Wejangan Hidup Ala Kirana Larasati yang Patut Ditiru Oleh Netizen

Kirana

Kirana

yaa biarin aja sih jen, hidup2 dia. Kadang yg bener buat lo kan ga harus diikutin netizen se dunia.

Sindiran, eh bukan sindiran lagi sih itu, pukulan telak yang dilayangkan Kirana Larasati kepada seseorang yang namanya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi pamornya, Jenny Jusuf, sedang viral-viralnya di Twitter kali ini. Tweet-nya yang ikonik tersebut kembali diungkit warga Twitter karena peristiwa lucu tersebut ternyata terulang kembali kedua kalinya. Kali ini dengan tweet yang lebih singkat, padat, dan jelas: “Jen? :)”

Jenny Jusuf sendiri, selain terkenal sebagai penulis skenario film-film laris Indonesia, dikenal sebagai seorang yang “rajin berkomentar” di laman Twitternya. Tidak jarang ia menyamber tweet orang dan ia komentari sesuka hati dan jidatnya. Maaf ya mbak Jen, emang faktanya begitu sih. Makanya mbak Kirana jadi gemes juga kan. hehe. Untuk selanjutnya, saya akan memanggil Jenny ini sebagai Mbak Jen, panggilan kesayangannya dari warga Twitter.

Mbak Jen ini menurut saya adalah salah satu representasi dari segolongan orang di Twitter yang emang kadang suka membuat gemes warga Twitter dengan cuitannya. Walau seringkali niat Mbak Jen baik kali ya untuk saling mengingatkan antar sesama umat manusia.

Saya juga kadang menjadi jengkel sendiri ketika mendapatinya di balasan-balasan tweet yang viral. Bukan sesuatu yang salah sih membela sebuah keadilan, toh sila kelima Pancasila kan memang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Namun, sesuatu yang berlebihan tentunya tidak baik, bukan? Apalagi jika keluar dari konteks dan malah menjustifikasi sesuatu yang tidak benar, seperti blunder yang kadang dilakukan Mbak Jen ini di Twitter.

Netizen se-dunia yang budiman, adakalanya kita harus berhenti sejenak untuk berkontemplasi mengenai peristiwa Kirana dan Mbak Jen ini. Bagai kutub utara dan selatan di sebuah magnet, keduanya mewakili kutub yang saling berseberangan dan tidak bisa bersatu. Walaupun, katanya, Mbak Jen dan Kirana ini tetap berteman di dunia nyata, namun bagi warga Twitter keduanya tetap menjadi ikon perseteruan seru untuk disimak. Bahkan meme yang menggelitik dibuat oleh warga Twitter untuk mengenang peristiwa bersejarah ini.

Berkaca dari komentar Kirana tersebut, tidak baik jika kita terlalu mengurusi kehidupan orang lain, apalagi membandingkannya dengan standar yang kita miliki yang orang lain belum tentu miliki. Contoh sederhana, kita tentu akan jengkel jika seseorang mengkritisi atau bahkan mengolok-olok sesuatu yang kita sukai. Pada dasarnya semua orang pasti merasa seperti itu. Berlaku juga untuk orang-orang yang menyukai lagu dangdut yang tidak jarang kalian cemooh, untuk para Kpopers dan wibu yang sering kalian caci maki, dan identitas-identitas yang seringkali justru memecah belah persatuan.

Intinya semua orang punya hak yang setara satu sama lain untuk menikmati hidupnya dengan caranya masing-masing. Tanpa interupsi standar orang lain. Ada tujuh milyar manusia yang hidup di bumi sekarang ini. Dengan banyaknya manusia tersebut, mustahil untuk memiliki jalan kehidupan serta standar hidup yang sama, bukan? Tidak perlu merasa superior, tidak perlu merasa paling keren dan high-class, semua manusia di bumi ini juga tidak akan peduli dengan rasa banggamu itu apalagi jika kerjaanmu mengolok-olok orang yang berbeda.

Jadi, apakah wejangan hidup ala Kirana ini bisa dipahami? Saya rasa momen seperti ini sangat pas untuk mengemas opini saya dengan cara yang lebih “informal” dan jenaka. Ya, intinya, wejangan dari saya sendiri adalah, mari bersikap “bodo amat” dengan standar hidup orang lain. Bodo amat saya kasih kutip karena maksudnya adalah menghargai dan tidak lantas menghakimi dengan asal. Jangan kayak Mbak Jen ya, Netizen. Kan kadang yang bener buat lo nggak harus diikutin oleh netizen sedunia.

Saya pribadi berharap agar Kirana melanjutkan keseruan membalas tweet Mbak Jen, sebagai netizen yang haus akan keributan, saya juga selalu memantau perkembangan isu ini. hehe. Semangat buat Kirana dan Mbak Jen, perseteruan kalian membawa angin segar bagi kehidupan maya netizen, di Twitter utamanya. (*)

BACA JUGA Berkaca dari Kasus Sulli: Netizen Memang yang Terbaik Untuk Urusan Merusak Kesehatan Jiwa Orang Lain atau tulisan Fariza Rizky Ananda lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version