Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Wisata ke Dieng saat Hujan, Niatnya Healing malah Bikin Pusing

Raihan Muhammad oleh Raihan Muhammad
8 April 2025
A A
Wisata ke Dieng saat Hujan, Niatnya Healing malah Bikin Pusing (Unsplash)

Wisata ke Dieng saat Hujan, Niatnya Healing malah Bikin Pusing (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya pergi ke Dieng bukan karena sedang mencari jawaban hidup, tapi karena promo tiket kereta api yang menggoda. Sayangnya, waktu ke sana, hujan datang tiba-tiba, deras, dan bikin pusing. 

Padahal saya sudah menyusun rencana dengan rapi. Mulai dari melihat sunrise di Bukit Sikunir, nyore di Telaga Warna, dan menyepi sambil menyeruput purwaceng. Tapi, hujan membatalkan semuanya. 

Hari-hari yang seharusnya penuh healing berubah jadi perjuangan melawan dingin, lumpur, dan jaket yang nggak waterproof. Niat awalnya mau menenangkan pikiran, tapi yang ada malah nambah beban mental gara-gara sepatu nyelup got dan itinerary bubar jalan. Jadi, kalau kamu kepikiran mau ke Dieng pas musim hujan, mending baca tulisan ini sampai habis. 

Dieng yang dinginnya sangat serius

Sebagai warga Planet Bekasi, pergi ke Dieng itu semacam ziarah spiritual. Saya pikir, setelah sekian lama dijemur oleh panas yang bikin minyak wajah meleleh kayak lilin, tubuh ini layak mendapat bonus udara pegunungan. Tapi ternyata, semesta punya rencana lain.

Bayangkan, orang yang biasa hidup di suhu sekitar 34 derajat mendadak dilempar ke suhu 6 derajat, bahkan kadang minus. Alih-alih merenung di tepi telaga, saya malah sibuk nyari warung kopi buat sekadar menghangatkan jari. Dinginnya Dieng kemarin bikin saya pengin masuk rice cooker. Apalagi kalau hujan turun. 

Hujan turun, rencana bubar

Yang paling menyakitkan dari liburan ke Dieng saat hujan bukan cuma soal dingin. Semua tempat wisata yang udah saya idam-idamkan sejak masih di bangku kerja, jadi bubar. Saya hanya bisa menikmati pemandangan dari balik kaca penginapan. Itu saja berkabut tebal. Sial.

Bayangin, Bukit Sikunir yang katanya surganya sunrise, saya cuma bisa melihat kabut dan genangan air. Telaga Warna? Nggak kelihatan warnanya. Yang ada cuma warna abu-abu hasil kombinasi antara mendung, hujan, dan kepala pusing nggak jadi wisata. 

Kawah Sikidang yang katanya aktif dan seru? Yah, aktif sih, tapi yang lebih aktif justru hujannya.

Baca Juga:

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

Tips Plesiran ke Dieng Wonosobo agar Terhindar dari Pungli dan Tidak Pulang Bergelar Almarhum

Setiap mau keluar, hujan turun. Begitu hujan berhenti, saya keluar. Eh, baru 5 langkah, hujan turun lagi. Saya pernah berdiam 1 jam di teras warung mie rebus cuma demi menunggu langit sedikit terang. 

Ada momen di mana saya berdiri di depan plang “Welcome to Telaga Merdada” sambil mikir keras. “Ini air telaga atau sisa hujan semalam sih?” Tanah jadi becek, batu jadi licin, dan kamera saya ngambek karena terus-terusan kena gerimis. Mau selfie pun susah, karena yang nongol di foto cuma siluet samar mirip adegan film horor low budget.

Pada titik tertentu saya pasrah. Dieng yang katanya magis dan penuh aura spiritual berubah jadi background sendu. 

Jalan longsor, hati ikut ambrol

Sudah basah kuyup, kedinginan, nggak bisa menikmati Dieng, eh cobaan belum berakhir. Pas mau pulang, saya dapat bonus jalan longsor. Lengkap sudah penderitaan ini. 

Kendaraan yang saya tumpangi mendadak berhenti. Di depan sudah ada yang antre, dan ada orang dengan kalem berkata, “Wah, sepertinya kita harus muter, Mas. Jalan di depan ketutup tanah longsor.” 

Saya yang mendengar cuma bisa melongo, setengah pasrah setengah pengin rebahan. Saya bahkan sempat mikir, kalau ada ojek paralayang jurusan Wonosobo–Purwokerto, saya bakal naik tanpa mikir 2 kali.

Waktu akhirnya berhasil cari jalan alternatif, yang artinya naik kendaraan dengan rute lebih panjang, saya cuma bisa merenung. Bukan menikmati pemandangan, tapi memastikan nggak ada lagi tanah yang tiba-tiba ngajak jatuh bareng.

Tapi, ya, begitulah hidup. Kadang niat healing malah bikin pusing, tapi justru dari situ kenangannya tumbuh subur. Meski penuh lumpur, kabut, dan longsor, perjalanan ke Dieng tetap worth it. 

Setidaknya saya jadi tahu rasanya napas keluar uap tanpa harus jadi naga, belajar pasrah sama cuaca, dan sadar bahwa kadang liburan nggak perlu sempurna. Mungkin memang bukan healing yang saya dapat, tapi pelajaran ikhlas. Ayo wisata ke Dieng!

Penulis: Raihan Muhammad

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Jika Tidak Ada Dieng, Mungkin Wonosobo Jadi Lebih Maju

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 April 2025 oleh

Tags: bukit sikunircuaca diengdiengkawah sikidangpurwacengtelaga merdadatelaga warnawonosobo
Raihan Muhammad

Raihan Muhammad

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

ArtikelTerkait

Sudah Saatnya Stasiun Wonosobo Dihidupkan Kembali agar Kehidupan Warga Semakin Mudah dan Nyaman

Sudah Saatnya Stasiun Wonosobo Dihidupkan Kembali agar Kehidupan Warga Semakin Mudah dan Nyaman

19 Juni 2025
Alasan Anak Muda Wonosobo Lebih Memilih Merantau daripada Menetap di Daerahnya  Mojok.co

Alasan Anak Muda Wonosobo Lebih Memilih Merantau daripada Menetap di Daerahnya 

3 Oktober 2024
Culture Shock Orang Wonosobo ketika Lewat Jalan Pantura: Udah Panas, Nggak Ada Pemandangan yang Bisa Dinikmati pula

Culture Shock Orang Wonosobo ketika Lewat Jalan Pantura: Udah Panas, Nggak Ada Pemandangan yang Bisa Dinikmati pula

24 Juli 2024
Sudah Saatnya Wonosobo Punya Kampus Negeri Supaya Anak Mudanya Nggak Perlu Repot-repot Merantau Mojok.co

Sudah Saatnya Wonosobo Punya Kampus Negeri Supaya Anak Mudanya Nggak Perlu Repot-repot Merantau

26 April 2024
Soto Golak, Saksi Bisu Paceklik yang Pernah Melanda Wonosobo

Soto Golak, Saksi Bisu Paceklik yang Pernah Melanda Wonosobo

31 Oktober 2023
Terminal Mendolo Wonosobo, Terminal yang Terasa Humble (Unsplash)

Terminal Mendolo Wonosobo, Terminal yang Terasa Humble

27 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.