Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Katanya Banyumas Makmur, tapi kok Warganya pada Minggat?

Ratih Yuningsih oleh Ratih Yuningsih
28 Juli 2023
A A
Katanya Banyumas Makmur, tapi kok Warganya pada Minggat?

Katanya Banyumas Makmur, tapi kok Warganya pada Minggat? (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Penghasilan orang Banyumas

Lantaran Banyumas berada di pedesaan dan pegunungan, penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh. Umumnya, yang memiliki banyak tanah, kebun, dan sawah adalah para orang tua zaman dulu. Mereka akan mencari pekerja buruh untuk menggarap sawah dan kebun.

Tumbuhan yang subur di Banyumas di antaranya pohon cengkeh dan jenitri. Seperti yang kita ketahui, cengkeh adalah rempah yang diminati dunia untuk bahan masak, kesehatan, dan rokok. Sedangkan jenitri sendiri digunakan sebagai bahan tasbih umat Hindu dan herbal. Tentunya kedua buah dari tumbuhan ini bernilai mahal dan menjanjikan untuk ke depannya.

Di tanah Banyumas pete dan jengkol tumbuh dengan subur. Jika dikirim ke kota, tentu akan mendapatkan untung senilai harga beli di petani. Di sini buah-buahan tropis juga tumbuh dengan subur. Para tengkulak sering menebas buah dengan harga jutaan. Dengan kata lain, pohon-pohon ini bisa dijadikan sebagai investasi yang bisa dipanen setiap musimnya.

Di daerah dataran tinggi, banyak sekali pohon kelapa. Pohon ini juga digunakan oleh warga sebagai mata pencaharian, kami menyebutnya “nderes”. Siapa pun yang nderes, maka dia akan dianggap berada. Nderes sendiri adalah proses pengambilan air nira untuk dijadikan gula jawa yang digunakan sebagai bahan penting olahan masakan dan minuman.

Nasib warga yang nggak punya kebun dan sawah

Umumnya, orang-ornag yang nggak punya sawah dan kebun bekerja sebagai pedagang, industri kreatif, membuka usaha kuliner, guru, dokter, dan abdi negara. Ada pula yang menjadi karyawan toko dan bekerja di rumah makan. Ibu rumah tangga biasanya mencari penghasilan dari rumah seperti membuat keripik, emping, dan sale pisang.

Asal kalian tahu, bekerja menjadi karyawan toko dan rumah makan di Banyumas itu gajinya kecil. Gaji yang didapat berkisar Rp900 ribu sampai Rp1,2 juta saja. Gaji itu akan naik jika seseorang sudah lama bekerja. Mirisnya, gaji segitu belum sama uang makan. Tentu uang segitu bakalan habis untuk bensin dan tuntutan SOP makeup. Kesejahteraan karyawan kurang dan tentu saja saldo rekening nggak nambah-nambah.

Di Banyumas memang ada pabrik, tapi cuma pabrik kecil. Belum tentu juga membuka lowongan pekerjaan banyak. Makanya dengan mempertimbangkan itu semua banyak warga Banyumas yang memilih menjadi perantau untuk mengubah nasib, tak terkecuali saya.

Orang-orang yang lahir pada tahun 70-an banyak yang menjadi perantau dengan profesi sebagai kuli bangunan. Pekerjaan ini memang berat, tapi tetap menjanjikan. Penghasilan mereka bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian disisihkan untuk membangun rumah. Di Banyumas, perantau kuli bangunan akan dianggap sebagai wong ndue atau orang berada, lho.

Baca Juga:

Jogja Bikin Muak, Purwokerto Bikin Menyesal: Kisah 2 Kota yang Menjadi Korban Jahatnya Romantisme karena Mengaburkan Realita yang Ada

7 Sisi Terang Jakarta yang Jarang Dibahas, tapi Nyata Adanya: Bikin Saya Betah dan Nggak Jadi Pulang Kampung

Sementara itu, anak muda Banyumas lulusan SMK dan sederajat memilih untuk bekerja di pabrik. Mereka mengincar pabrik-pabrik yang berada di daerah dengan UMK besar. Meski begitu ada juga yang memilih bekerja di pabrik dengan UMK kisaran Rp2 juta saja.

Selain menjadi buruh, ada juga yang merantau dengan cara membuka usaha. Usaha yang dianggap biasa-biasa saja di Banyumas, ternyata bisa cukup menjanjikan bila dilakukan di kota.

Bagi orang-orang yang merasa kecewa dengan lowongan kerja di Indonesia yang memandang umur dan fisik, mereka memilih merantau hingga ke luar negeri. Konon, mengadu nasib di negara lain bisa membuat perantau kaya dan glow up. Seringnya pekerja yang nggak punya banyak modal dan enggan belajar bahasa memilih merantau ke Malaysia. Sedangkan mereka yang punya modal tentu lebih memilih pergi ke Jepang atau Korea. Ada juga yang memilih menjadi TKI di Taiwan, Arab, dan Hongkong.

Pantang pulang sebelum berhasil

“Libur panjang kenapa nggak pulang?”

Begitulah pertanyaan lain yang kerap saya terima dari orang-orang di sekitar saya. Sepertinya ini karena faktor lingkungan yang tertanam menjadi mindset. Sejak dulu, memang nggak ada orang ngapak yang rajin pulang kampung.

Biasanya kami pulang ke rumah waktu libur Lebaran, tahun baru, bulan Agustus, atau ketika ada acara besar di rumah saja. Ada juga yang pulang setahun sekali, bahkan 5 tahun sekali baru pulang.

Pantang pulang sebelum tumbang, begitulah kira-kira. Beberapa orang bahkan ada yang sampai enggan pulang sebelum berhasil membangun rumah dan punya dana untuk buka usaha atau dana pensiun.

Penulis: Ratih Yuningsih
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Alasan Orang Banyumas Susah Bikin Move On.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 28 Juli 2023 oleh

Tags: banyumasmerantauperantau
Ratih Yuningsih

Ratih Yuningsih

Pemilik akun Instagram @ry.lainnya

ArtikelTerkait

7 Sisi Terang Jakarta yang Jarang Dibahas, tapi Nyata Adanya: Bikin Saya Betah dan Nggak Jadi Pulang Kampung

7 Sisi Terang Jakarta yang Jarang Dibahas, tapi Nyata Adanya: Bikin Saya Betah dan Nggak Jadi Pulang Kampung

6 November 2025
Stop Glorifikasi Kerja di Bali, Nyatanya Nggak Seindah yang Dibayangkan Orang

Stop Glorifikasi Kerja di Bali, Nyatanya Nggak Seindah yang Dibayangkan Orang

16 Desember 2023
Malang di Mata Perantau: Akan Lebih Baik kalau Fasilitasnya Selengkap Surabaya Mojok.co

Malang di Mata Perantau: Akan Lebih Baik kalau Fasilitasnya Selengkap Surabaya

18 Januari 2024
Banyumas Layak Menjadi Tujuan Utama Study Tour Menggantikan Jogja

Banyumas Layak Menjadi Tujuan Utama Study Tour Menggantikan Jogja

5 Oktober 2023
5 Alasan Orang Banyumas Susah Bikin Move On terminal mojok.co

5 Alasan Orang Banyumas Susah Bikin Move On

1 Juli 2023
Kosakata Malang yang Harus Diketahui para Perantau Newbie terminal mojok.co

Kosakata Malang yang Harus Diketahui para Perantau Newbie

21 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.