Bedono adalah sebuah desa yang berada di wilayah pesisir Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Menurut beberapa akademisi, desa ini memiliki alam yang potensial untuk dikembangkan menjadi tempat wisata. Sebab, Desa Bedono memiliki embrio wisata yang nggak dimiliki daerah lain, misalnya wisata mangrove, wisata air, wisata religi makam Syekh Mudzakir, dan menjadi habitat hidup burung kuntul perak.
Makanya sekitar empat tahun lalu di Desa Bedono dibangun jalur tracking di wisata mangrove dengan tujuan mengembangkan pariwisata di sini. Melalui tangan pemerintah kabupaten, sponsor, dan masyarakat sekitar, semua bergotong royong memberikan kontribusi untuk membangun tempat wisata pertama dan satu-satunya di Desa Bedono ini.
Saya mengetahui hal itu dari cerita simbah. Kebetulan rumah mbah kakung dan tracking area wisata mangrove Desa Bedono hanya berjarak 20 meter, jadi sesekali saya turut main ke wisata mangrove saat sedang silaturahmi ke rumah simbah. Akan tetapi beberapa waktu lalu saya terkejut melihat tempat wisata mangrove tersebut telantar. Bahkan beberapa jalur tracking-nya sudah banyak yang roboh, khususnya yang berhadapan dengan laut.
Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat wisata mangrove ini merupakan harapan pariwisata Desa Bedono yang pastinya bisa menunjang perekonomian di sana. Tentu ada sebab akibat kenapa wisata mangrove ini bisa sampai telantar.
Daftar Isi
Sepi pengunjung
Kalau diperhatikan, saat mengunjungi wisata mangrove di Desa Bedono, kebanyakan pengunjung yang datang adalah warga sekitar atau keluarga dari warga sekitar yang sedang singgah, ya kayak saya gini. Jarang sekali saya melihat pengunjung yang berasal dari luar Desa Bedono. Kalaupun ada, paling mentok dari Demak, bukan dari luar kabupaten. Artinya, wisata ini memang belum dikenal masyarakat luas.
Malahan dulu beberapa kali saya menjumpai warga sekitar yang sedang memancing di sini, jadi kesannya malah nggak seperti destinasi wisata, melainkan tempat bersantai seperti memancing dan sebagainya. Maklum, dilihat dari potensi lokasinya yang dekat laut, sudah pasti jadi ladang basah buat para mancing mania.
Baca halaman selanjutnya
Akses jalan menuju lokasi lumayan susah…
Jujur aja, sebagai orang Demak yang sudah biasa berhadapan dengan jalanan buruk, saya masih sering kewalahan ketika melewati jalanan Bedono. Bisa dikatakan jalanan Bedono—dan bahkan jalan di sekitaran Kecamatan Sayung—memang paling buruk di Kabupaten Demak. Wajar saja, wilayah ini memang jadi langganan diterjang abrasi. Bahkan dilansir dari BBC News Indonesia, selama 20 tahun terakhir, abrasi telah menenggelamkan dua dusun serta membuat lebih dari 250 kepala keluarga (KK) dipindahkan dari sini.
Sementara itu, lokasi wisata mangrove di Desa Bedono berada di ujung desa. Untuk bisa ke sana, kita harus melewati beberapa rintangan seperti jalanan tanah yang terjal dan terik matahari yang menyengat. Bahkan kalau air laut sedang pasang atau turun hujan, jalan di sini jadi sangat berbahaya sebab berubah jadi berlumpur. Pengendara motor yang lewat sini harus ekstra hati-hati biar nggak tergelincir.
Sebenarnya jalanannya sudah dicor, sih, tapi baru sebagian saja. Sisanya ya jalan tanah yang mengkhawatirkan.
Kurangnya promosi
Saya pernah mencoba bertanya pada beberapa kawan yang berasal dari Demak mengenai wisata mangrove yang ada di Desa Bedono. Kebanyakan dari mereka nggak tahu mengenai wisata ini. Mereka malah lebih mengenal wajah Bedono dengan segala hiruk pikuk rob daripada wisata mangrovenya.
Kalau boleh saya katakan, wisata satu ini memang dari dulu kurang gencar dalam hal promosi. Maka nggak heran kalau sebagian besar warga Demak nggak begitu tahu. Bahkan destinasi wisata ini nggak punya akun Instagram untuk promosi, apalagi YouTube, TikTok, atau platform media sosial lainnya. Padahal di era sekarang ini promosi lewat media sosial sangat penting, lho, apalagi terkait pariwisata.
Kurang perawatan dan pemeliharaan
Tahun lalu sebelum “resmi” telantar, saya melihat wisata mangrove kurang terawat. Hal ini terlihat dari beberapa spot foto yang kayunya sudah lapuk. Banyak daun kering berguguran di jalur tracking, serta toilet yang nggak dijaga kebersihannya. Padahal perawatan dan pemeliharaan fasilitas di tempat wisata itu sangat penting, lho. Apa lagi tujuannya kalau bukan untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung yang datang.
Saya menduga, mungkin karena sepi pengunjung dan kurangnya pemasukan sehingga pihak pengelola kurang memperhatikan perawatan dan pemeliharaan wisata mangrove ini? Entahlah, saya juga nggak tahu.
Itulah setidaknya empat persoalan besar yang dihadapi wisata mangrove Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Saya berharap destinasi wisata satu ini bisa diperbaiki sehingga Desa Bedono tetap bisa menjadi desa wisata. Sayang juga kan kalau dibiarkan telantar.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Derita Menjadi Buruh di Sayung Demak.