Kok Bisa ya Xiaomi Masih Laku di Indonesia? Sudah Nggak Layak Disebut Produsen Hape Murah, Flagship Mereka Cacat Parah

Xiaomi (Seharusnya) Mulai Nggak Laku Lagi di Indonesia (Unsplash)

Xiaomi (Seharusnya) Mulai Nggak Laku Lagi di Indonesia (Unsplash)

Beberapa waktu lalu Xiaomi menjadi runner up di pasar ponsel Indonesia. Melansir dari inet.detik.com, berdasarkan riset Canalys di kuartal 4 2023, mereka menguasai 18% market share pasar ponsel Indonesia. Xiaomi mengasapi perusahaan teknologi besar lain macam Samsung dan Oppo. Ia hanya kalah dengan Vivo yang merajai pasar ponsel Indonesia di kuartal 4 2023.

Saya langsung mengernyitkan dahi kala membaca data tersebut. Saya bertanya-tanya, kok bisa ya Xiaomi masih laku di Indonesia? sebagai pengguna selama bertahun-tahun, saya merasa hype brand satu ini harusnya mulai lesu di Indonesia.

Sebelum fans garis keras mencak-mencak, izinkan saya jabarkan berbagai latar belakang yang seharusnya membuat brand ini mulai lesu.

Xiaomi tak lagi lekat dengan murah meriah

Murah meriah, dua kata itu yang menggambarkan Xiaomi ketika pertama kali masuk pasar ponsel Indonesia. Dulu ponsel yang dijajakan memiliki standar fitur yang wah tapi dengan harga murah. Itu pula yang membuat ponsel mereka selalu gaib.

Menurut saya, hari ini Xiaomi tak lagi lekat dengan branding murah meriah. Bukan berarti nggak lagi menjual ponsel murah ya. Atau, menawarkan ponsel dengan price to performance yang baik.

Hanya, branding murah meriah telah bergeser ke pabrikan lain. Hari ini branding ponsel murah meriah lebih lekat dengan Infinix dan Tecno. Bagaimana tidak, lha wong dengan modal Rp3 jutaan doang, konsumen bisa merasakan berbagai fitur mewah di Infinix 40 Pro. Seperti OIS, layar dengan pinggiran lengkung dan teknologi wireless charging.

Tecno lebih gila lagi. Awal kemunculan Tecno Phantom V Flip dibanderol dengan harga Rp7,999 juta saja. Silakan bandingkan dengan hape lipat lain merek Samsung. Harganya bisa 2 kali lipatnya.

Apakah Xiaomi Indonesia hari ini berani ngasih harga sinting dengan fitur kayak begitu di ponselnya? saya yakin tidak. Makanya, saya bisa menyimpulkan branding murah meriah tak lagi lekat dengan mereka. Tapi, milik kompetitornya yang lain.

Mi Fans mulai loyo

Sukses besar kira-kira begitu gambaran Xiaomi ketika pertama kali menggebrak pasar ponsel Indonesia. Harga hape yang terjangkau bukan satu-satunya faktor yang mendalangi kesuksesan mereka masuk Indonesia. Kalau syarat suksesnya hanya itu, Infinix dan Tecno sudah menguasai pasar ponsel di Indonesia hari ini.

Salah satu faktor penting suksesnya Xiaomi di Indonesia adalah Mi Fans. Nyaris di setiap kota-kota besar Indonesia terdapat komunitas Mi Fans. Bahkan, saat masih di Semarang, saya pernah dibantu mengganti ROM abal-abal Redmi 2 Prime dengan yang asli.

Dulu, setiap launching hape terbaru Xiaomi di Indonesia, Mi Fans selalu diikutsertakan. Menariknya Mi Fans ini begitu militan. Sampai-sampai ketika acara launching, tingkah Mi Fans layaknya suporter bola. Teriak-teriak dan membawa atribut Mi Fans daerah asalnya masing-masing,

Sayangnya, aktivitas Mi Fans hari ini mulai kendur. Paling tidak aktivitasnya nggak serutin dulu lagi.  Entah apa alasannya saya juga kurang tahu.

Xiaomi pun kayaknya melakukan pembiaran dengan sikapnya yang acuh tak acuh dengan Mi Fans hari ini. Mereka seperti lupa, dulu salah satu yang membesarkan nama adalah Mi Fans.

Andai Mi Fans sekuat dulu, saya rasa bukan tidak mungkin Xiaomi kini merajai pasar ponsel Indonesia. Nggak hanya menduduki peringkat 2 saja. Di masa-masa susah pun saya rasa Mi Fans dengan segala loyalitasnya dapat mengulurkan tangan ke Xiaomi. Betul apa betul, gaes?

Hardware issue

Baru-baru ini Xiaomi kena permasalahan hardware. Pasalnya, ponsel seri flagship-nya, Xiaomi 14, yang beberapa waktu lalu baru launching berembun ketika dipakai memotret. Ada netizen yang menyebut ini kesalahan manufacturing dan design.

Terus terang, ini kasus yang serius banget. Soalnya, ini ponsel kelas flagship, lho. Yang seharusnya nggak punya cacat produk biar secuil saja.

Tentu ini bakal mempengaruhi kepercayaan publik. Terlebih pengguna Xiaomi kelas flagship. Mereka punya banyak pilihan produk tetangga yang lebih dipercaya ketimbang Xiaomi 14.

Begitu berbagai alasan saya mengatakan bahwa seharusnya penjualan Xiaomi mulai agak lesu. Andai Xiaomi Indonesia tidak melakukan apa-apa terkait berbagai hal di atas, saya rasa bukan nggak mungkin mereka bakal digilas brand-brand baru. Macam Infinix, Tecno, dan IQOO.

Penulis: Ahmad Arief Widodo

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 3 Bagian Fisik Smartphone Xiaomi yang Paling Sering Rusak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version