Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Gadget

Wahai Reviewer Gadget, Berhentilah Mendewakan Produk Huawei, Google Service Tetaplah Penting!

Muhammad Asgar Muzakki oleh Muhammad Asgar Muzakki
9 Oktober 2025
A A
Wahai Reviewer Gadget, Berhentilah Mendewakan Produk Huawei, Google Service Tetaplah Penting!

Wahai Reviewer Gadget, Berhentilah Mendewakan Produk Huawei, Google Service Tetaplah Penting!

Share on FacebookShare on Twitter

Huawei Watch generasi 6 sudah di depan mata. Dan seperti rutinitas tahunan, FYP saya mendadak banjir dengan “reviewer” yang entah kenapa sudah diajak collab duluan oleh Huawei. Banjirnya bukan sekadar deras, tapi sudah mirip proyek nasional: serentak, terstruktur, dan berjamaah.

Inilah keunggulan Huawei—bukan cuma di teknologi, tapi juga di modal promosi. Budget marketing mereka jelas gemuk. Maka jangan heran kalau reviewer, dari kelas mastah YouTube sampai kelas Tiktokers pemula, bisa serempak meluncurkan konten dengan narasi yang hampir seragam: “ini smartwatch paling worth it, gengs.”

Saya sendiri tidak keberatan. Wong memang betul, Huawei Watch terbukti punya fitur pilih tanding. Paling gampang ya di sektor baterai. Smartwatch flagship lain biasanya cuma bisa nyala 1–2 hari, sementara Watch GT 3 saya bisa tahan sampai 2 minggu. Itu jelas bikin kompetitor kelihatan kayak anak kos pemain Mobile Legend—nge-charge melulu. Jadi, satu poin penuh buat Huawei di kategori jam pintar.

Tapi masalahnya baru muncul ketika “sobat reviewer” ini mulai melebar ke lini produk Huawei yang lain: ponsel dan tablet. Nah, di sinilah aroma tak sedap mulai kecium.

Tidak ada Google Service dianggap sepele, lho, gimana-gimana?

Ketiadaan Google Service selalu disebut ala kadarnya, seolah hanya remah-remah biskuit di meja reviewer. Padahal itu kartu mati. Aplikasi pengganti yang tersedia di AppGallery seringkali datang dari developer abu-abu—atau lebih tepatnya gosong. Tidak ada jaminan data kita aman.

Bagi temen-temen yang lagi pegang produk Huawei, coba deh ketik kata “Google” di AppGallery bawaan. Pilihan aplikasinya banyak banget. Mulai dari Google palsu, Google KW, sampai Google rasa-rasaan—semuanya berebutan data pengguna. Karena google yang sahih dan mutawatir hanya akan bersandar ke developer Google. Kecuali kamu satu dari sekian ribu orang yang memang hidup damai tanpa Google Mobile Service—pakenya OneDrive, emailnya Outlook, dan masih setia login Yahoo tiap pagi—ya nggak masalah.

Kamu memang spesies langka, semacam muʿtazilah digital yang berusaha berdiri di jalan tengah antara Apple dan Android.

Dan salah satu pengalaman paling bikin frustrasi adalah ketika saya coba mengajar via Google Meet. Bayangkan, saya mau share screen, eh malah zonk. Nggak bisa. Tidak diberi Izin karena memang pada hakikatnya dia bukan Meet punya Google. Tujuan utama beli tablet buat mobilitas mengajar malah berantakan.

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Huawei juga suka memberi label bombastis: “Laptop Replacement” dengan embel-embel “WPS Office PC Level.” Target pasarnya jelas: pelajar dan mahasiswa. Sayangnya, begitu dipakai, semua jargon itu runtuh. File management ampas, copy-paste antar aplikasi sering bikin kita otomatis jadi orang beriman—karena tiap kali berpindah aplikasi, kita cuma bisa berdoa semoga progres nggak hilang.

Mau ngeprint? Ya siap-siap rogoh kocek buat beli dongle tambahan. Kecuali kalau kamu punya printer kelas sultan yang sudah Wi-Fi. Mau pakai Mendeley atau reference manager lain yang jadi urat nadi seorang mahasiswa? Wassalam. Tidak ada kemewahan semacam itu di tablet Huawei. “PC Level” ternyata artinya: hanya cocok buat baca artikel Mojok atau nonton Demon Slayer 4K.

Kenapa reviewer Huawei tutup mata?

Di titik ini, saya jadi bertanya-tanya: kenapa para reviewer seolah menutup mata? Jawabannya sederhana: modal Huawei memang kuat. Mereka mampu membuat skema promosi yang rapi, di mana reviewer tinggal terima paket, rekam video, lalu up konten dengan narasi aman. Hasilnya, review yang keluar pun seragam. Semua penuh pujian, kritik tipis-tipis.

Padahal, seorang reviewer sejatinya adalah jembatan informasi. Ia bisa jadi penentu keputusan ribuan orang yang lagi mikir: “beli nggak ya?” Jadi kalau review itu terasa lebih mirip brosur marketing, maka kita bukan lagi menonton review, tapi iklan dengan format lebih kasual.

Saya tidak bilang produk Huawei buruk semua. Tidak. Tapi mendewakan setiap produknya jelas berlebihan. Ada bagian yang patut diapresiasi, tapi ada pula yang harus dikritisi. Ketiadaan Google Service, keterbatasan ekosistem aplikasi, dan jargon bombastis yang tidak sesuai kenyataan—semua itu layak dikupas habis.

Kalau reviewer diam saja, siapa lagi yang akan mengingatkan calon pembeli? Masa mahasiswa harus belajar dari pahitnya pengalaman sendiri dulu, baru sadar tablet “pengganti laptop” ternyata hanya pengganti notes untuk baca PDF?

Berhenti mendewakan Huawei

Jadi, wahai sobat reviewer, dengan segala kerendahan hati: berhentilah mendewakan produk Huawei. Kritiklah apa adanya, jangan sampai subscriber merasa dibohongi jargon. Karena ujung-ujungnya, tablet tetaplah tablet—dan laptop tetaplah laptop. Mereka punya niche-nya masing-masing. Tentu saja yang diinginkan Huawei adalah: anda beli laptop, tapi jangan lupa beli tablet. Bukan salah satunya. hahaha

Dan buat Huawei sendiri, kalau memang merasa produknya hebat, biarlah reviewer bicara jujur apa adanya. Karena pujian serentak, terstruktur, dan berjamaah itu malah bikin publik curiga: ini review atau orasi kampanye?

Penulis: Muhammad Asgar Muzakki
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Huawei Band 7: Smartband dengan Layar Terbaik

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Oktober 2025 oleh

Tags: huawei smartwatchlaptop huaweiproduk huaweireview huawei
Muhammad Asgar Muzakki

Muhammad Asgar Muzakki

Suka Blokees. Nggak suka gacha.

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.