Tanda Kalian Nggak Cocok Tinggal di Wonosobo, Pikir Dua Kali Sebelum Tinggal di Sini

Tanda Kalian Nggak Cocok Tinggal di Wonosobo, Pikir Dua Kali Sebelum Tinggal di Sini Mojok.co

Tanda Kalian Nggak Cocok Tinggal di Wonosobo, Pikir Dua Kali Sebelum Tinggal di Sini (unsplash.com)

Beberapa waktu lalu ada tulisan menarik di Terminal Mojok, judulnya Wonosobo Hanya Cocok untuk Tempat Wisata, Bukan Tempat Tinggal yang Ideal! Tulisan itu mengungkapkan keburukan Wonosobo yang terutama dari sisi fasilitas jalan dan pendidikan. Intinya, Wonosobo nggak senyaman dalam bayangan banyak orang. 

Sebagai orang Wonosobo saya setuju, orang-orang di luar Negeri di Atas Awan  berekspektasi berlebihan terhadap daerah ini. Memang pariwisata di Wonosobo tidak diragukan lagi. Namun, sebagai tempat tinggal, saya rasa orang-orang perlu berpikir dua kali sebelum menetap. Apalagi, kalian yang masih mudah yang rasa penasaran dan energinya masih meledak-ledak. Izinkan saya jelaskan beberapa jenis orang yang nggak cocok tinggal di sini:

#1 Mereka yang ingin berkembang pesat

Secara fasilitas dan infrastruktur dasar, Wonosobo mungkin sudah mencukupi. Di sana sudah ada fasilitas kesehatan, jalan, sekolah, pasar, dan hal-hal dasar lain yang dibutuhkan warga. Namun, hanya sebatas itu, kalau kalian ingin fasilitas dan kesempatan lebih maju dan canggih harus keluar dari Wonosobo. 

Kalian pernah mendengar perumpamaan “menjadi ikan besar di kolam kecil”? Perumpamaan ini sering digunakan untuk menegur mereka yang sering merasa berpuas diri dengan capaian besar di “kolam kecil”. Padahal di luar sana banyak “kolam-kolam” lain yang berukuran lebih besar. 

Kalau diterjemahkan menjadi sebuah daerah, Wonosobo mungkin adalah kolam kecil itu. Sementara kota-kota besar lain di Indonesia adalah kolam besarnya. Di “kolam besar” tadi jelas akan lebih banyak jaringan dan kesempatan. Itu mengapa lebih baik untuk pengembangan diri. 

#2 Wonosobo nggak cocok untuk orang yang suka hedon

Kalian yang suka hedon dan menghambur-hamburkan uang nggak cocok tinggal di Wonosobo. Di sini tidak ada mal, tempat makan mewah, atau pusat hiburan lain. Biaya hidupnya pun relatif murah. 

Bayangkan saja, di pagi hari kebanyakan warga memasak di rumah atau jajan nasi megono yang harganya sangat ramah di kantong itu. Siangnya mereka bekerja atau sekolah. Sorenya mereka pulang, lalu menghabiskan waktu bersama keluarga. Mau jalan-jalan atau nongkrong di malam hari sangat mager karena hawanya yang terlampau dingin. 

#3 Tidak terbiasa belanja di pasar tradisional

Kuburkan niat kalian tinggal di Wonosobo kalau belum terbiasa belanja di pasar tradisional. Bagi warga Wonosobo, pasar adalah sumber utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sangat jarang supermarket atau pusat perbelanjaan modern di sana. Itu mengapa, sebaiknya kalian mulai membiasakan diri dengan bau dan riuhnya pasar kalau ingin hidup di Wonosobo. Termasuk, terbiasa dengan berinteraksi dengan pedagang dan warga yang berbelanja di pasar. 

Asal tau aja, setiap kecamatan Wonosobo memiliki pasar tradisionalnya sendiri. Pasar-pasar ini bisa bertahan karena rasa kebersamaan dan gotong royong yang terbangun di sana. Benar-benar guyub pokoknya.  

Persis seperti paragraf pembuka di artikel tentang Wonosobo sebelumnya. Daerah ini memang dikenal orang-orang sebagai tempat yang indah dan nyaman untuk ditinggali. Tapi, tunggu dulu, tempat indah ini sebenarnya nggak cocok untuk semua orang. Tiga tanda di atas hanyalah beberapa. Sebaiknya kalian pikir ulang sebelum menyesal memutuskan tinggal di Negeri di Atas Awan. 

Penulis: Yoga Aditya L
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Pantai Indah Kemangi Kendal, Tempat Wisata yang Nggak Salah Urus karena Pemdes Waras dan Kreatif Soal Anggaran

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version