat dari pilihan warna yang kalem dan tidak ngejreng, seperti merah, silver, abu-abu, dan putih. Nampaknya anak muda dan wanita memang bukan target utama produk ini. Karena desain dan opsi warna yang tampil kurang berkesan anak muda, mungkin saja nanti jarang ditemui Yamaha Gear 125 yang dimodifikasi ala-ala Thai look atau bergaya ala motor drag race.
BACA JUGA Menyingkap Popularitas Toyota Hardtop di Gunung Bromo atau tulisan M. Dzulfikri Firdaus lainnya.