Budaya Indonesia yang “Diklaim” oleh Malaysia dengan Bantuan Upin dan Ipin

4 Episode Paling Sedih dalam Serial Kartun Upin dan Ipin

4 Episode Paling Sedih dalam Serial Kartun Upin dan Ipin (SyabilArul via Wikimedia Commons)

Kartun Upin dan Ipin telah menjadi tontonan favorit bagi semua golongan dan usia. Mulai dari anak kecil hingga orang tua akan terhibur melihat tingkah-tingkah lucu nan konyol dari duo bocil botak bersinar yang tiap hari tayang di layar kaca dari pagi hingga petang ini. Cerita yang dekat dengan keseharian bocil ini membuat banyak kalangan menyukainya.

Serial animasi asal Negeri Jiran ini ternyata juga mengangkat berbagai kebudayaan, di antaranya budaya Melayu. Entah kebetulan atau disengaja, banyak budaya Indonesia yang ditampilkan pada serial animasi ini. Ini maksudnya mau meng-klaim melalui kartun atau hanya sekedar hiburan, tidak diketahui dengan pasti pula. Apa sajakah itu?

Lagu “Rasa Sayange” di Upin dan Ipin

Yang pertama yaitu lagu “Rasa Sayange”. Yaps, lagu daerah asal Maluku ini pernah dinyanyikan oleh Upin dan Ipin dan kawan-kawannya (Musim 4) saat piknik di suatu ladang bersama Cikgu Jasmin. Mereka kompak menyanyi bersama-sama sambil berjalan kaki dari Tadika Mesra hingga lokasi piknik. Mungkin ini sekilas tampak biasa saja, tetapi sebenarnya ya nggak bisa kita sebut biasa.

Mengapa begitu? Malaysia pernah menggunakan lagu “Rasa Sayange” untuk promosi pariwisata 2007 silam. Tak berhenti sampai di situ, di tahun 2017, lagu ini juga diputar pada pembukaan SEA Games yang mana saat itu Malaysia didapuk sebagai tuan rumah. Bahkan, ada salah seorang menteri Malaysia yang secara gamblang menyebut bahwa lagu ini adalah lagu asli Malaysia.

Memang tidak semua orang Malaysia menyetujui bahwa lagu ini adalah lagu Malaysia. Anwar Ibrahim justru tertawa mendengar ini. Perdana Menteri Malaysia ini mengatakan bahwa klaim lagu “Rasa Sayange” sebagai lagu Malaysia merupakan pelanggaran fakta dan menunjukkan kebodohan. Bahkan, ia juga menyebut bahwa dengan adanya peristiwa ini menunjukkan bahwa tidak semua menteri Malaysia itu orang pintar. Ya, kurang lebih begitulah ucapnya saat wawancara eksklusif di CNN Indonesia TV.

Baca halaman selanjutnya

Keris Tok Dalang, wayang kulit, apalagi?

Keris koleksi Tok Dalang

Masih ingat dengan episode saat Tok Dalang merapikan gudang bawah rumahnya? Dalam episode tersebut, Tok Dalang memperlihatkan berbagai koleksi barang antiknya kepada duo bocil botak bersinar itu. Si Ipin menemukan Uang Jepun (Jepang) yang konon kata Tok Dalang jika dijual harganya 7 ribu Ringgit Malaysia atau sekitar 22 juta Rupiah untuk kurs saat ini. Ada koleksi lain yang membuat saya langsung terpaku. Tok Dalang ternyata juga seorang kolektor keris. Ada beragam macam keris yang dikoleksi oleh Tok Dalang.

Hal ini membuat saya berpikir lain. Dulu, Malaysia pernah mengklaim bahwa keris merupakan warisan budaya leluhurnya. Padahal jika kita melihat dari sisi historis, keris sudah di gunakan oleh orang Nusantara, terutama Jawa sejak masa kekuasaan Majapahit. Klaim Malaysia terhadap keris ini akhirnya selesai ketika UNESCO menetapkan keris sebagai lambang budaya warisan asli Indonesia.

Wayang Kulit muncul di Upin dan Ipin

Ada lagi budaya Indonesia yang diklaim Upin dan Ipin. Ini merupakan budaya Nusantara yang sangat terkenal, terlebih di Jawa. Yaps, wayang kulit. Dalam episode di sebalik tabir, Upin dan Ipin dan kawan-kawan menemukan wayang kulit yang patah hidungnya. Tiba-tiba, ada seorang kakek yang datang sambil marah-marah dengan bahasa dan intonasi yang agak kasar.

Ternyata, dia adalah Tok Mat, yang menurut Tok Dalang merupakan legenda wayang kulit. Mereka pun akhirnya membuat pertunjukan wayang kulit di halaman rumah Tok Dalang dengan tajuk di sebalik tabir. Entah cerita wayang yang mereka tampilkan mengadopsi lakon apa, yang jelas mereka berempat berhasil membuat pertunjukan wayang kulit.

Malaysia rupanya juga pernah mengklaim bahwa wayang kulit merupakan budaya asli mereka. Bahkan, produsen sepatu dunia asal Singapura, Adidas pernah membuat postingan yang isinya adalah wayang kulit merupakan bagian dari budaya Malaysia. Hal tersebut tentunya menyedot perhatian netizen dari seluruh Indonesia. Pasalnya, wayang kulit telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai budaya Indonesia pada 2003 silam.

Legenda Malin Kundang

Dalam salah satu episode Upin dan Ipin, tampak Susanti bercerita soal legenda asli Indonesia, Malin Kundang. Legenda yang menceritakan anak durhaka yang dikutuk menjadi batu ini mendapat tanggapan dari Si Ipin. Sambil mengeluarkan buku miliknya, Ipin membantah bawa cerita yang disampaikan Susanti adalah Malin Kundang. Menurut Ipin, cerita yang benar adalah Si Tanggang, bukan Malin Kundang. Mereka pun terlibat debat kusir antara mana yang benar.

Perdebatan mereka pun akhirnya berhenti ketika Cikgu Melati menjelaskan bahwa tidaklah penting memperdebatkan mana yang benar. Sebab, pada intinya keduanya mengandung pesan amanat yang baik dan mulia. Hmmm, apakah ini klaim atau hanya kesamaan saja. Mungkin kebetulan saja ceritanya mirip.

Itu semua merupakan beberapa budaya Indonesia yang pernah diklaim oleh Malaysia. Dan tak tahu bagaimana, budaya tersebut juga muncul dalam episode kartun animasi Upin dan Ipin. Entah ini hanya sebatas kebetulan atau memang disengaja. Mungkin Malaysia sudah merasa gagal mengakui budaya tersebut melalui jalan klaim, sehingga mereka meminta bantuan kepada duo bocil Upin dan Ipin.

Kita lihat saja sampai nanti, mungkin akan ada episode Jarjit menari reyog Ponorogo (yang benar reyog bukan reog, lihat di tulisan saya sebelumnya) atau bahkan Fizi bermain kuda kepang. Mungkin juga cerita Kak Ros dengan Abang Iz yang dibuat mirip Ande-Ande Lumut? Kita lihat saja. Hehehe.

Penulis: Miftakhu Alfi Sa’idin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Upin Ipin dan Sifatnya yang Saya Benci

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version